Dalam tutur ditengah masyarakat, memanggil dengan panggilan tertentu akan memudahkan kita memahami pergaulan..
Ditengah keluarga, memanggil berdasarkan urutan. Entah memanggi "kakak. Abang dan adek". Panggilan itu tetap berlaku selama dirumah maupun diluar rumah..
Ditengah keluarga, memanggil berdasarkan urutan. Entah memanggi "kakak. Abang dan adek". Panggilan itu tetap berlaku selama dirumah maupun diluar rumah..
Memanggil saudara-saudaraku, kemudian memilih panggilan berdasarkan adat Batak. "Maka dikenal "uda dan bou".
Namun untuk saudari istriku, mereka memanggil "etek". Sesuai pilihan dari sang istriku.
Terhadap teman-temanku, panggilan berbeda-beda. Sesuai pergaulan. Terhadap yang tua, biasa kupanggil "abang atau mas, mbak".
Kadang aku juga sering memanggil untuk melihat latarbelakang keluarganya. Entah aku memanggil "angku atau uni" teman-teman dari Padang. Atau "kang" untuk teman-teman dari Sunda.
Dari pergaulan diberbagai organisasi, kadangkala panggilan juga berubah berdasarkan waktu. Bisa saja dulu memanggil "mbak" namun kemudian berubah menjadi "Ibu Dir'. Atau dulu cukup memanggil nama kemudian menjadi "Ketua". Atau dulu cukup memanggil nama namun karena sudah memegang jabatan, biasanya bertukar menjadi panggilan jabatan.
Untuk jabatan tertentu biasanya saya memanggil "datuk" atau "tuk". Panggilan datuk selain menunjukkan ketokohan adalah panggilan resmi terhadap Kepala Desa. Namun yang muda biasanya cukup dipanggil "Pak Kades" atau cukup "des".
Istilah "ketua" cukup lazim sekedar untuk mengganti nama diberbagai komunitas.
Dalam interaksi langsung, saya malah menggunakan berbagai istilah untuk berbagai orang. Setiap orang saya menggunakan panggilan berbeda-beda. Entah "wak", "wo", "lur", "Brow'.
Setiap panggilan mempunyai kisah. Sehingga ketika ada yang aneh dalam panggilan terhadap saya (mungkin sudah lama tidak ketemu), saya bisa langsung mengukurnya. Dia lupa dengan saya.. Ha.. ha.. ha..
Namun terhadap teman-teman sekolah, saya lebih suka panggilan ketika sekolah. Apabila dia merasa nyaman, saya tetap memanggil namanya. Namun apabila tidak berkenan, saya cukup memanggil nama jabatannya.
Panggilan terhadap saya juga berbeda-beda. Panggilan sekolah berbeda dengan panggilan nama. Panggilan seperti "ketua" atau "abang" atau "wak" adalah tempat pergaulan yang berbeda-beda. Entah teman berorganisasi, berjaringan, atau teman pergaulan diluar komunitas.
Hanya satu yang susah menjelaskan. Panggilan "met" orang kepada saya. hampir setiap orang bertanya. Mengapa saya dipanggil "met'. Dan saya tidak perlu menjelaskannya..
Ha.. ha.. ha..
Namun untuk saudari istriku, mereka memanggil "etek". Sesuai pilihan dari sang istriku.
Terhadap teman-temanku, panggilan berbeda-beda. Sesuai pergaulan. Terhadap yang tua, biasa kupanggil "abang atau mas, mbak".
Kadang aku juga sering memanggil untuk melihat latarbelakang keluarganya. Entah aku memanggil "angku atau uni" teman-teman dari Padang. Atau "kang" untuk teman-teman dari Sunda.
Dari pergaulan diberbagai organisasi, kadangkala panggilan juga berubah berdasarkan waktu. Bisa saja dulu memanggil "mbak" namun kemudian berubah menjadi "Ibu Dir'. Atau dulu cukup memanggil nama kemudian menjadi "Ketua". Atau dulu cukup memanggil nama namun karena sudah memegang jabatan, biasanya bertukar menjadi panggilan jabatan.
Untuk jabatan tertentu biasanya saya memanggil "datuk" atau "tuk". Panggilan datuk selain menunjukkan ketokohan adalah panggilan resmi terhadap Kepala Desa. Namun yang muda biasanya cukup dipanggil "Pak Kades" atau cukup "des".
Istilah "ketua" cukup lazim sekedar untuk mengganti nama diberbagai komunitas.
Dalam interaksi langsung, saya malah menggunakan berbagai istilah untuk berbagai orang. Setiap orang saya menggunakan panggilan berbeda-beda. Entah "wak", "wo", "lur", "Brow'.
Setiap panggilan mempunyai kisah. Sehingga ketika ada yang aneh dalam panggilan terhadap saya (mungkin sudah lama tidak ketemu), saya bisa langsung mengukurnya. Dia lupa dengan saya.. Ha.. ha.. ha..
Namun terhadap teman-teman sekolah, saya lebih suka panggilan ketika sekolah. Apabila dia merasa nyaman, saya tetap memanggil namanya. Namun apabila tidak berkenan, saya cukup memanggil nama jabatannya.
Panggilan terhadap saya juga berbeda-beda. Panggilan sekolah berbeda dengan panggilan nama. Panggilan seperti "ketua" atau "abang" atau "wak" adalah tempat pergaulan yang berbeda-beda. Entah teman berorganisasi, berjaringan, atau teman pergaulan diluar komunitas.
Hanya satu yang susah menjelaskan. Panggilan "met" orang kepada saya. hampir setiap orang bertanya. Mengapa saya dipanggil "met'. Dan saya tidak perlu menjelaskannya..
Ha.. ha.. ha..
Baca : Panggilan Bebaso di Jambi