Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bahasa melayu jambi. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri bahasa melayu jambi. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

14 Juli 2018

opini musri nauli : Bahasa Melayu Masyarakat Jambi





Berdasarkan bentuknya, adjektiva Bahasa  Melayu Jambi terbagi atas bentuk asal dan bentuk turunan[1]. Bahasa Melayu Jambi kemudian dikenal sebagai Bahasa Melayu Jambi, Bahasa Batin, Bahasa Penghulu, Bahasa Kubu, Bahasa Bajau, Bahasa Kerinci[2].

27 Desember 2015

opini musri nauli : Jambi Kota seberang



Akhir-akhir ini dunia maya di Jambi dihebohkan pemasangan tulisan berlampu dengan kata “Jambi Kota Seberang”. Kalimat itu menghiasi ornament indah “Gentala Arsy”, sebuah ikon baru kota Jambi.


Pemasangan kalimat “Jambi Kota Seberang” menimbulkan kerutan kening setelah sebelumnya, kalimat “Jambi Kota Seberang” tidak dikenal dalam pembicaraan di tengah masyarakat. Masyarakat hanya mengenal istilah “Seberang Kota Jambi” (SEKOJA) sebagai perwujudan komunitas masyarakat di seberang jembatan Batanghari di depan kantor Gubernur.

23 Oktober 2020

Opini Musri Nauli : Jambi dari Berbagai Perspektif

 

Opini oleh : Musri Nauli


Ketika saya menerima undangan sebagai pemateri Forum Group Discussion (FGD) Melayu Institute, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin, sama sekali tidak terbayang “acara” yang dipersiapkan untuk Dosen-dosen melakukan penelitian. 


Saya hanya berfikir diskusi dengan mahasiswa “terbatas”, santai, cair, informal. Apalagi tema yang ditawarkan membicarakan Jambi dari berbagai perspektif. Atau berbagai lintas disiplin ilmu. Baik dari sejarah, Bahasa, Budaya dana agama masyarakat Melayu Jambi. 


Namun alangkah kagetnya saya ketika memasuki ruangan. Melihat dosen-dosen dari kampus terkemuka di Jambi. Apalagi pembukaan acara dan kata sambutan Ibu Dekan. Yang berharap dari FGD akan dihasilkan rumusan dan bahan penelitian tentang masyarakat Melayu Jambi. Ditambah lagi dengan harapan agar dapat diketahui tempat penelitian (site penelitian). 

02 April 2021

opini musri nauli : Jambi Sebagai Kota Dagang

 


Judul yang dipaparkan merupakan subjudul dari SEJARAH SOSIAL JAMBI - Jambi Sebagai Kota Dagang dari proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Depdikbud, 1984. 


Didalam buku kemudian diterangkan Jambi dalam lintasan sejarah sebagai bandar Niaga Melayu dalam periode Kerajaan Melayu Jambi. 

31 Oktober 2018

opini musri nauli : Alam Pikiran Melayu Jambi






I.               PUYANG ORANG JAMBI

Masyarakat Melayu Jambi termasuk kedalam termasuk rumpun kesukuan Melayu[1].  Secara fenomologis, Melayu merupakan sebuah entitas kultural (Malay/Malayness sebagai cultural termn/terminologi kebudayaan)[2]. Masyarakat Melayu pada dasarnya dapat dilihat (a) Melayu pra-tradisional, (b) Melayu tradisional, (c) Melayu Modern[3].

Dilihat dari kategorinya, maka masyarakat Melayu Jambi dapat diklasifikasikan dalam Melayu tradisional. Menurut Yusmar Yusuf, kearifan dan tradisi Melayu ditandai dengan aktivitas di Kampung[4].  Kampung merupakan pusat ingatan (center of memory), sekaligus pusat suam (center of soul). Kampung menjadi pita perekam tradisi, kearifan lokal (local wisdom).

13 Agustus 2018

opini musri nauli : NARASI KEBANGSAAN (6)



BAHASA

Ketika Pemuda Indonesia mendeklarasikan “Berbahasa satu. Bahasa Indonesia” maka Bahasa Indonesia kemudian merujuk kepada Bahasa Melayu. Deklarasi yang dicanangkan tanggal 28 Oktober 1928. Deklarasi ini kemudian menjadi bagian dari konstitusi sebagaimana diatur didalam Pasal 36. “Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia”. Makna ini kemudian dipertegas berdasarkan UU No. 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (UU No. 24 Tahun 2009).

