Hukum adalah norma, aturan yang bertujuan menciptakan keadilan. Hukum adalah jiwa yang bisa dirasakan makna keadilan. Makna keadilan adalah jiwa yang senantiasa hidup dan berkembang.. Dari sudut pandang ini, catatan ini disampaikan. Melihat kegelisahan dari relung hati yang teraniaya..
20 Maret 2019
opini musri nauli : Marga Tabir Ilir
19 Maret 2019
opini musri nauli : Marga Petajin Ilir
14 Maret 2019
opini musri nauli : izin dan pawah (Paroan)
opini musri nauli : Barlian - Berlian dari Bengkulu
06 Maret 2019
opini musri nauli : Tuah dan Dinasti
opini musri nauli : MEKANISME PENGADUAN D3 BRG
opini musri nauli : Panggilan (3)
Ditengah keluarga, memanggil berdasarkan urutan. Entah memanggi "kakak. Abang dan adek". Panggilan itu tetap berlaku selama dirumah maupun diluar rumah..
03 Maret 2019
opini musri nauli : Makna
27 Februari 2019
Negeri Astinapura : Kabar Telik Sandi
Syahdan, ketika dirapal mantra oleh Maharaja di Negeri Alengka, Raja di negeri Astinapura berjanji. Menjaga negeri Astinapura dari gangguan perompak, menjaga lumbung agar tetap terisi, berjanji tidak mencuri kepingan emas dari peti kerajaan.
Dengan disaksikan seluruh punggawa kerajaan negeri Alengka, para punggawa negeri Astinapura, Raja yang turun gunung dari padepokan berseru lantang.
26 Februari 2019
opini musri nauli : Matematika (2)
opini musri nauli : Identitas Kita
opini musri nauli : KEBIJAKAN ENERGI TERBARUKAN INDONESIA
25 Februari 2019
opini musri nauli : Batin VIII - Batin II
21 Februari 2019
opini musri nauli : IDE
opini musri nauli : SESAT PIKIR BERLALULINTAS
18 Februari 2019
opini musri nauli : LIBURAN
16 Februari 2019
opini musri nauli : CEO VS HOAX
13 Februari 2019
opini musri nauli : Ujung batin
10 Februari 2019
opini musri nauli : UNEG-UNEG MINGGU SORE
09 Februari 2019
opini musri nauli : Problema pasal 67 UU Kehutanan
08 Februari 2019
opini musri nauli : SUMBANG SALAH
Makna ”Sumbang” diartikan sebagai ”tidak pantas”, ”kurang pantas”, ”kurang elok” menurut pandangan mata, ”kurang nyaman”. Dalam pergaulan sehari-hari, kata ”sumbang” lebih menampakkan ”suara yang tidak merdu”, kurang harmoni, ”suara serak’.
04 Februari 2019
opini musri nauli : KEBEBASAN BERPENDAPAT DAN UJARAN KEBENCIAN
opini musri nauli : Makna Simbolik Tanda Jadi
03 Februari 2019
opini musri nauli : PUISI
01 Februari 2019
opini musri nauli : Nama Kecamatan
opini musri nauli : Pewaris Pangeran Wira Kusumo
29 Januari 2019
opini musri nauli : Marga Maro Sebo
28 Januari 2019
opini musri nauli : Marga Jambi Kecil
25 Januari 2019
opini musri nauli : SENATOR JAMBI DI SENAYAN
24 Januari 2019
opini musri nauli : Petarung
21 Januari 2019
opini musri nauli : MERABA ANGGOTA PARLEMEN MEWAKILI JAMBI
opini musri nauli : Cara Membaca Kasus Abu Bakar Baasyir
19 Januari 2019
Musri Nauli: Masyarakat Jangan Paranoid, Komunis Tak Perlu Ditakuti
JAMBI - Salah seorang aktivis dan pengamat hukum Jambi, Musri Nauli, meminta masyarakat tak perlu terlalu paranoid ataupun takut dengan komunis. Menurut dia, sebagai komunis akan sulit berkembang di Indonesia.
"Karena bangsa kita adalah bangsa beragama," katanya saat dihubungi metrojambi.com, Minggu (13/1).
"Jangan terlalu horor dengan istilah komunis. Yang perlu dikedepankan adalah kita tidak perlu takut dengan komunis," ucapnya lagi.
Sebenarnya, kata dia, di negara-negara yang mengklaim sebagai komunis, ciri khas komunis tidak begitu kentara lagi karena menyesuaikan perkembangan dunia saat ini.
"Seperti di China, Kuba, dan lainnya. Dalam perjalanannya tidak lagi," ucapnya.
"Narasi menakut-nakuti masyarakat ini sebenarnya sudah muncul sejak jaman Hitler dulu," katanya.
"Negara juga selayaknya jangan menakut-nakuti dan menjustifikasi seseorang dengan komunis," ujarnya melanjutkan.
Meski begitu, kata dia, komunis sebagai sebuah gerakan tentu tetap harus diwaspadai. Apalagi menyikapi sesuatu dengan cara-cara komunis.
"Yang perlu kita waspadai itu gerakan dengan cara-cara komunis, seperti pelemahan instrumen negara, pers, kekerasan terhadap ulama, hoaks. Itu kan cara-cara komunis,"
katanya.
Seperti diketahui, Minggu (13/1) sore di Kota Jambi mendadak heboh. Ini setelah ditemukan mainan anak-anak. Kehebohan itu dipicu oleh adanya lambang palu arit di plastik mainan itu. Dan polisi pun langsung menyita mainan tersebut.
Oleh yang menemukan, lambang itu disebut sebagai lambang PKI, meskipun dari penelusuran metrojambi.com lebih mirip gambar bendera Uni Soviet sebelum bubar dulu.