Al Haris sebagai Gubernur Jambi kemudian diberikan gelar Datuk Mangku Bumi Setio Alam oleh Lembaga Adat Melayu Jambi. Gelar adat diberikan kepada orang yang dianggap berjasa terhadap perkembangan Adat Melayu Jambi sekaligus juga menempatkan agar orang diberi gelar adat mampu meneladani sikap hidupnya sehari-hari bagi kepentingan orang banyak. Terutama bagi masyarakat yang membutuhkan keteladanan dari sang Pemimpin.
Ditengah masyarakat Melayu Jambi, setiap kata sekaligus makna yang tersirat didalam pemberian gelar adat terkandung cerminan dari gelar yang diberikan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “datuk” ditujukan kepada bapak dari orang tua. Dapat juga orang tua dalam kehidupan sehari-hari. Mirip dengan kata Kakek dalam Bahasa Indonesia pada umumnya.
Namun apabila kata “datuk” kemudian menggunakan huruf pertama kapital menjadi “Datuk” dapat diartikan sebagai gelar kehormatan bagi orang yang dituakan. Atau juga orang yang berpangkat tinggi atau mempunyai kedudukan tinggi.
Berbagai jabatan di Desa sering juga dilekatkan dengan panggilan datuk untuk Kepala Desa. Biasa ditemukan di Desa-desa di Provinsi Jambi.
Datuk juga dapat diartikan sebagai penghulu adat. Orang yang terpandang didalam struktur sosial ditengah masyarakat.
Sehingga penggunaan Datuk tidak boleh sembarangan diberikan. Hanya orang yang mempunyai kedudukan tinggi baik didalam relasi sosial maupun penghulu adat yang tepat diberikan gelar adat Datuk.
Namun kata datuk sering juga dilekatkan untuk panggilan hewan seperti Harimau dan Gajah. Panggilan Harimau sangat ditabukan. Sehingga harimau lebih sering dipanggil dengan “Datuk belang”. Dan untuk Gajah sering disebutkan “datuk Gedang”.
Kata mangku berasal dari kata “pemangku”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pemangku adalah orang yang memangku. Dapat diartikan sebagai “orang yang memangku” jabatan tertentu. Dalam artian lain juga dapat diartikan sebagai orang “Pengelola” atau “penyelenggara”.
Makna lain dapat juga diartikan sebagai “orang yang mewakili” kepentingan Raja.
Kata Bumi dapat diartikan sebagai tempat manusia hidup, dunia, jagat. Tempat permukaan tanah yang dihidupi oleh manusia.
Kata setio berasal dari kata “Setia’. Kata Setia dapat diartikan sebagai orang yang “berpegang Teguh” pada janji, pendirian, patuh dan taat. Dapat juga diartikan sebagai orang yang Tetap Teguh dan Kuat Teguh hati.
Sementara alam dapat diartikan sebagai segala yang ada di Langit dan di Bumi. Segala sesuatu termasuk dalam satu Lingkungan, segala daya yang tentu saja bukan ciptaan manusia. Dapat juga diartikan sebagai dunia.
Dengan demikian secara umum makna tersirat dari gelar adat Orang yang dihormati sebagai Pemangku yang bertugas menjaga tempat manusia yang berada, berpegang Teguh, pendirian kuat dan taat untuk Tetap menjaga alam.
Gelar adat ini adalah kepercayaan dari Lembaga Adat Melayu Jambi sekaligus memberikan harapan, doa dan tugas dari Lembaga Adat agar Al Haris Tetap berpegang Teguh menjadi negeri Jambi yang kaya raya dengan sumber daya Alamnya, dapat dinikmati generasi Anak cucu.
Gelar ini juga sesuai dengan seloko yang sering dituturkan oleh pemangku adat seperti “Alam sekato Rajo. Negeri Sekato Batin.
Sehingga negeri Jambi dapat terwujud yang sering diungkapkan “Padi menjadi. Rumput Hijau. Kebo gepok. Aeknyo Tenang. Ke Aek cemeti keno. Ke darat durian gugur”.