27 Mei 2021

opini musri nauli : Kata, makna dan Estetika


 

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, arti “kata” adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. 


Arti “makna” adalah arti atau maksud perkataan. Sedangkan “estetika” berasal estetik. Diartikan sebagai ilmu yang berisikan ajaran atau filsafat tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadap alam sekitarnya. 

08 Juli 2022

opini musri nauli : Rumah Adat Jambi

 


Membaca tulisan Makmur Haji Harun dkk didalam karyanya “PENERAPAN BAHASA MELAYU TERHADAP SENI DAN BUDAYA MASYARAKAT JAMBI INDONESIA” yang dimuat di Fakulti Bahasa dan Komunikasi, UNIVERSITI PENDIDIKAN SULTAN IDRIS Tanjong Malim, Perak membuat saya menjadi paham. Bagaimana sejarah, penggunaan bahasa Melayu didalam seni dan budaya masyarakat Jambi. 


Namun yang menarik adalah tentang arsitektur tradisional rumah masyarakat Melayu Jambi. 

21 September 2011

opini musri nauli : Makna Pemberian Gelar adat Melayu kepada SBY


Kedatangan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Jambi merupakan peristiwa penting di Jambi. Terlepas dari substansi kedatangan SBY, pemberian gelar adat dari Lembaga Adat Melayu Jambi menarik untuk didiskusikan.

31 Oktober 2018

BAB I - PENDAHULUAN




A.    MONOGRAFI

Provinsi Jambi yang terletak di Pulau Sumatera bagian tengah, membujur dari pantai timur Pulau Sumatera sampai pegunungan Bukit Barisan di bagian barat. Secara geografis, Provinsi Jambi terletak antara 0045’ hingga 2045’ Lintang Selatan dan 101010’ sampai 104055’ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Di sebelah timur terbentang laut Cina Selatan.

Mengelilingi Provinsi Jambi, terdapat 4 propinsi lain, yaitu Provinsi Riau di sebelah utara, Provinsi Sumatera Barat di sebelah barat, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu di sebelah selatan. Letak yang demikian merupakan wilayah strategis bagi jalur perdagangan dari dulu hingga sekarang.

Luas wilayah Provinsi Jambi mencapai 5,1 juta hektar atau seluas 53.435 Km2. Seluas 95,44 persen meliputi daratan dan seluas 4,66 persen meliputi wilayah perairan. Sekitar 42,73 persen atau seluas 2.1 juta hektar merupakan kawasan hutan yang terbentang dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di sebelah Barat hingga Taman Nasional Berbak (TNB) di sebelah Timur. Sisanya, seluas 57,27 persen atau 2,9 juta hektar merupakan Kawasan Pertanian dan Non Pertanian.

25 Juli 2018

opini musri nauli : Bahasa Melayu Jambi (2)





Akhir-akhir ini diksi dan pengetahuan tentang bahasa mulai memudar. Terjebak dengan arti tanpa memahami makna. Entah kedangkalan ataupun kurangnya literasi memahami Bahasa Indonesia.

03 April 2017

opini musri nauli : Kontrol Raja di Sungai Tenang



           


Semula dugaan tentang Kerajaan Tanah Pilih yang kemudian menjadi Kerajaan Melayu Jambi membentang wilayah kekuasaan meliputi seluas wilayah Propinsi Jambi. Namun pelan tapi pasti, jejak, cerita tentang kerajaan Melayu Jambi tidak berbekas ataupuan ceritanya hanya terdengar di kalangan ahli sejarah ataupun ahli arkeologi.

Didalam penelusuran perjalanan melacak kerajaan Melayu Jambi, kekuasaan Raja tidak mampu mengontrol kekuasaan hingga ke daerah hulu. Catatan ini kemudian dilengkapi dengan Buku Barbara Watson Andaya “Hidup Bersaudara – Sumatra Tenggara Pada abad XVII-XVIII” terjemahan dari bukunya “Lo Live as Brothers – Southeast – Sumatra in the Seventeenth and Eighteenth Centuries.

13 Juni 2024

opini musri nauli : Kamu, Kami dan Kita

 

Kamu, Kami dan Kita

Musri Nauli 


Menurut kamus besar bahasa Indonesia (online), kata kamu dapat diartikan sebagai orang yang diajak bicara. Dapat juga diartikan yang disapa dalam ragam akrab. Diletakkan didalam konteks orang sebaya atau dibawahnya. Dan dimaknai lebih dari satu orang. Perbandingan untuk satu orang yang dikenal “kau”. Dari kata dasar “engkau”. 


Kata Kami dapat diartikan yang berbicara bersama dengan orang lain. Dapat juga dimaknai tidak termasuk yang diajak berbicara. Dan yang ditujukan lebih satu orang. Sebagai sandingan kata “saya”. 


Sedangkan kata kita diletakkan sebagai kata jamak yang diajak berbicara Bersama dengan orang lain. Dan juga diletakkan yang kemudian digabungkan menjadi bersama-sama. 


Demikianlah esensi dari makna kata kamu, kami dan kita didalam Kamus besar bahasa Indonesia. 


Lalu bagaimana penggunaan kata “kamu”, “kami” dan kita didalam pembicaraan sehari-hari masyarakat Melayu Jambi. 


Penggunakan kata “kamu” adalah tuturan yang paling sopan ditujukan kepada orang yang dihormati, orang yang berusia diatasnya ataupun orang yang terpandang.


Justru kata “kamu’ menunjukkan derajat penghormatan dari penutur kepada lawan bicara. Sehingga didalam forum-forum resmi sekalipun, penggunaan kata kamu menunjukkan rasa hormat dari sang penutur. 


Tentu saja apabila orang yang tidak memahami penggunaan kata kamu didalam pembicaraan sehar-hari masyarakat Melayu Jambi justru menunjukkan kehebohan. 


Berbagai interaksi maupun didalam berbagai pertemuan, seringkali “seseorang” membisikkan kepada saya, ketika sang penutur mengucapkan kata “kamu” kepada saya. Padahal sang penutur usianya jauh dibawah saya. 


“Apakah tidak sopan mengucapkan kata kamu ?“, sang penanya heran. Sekaligus menunjukkan protes dan ketidaksukaan. 


Sayapun kemudian tersenyum. “Justru ketika dia menyebutkan saya dengan ujaran “kamu” menunjukkan rasa penghormatan kepada saya. 


Tentu saja penggunaan kata “kamu” akan menimbulkan problema budaya di masyarakat yang belum memahami pembicaraan sehari-hari masyarakat Melayu Jambi. 


Sedangkan kata “kami” adalah pengungkapan kata “aku” atau “saya”. Namun menunjukkan sang penutur mengucapkan dengan kata sopan. 


Kata kami sebagai pengganti kata “aku” atau “saya” menempatkan rasa hormat dari sang penutur dihadapan lawan bicaranya. 


Sehingga kata “kami” bukan menunjukkan lebih satu orang. Sebagaimana makna didalam bahasa Indonesia. 


Saya teringat ketika seorang mahasiswa didepan penguji Skripsi yang menggunakan kata “kami” sebagai kata Ganti “aku” dan “saya” yang kemudian diprotes oleh sang penguji. 


“Kok Kami. Bilang saja saya !!!”. Bukankah yang mempresentasikan hanya satu orang. Tanya sang penguji heran. Sekaligus menunjukkan penggunaan kata Ganti yang tidak tepat. 


Saya kemudian memahami sang penguji justru tidak paham. Penggunaan kata “kami” dari sang mahasiswa yang sedang presentasi, menunjukkan rasa hormat didalam forum. 


Begitu juga penggunaan kata “kita” dari sang penutur. Kata “kita” sama sekali tidak dapat mewakili seluruh lawan bicara. Namun justru menunjukkan “kebersamaan” didalam masyarakat Melayu Jambi. 


Penggunaan kata “kita” justru bertujuan agar sang penutur kemudian mengajak seluruh yang terlibat pembicaraan agar menjadi bagian dari pembicaraan. 


Dengan demikian maka kata “kamu”, kata “kami” dan kata “kita harus diletakkan dari cara berfikir masyarakat Melayu Jambi didalam bertutur. 


Kata “kamu”, kata “kami” dan kata “kita tidak dapat dimaknai (harfiah/letterlijk) menurut kamus Besar Bahasa Indonesia. 


Bukankah seloko Jambi sering menyebutkan “lain ladang lain belalang. Lain lubuk, lain ikannya”. 




14 September 2020

opini musri nauli : Jambi dan Antropologi


Dalam karya master piece-nya, Prof. Koentjaraningrat (Pak Koen), dijelaskan untuk melihat sebuah kebudayaan suku bangsa dapat dilihat dari berbagai unsur.

 

Menggunakan istilah “Suku bangsa” untuk melihat kebudayaan di Indonesia kurang tepat. Apabila dilihat dari berbagai unsur pembentuk kebudayaan, maka berbagai yang disebut sebagai “suku bangsa” justru menunjukkan derajat sebagai bangsa.

08 April 2021

opini musri nauli : Mengenal Pinang Sebagai Dalam Sehari-Hari Masyarakat Melayu Jambi



Tidak dapat dipungkiri, antara Pinang dengan masyarakat Melayu Jambi bagian yang tidak terpisahkan. Menjadi pernik-perniknya dan menjadi bagian dari ingatan masyarakat Melayu Jambi. 

Pepatah seperti “bak Pinang dibelah dua” atau lagu “Tanam Pinang rapat-rapat. Agar Puyuh tak dapat lari. Kupinang-pinang tak dapat-dapat. Kurayu-rayu kubawa bernyanyi” menjadi gurauan ditengah masyarakat. 

03 Mei 2018

KISAH SANG PENYAKSI


“Bang, Abang jadi Tim Panelis Debat Publik KPU Jambi, ya”
Demikian pembicaraan diujung telp.

Sayapun terhenyak. Saya yang merasa bukanlah apa-apa apabila dibandingkan dengan Tim Panelis yang lain. Baik karena pengalaman maupun gelar akademik membuat saya berfikir ulang.

Tema yang diangkatpun adalah Hukum dan Lingkungan Hidup. Tema yang menurut saya masih jauh disebut sebagai panelis.

“Abang selalu kritis dan paling paham” kata sang penelphon terus meyakinkan saya. Tanpa bermaksud untuk mengabaikan sarannya, saya kemudian mengikuti proses menjadi Tim panelis Debat public KPU Jambi.

Mekanismepun dijalani. Saya kemudian mengirimkan pertanyaan kepada tim untuk dibahas. Dan pertanyaan itulah yang kemudian saya sodorkan kepada Moderator pada saat hari H.

Sebelum dilaksanakan acara hari H, kamipun berkumpul. Di Rumah Makan di sipin ujung.
“Temanya sih, simulasi dengan Moderator”. Bak kata Orang melayu Jambi. “Tak kenal maka tidak sayang”. Demikian kata sang punya hajat acara.

Sayapun kemudian mengenal Sang Moderator. Anak SMP 7 Negeri Jambi. Dan Bang Amri Amir (Ketua Tim Panelis) kemudian menyambar. “Ya. Kita satu Alumni’.

Untuk mengukur “masih ada Jambi atau tidak”, Berbagai celetukan khas Jambi disampaikan. Sekalian menguji “apakah dia anak Jambi atau tidak’. Hampir istilah Jambi disambar dengan cepat sang moderator. Entah dengan Bahasa Tempoyak, sembari “kick” balik dengna khas anak Jambi. “oh. Ternyata anak Jambi tokh”. Kamipun lega. Khawatir issu ini akan disambar dan menjadi tema tersendiri. Sembari hendak bubar, kamipun berphoto sejenak. Ya. Sekedar untuk kenang-kenangan. Tidak terfikir akan menjadi kenangan yang penting.

Usai debat public Pilwako Jambi, bukan tema yang disampaikan para candidate yang bersilewaran di media massa yang paling menarik perhatian saya. Tapi sang “Host’ yang “Dianggap lebih nasional” daripada “Host Jambi’.

Sayapun “tergelitik” untuk nimbrung.

Pertama. Menempatkan tokoh nasional baik di Tim Panelis maupun host moderator adalah “Kekeliruan” mental “underminded’ yang masih kuat dikalangan masyarakat. Cara ini haruslah ditinggalkan. Selain “yang paling paham” masalah daerah, ya orang Daerah itu sendiri, juga cara ini sudah harus ditinggalkan.

KPU Jambi sudah meninggalkan tradisi ini. Dengan menempatkan “orang-orang Jambi”, KPU Jambi justru “mempercayakan” orang Jambi yang membicarakan Jambi. Cara ini lebih unggul karena karena setiap detail nafas Jambi masih dalam ingatan kolektif para tim Panelis. Data-data yang diperlukan hanya memperkuat analisis pembahasan. Tidak perlu lagi “tracking’ ataupun menduga-duga mengenai persoalan Jambi.

Selain itu, seluruh para candidate pastilah dikenal baik oleh Tim Panelis. Baik latar belakang sebelumnya, jejak politik, pandangan politik maupun berbagai ucapan di media massa. Cara ini berhasil “Mengepung” para candidate terjebak dengan jawabannya sendiri.

Saya saja sering-sering senyum simpul mendengarkan jawaban dari para candidate.
Alhamdulilah. Tim Panelis berhasil “memberikan pertanyaan” yang hingga akhir tidak mampu dijawab dengan tuntas oleh para candidate.

Kedua. KPU Jambi justru mengangkat “putri Jambi” yang sukses di tingkat nasional. Saya justru mendapatkan penjelasan dari tim KPU ketika saya bertanya siapa “host” acara tersebut.

Sebelum kedatangan Host yang dimaksudkan, Tim KPU Jambi dengan enteng menyampaikan. “Orang Jambi-lah bang”.
Nah. Makanya ketika kedatangan host ditemani teman sekolahnya di Jambi, joke-joke Bahasa Jambi sengaja dikemukakan agar menguji “Orang Jambi’. Dan akhirnya sayapun lega.

Ketiga. Sebaiknya perbanyak tabayun untuk menentukan siapakah “Host”. Jangan mentang-mentang sudah berkiprah di nasional malah langsung disebut “host” nasional dan meminggirkan host Jambi.

Bukankah masih ada akses di KPU Jambi untuk memastikan “siapa sih host” ?. Khan lebih enak ditanyakan langsung daripada publish di public.

Bukankah host yang sekolah di Jambi, masih punya kawan di Jambi, masih fasih Bahasa Jambi masih disebut anak Jambi.

Yang keliru, apabila kita justru menganggap “orang nasional” yang pantas menjadi Tim Panelis debat public dan “terkesan keren”.

Atau memuja kepala Daerah yang tidak pernah lahir, sekolah, kawin di Jambi setinggi langit.

Tapi sudahlah. Sayapun teringat kata ujaran bijaksana dari Kampung. “Raja turun singgana, pergilah betapa’.

“Mungkin adek lelah, ya”. Kata Putra terkecil kalo disuruh balas SMS. Dan lebih suka video call Whattapp. 






26 Februari 2019

opini musri nauli : Identitas Kita





Ada pepatah bijak dari para pesohor negeri. Bahasa menunjukkan Bangsa. Bahasa menunjukkan identitas kita.

Kata-kata bak mantra seakan menemukan momentum setelah 10 tahun terakhir ini. Penduduk Indonesia yang sibuk “berkomunikasi” didunia media social terus membuat riuh negeri ini.

29 Juni 2022

opini musri nauli : Datuk Mangku Bumi Setio Alam

 

Al Haris sebagai Gubernur Jambi kemudian diberikan gelar Datuk Mangku Bumi Setio Alam oleh Lembaga Adat Melayu Jambi. Gelar adat diberikan kepada orang yang dianggap berjasa terhadap perkembangan Adat Melayu Jambi sekaligus juga menempatkan agar orang diberi gelar adat mampu meneladani sikap hidupnya sehari-hari bagi kepentingan orang banyak. Terutama bagi masyarakat yang membutuhkan keteladanan dari sang Pemimpin. 


Ditengah masyarakat Melayu Jambi, setiap kata sekaligus makna yang tersirat didalam pemberian gelar adat  terkandung cerminan dari gelar yang diberikan. 

21 Mei 2022

opini musri nauli : Simbol

 


Menurut data berbagai sumber, Secara etimologis, kata simbol berasal dari bahasa Yunani, symballein, Sobat Zenius. Symballein merupakan kata kerja yang artinya menyatukan atau mengumpulkan. Dalam buku Kamus Istilah Sastra, yang ditulis oleh Hartoko dan Rahmanto (1998), symballein berarti melemparkan bersama suatu benda atau perbuatan yang dikaitkan dengan suatu ide. 

19 April 2021

opini musri nauli : Kesaktian Kitab Tanjung Tanah (1)


Kerinci adalah daerah yang penting di Indonesia 

tetapi jarang diminati oleh para pakar (Barbara Watson Andaya) 


Membicarakan Uli Kozok tidak dapat dilepaskan dari Bukunya KITAB UNDANG-UNDANG TANJUNG TANAH NASKAH MELAYU YANG TERTUA (Kitab Tanjung Tanah). Kitab menggunakan aksara incung kemudian membongkar sejarah aksara, sejarah Kerinci, Jambi dan Minangkabau.