Akhir-akhir
ini tidak dapat dipungkiri, berbagai spanduk, baliho, selebaran anggota
parlemen menghiasi berbagai sudut-sudut Jambi. Entah di persimpangan, billboard
ataupun berbagai tempat-tempat yang menarik perhatian public
Suasana
Pemilihan Umum begitu terasa. Pemilu serentak untuk anggota DPRD
Kabupaten/Kota, Anggota DPRD Provinsi, anggota DPR-RI dan Anggota DPD-RI.
Pemilu kali ini juga dilaksanakan untuk pemilihan Presiden/wakil Presiden.
Semua upaya menyederhanakan pemilu.
Namun
yang menarik perhatian saya adalah “pertarungan menuju ke Senayan” (baca anggota parlemen mewakili Jambi di
DPR-RI). Tema ini sengaja dituliskan untuk melihat peluang dan bagaimana “pertarungan
sesungguhnya” dimulai.
Dalam
Pemilu 2019, komposisi anggota DPR-RI mewakili Jambi semula 7 orang menjadi 8
orang. Sehingga “satu kursi” menjadi peluang untuk diperebutkan.
Menilik
majunya Hasan Basri Agus (mantan Gubernur Jambi 2010-2015), Sofyan Ali (Ketua
DPW PKB) dan Sudirman Zaini (Partai Hanura) mewarnai suasana Pemilu 2019. Belum
lagi “munculnya” sang petarung Murady (Anggota DPR-RI tahun2009) yang akan
membuat Pemilu 2019 menjadi lebih seru.
Dari
website DPR-RI, anggota DPR-RI 2014-1019 mewakili Jambi adalah Handayani (PKB),
Ihsan Yunus (PDIP), Saniatul Lativa (Partai Golkar), Sutan Aidil Hendra (Partai
Gerindra), Zulfikar Ahmad (Partai Demokrat), H. Bakri (PAN), Elviana (PPP).
Maka
menempatkan para incumbent sebagai caleg DPR-RI memang tidak bisa diremehkan. Terlepas
dari “pertarungan internal” seperti di PKB, Partai Golkar dan Partai Demokrat,
para incumbent haruslah ditempatkan sebagai “petarung tangguh”.
Kemenangan
Saniatul Lativa (Partai Golkar) dan Zulfikar Ahmad (Partai Demokrat) mampu
menyalib Selina Gita (Partai Golkar) yang menguasai di Kabupaten Tebo dan
Kabupaten Bungo. Kemenangan yang diraih oleh Zulfikar Ahmad (dari Bungo) dan
masuknya Saniatul Lativa (yang menguasai Tebo) membuat Selina Gita “terpental”.
Begitu
juga PAN dan Partai Demokrat yang semula menyumbangkan 2 kursi namun hanya
mampu masing-masing satu kursi. Masuknya PKB dan Parta Gerindra membuat
pertarungan 2014 semakin menarik. Bahkan PPP dan PKB semula tidak mendapatkan
kursi tahun 2009 ternyata mampu mengambil satu kursi. Sehingga tidak salah
kemudian tahun 2014 adalah pertarungan yang paling ketat. Menumbangkan Partai
Hanura yang semula mendapatkan satu kursi tahun 2009 namun kemudian gagal untuk
Pileg 2014.
Atau
dengan kata lain, seluruh kursi dibagi kepada Partai-partai seperti PKB, PDIP,
Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN dan PPP.
Memasuki
Pemilu 2019, persaingan makin ketat. Masuknya HBA, Murady (incumbent 2009), Sudirman
Zaini (mantan Bupati Bungo) dan Sofyan Ali (PKB) menjadi pertarungan semakin
menarik untuk diikuti. Komposisi ini semakin menarik ketika Elviana (PPP)
kemudian mendaftar melalui DPD-RI.
Pertarungan
“internal” terjadi di Partai Gerindra antara SAH (incumbent) dengan Murady
(anggota DPR-RI 2009-2014). Begitu juga di PKB antara Handayani (Incumbent)
dengan Sofyan Ali (Ketua DPW PKB dan anggota DPRD Jambi 2014 – 2019).
Selain
itu “pertarungan” juga terjadi antara Sudirman Zaini dengan Zulfikar Ahmad
(incumbent) yang menguasai Kabupaten Bungo. Keduanya adalah Bupati Bungo yang
menguasai wilayah Kabupaten Bungo. Pertarungan yang seru.
Yang
paling berat justru di Partai Golkar. Hadirnya HBA, Saniatul Lativa (incumbent
2014) dan Selina Gita (anggota DPR-RI tahun 2009 – 2014) membuat pertarungan
Partai Golkar menjadi seru.
Ketiganya
sudah teruji dalam berbagai Pemilu. Baik sebagai mantan Gubernur, anggota DPR
(incumbent) dan anggota DPR 2009-2014 membuat Partai Golkar tidak bisa
diremehkan. Target untuk meraih dua kursi diwacanakan Partai Golkar untuk
merebut pemenang Pemilu 2019.
Ujian
sesungguhnya terjadi di PAN paska “Zumi Zola” menjadi narapidana. Bakri sebagai
incumbent (2009-2014, 2014-2019) tidak boleh diremehkan. Satu kursi untuk Bakri
sebagai incumbent memang tidak bisa dipungkiri.
Pertanyaan
ini juga terjawab. Apakah PAN kembali menguasai dua kursi (tahun 2009) dengan
masuknya Dipo Nurhadi Ilham ?
Tanpa
mengabaikan partai-partai yang lain, seperti Parta Nasdem, PPP, PKS, Partai
Hanura, PBB, PKPI maupun pendatang baru seperti Partai Berkarya, Partai Perindo,
PSI, Partai Berkarya, anggota parlemen DPR-RI so dipastikan dikuasai oleh Partai
Golkar, Partai Demokrat, PDIP, PKB, Partai Gerindra dan PAN.
Baik
karena adanya “incumbent’ yang mumpuni juga dipengaruhi suara yang disumbangkan
untuk mewakili Jambi di senayan.
Tinggal
kita menantikan. Siapakah yang mewakili Jambi di senayan. Apakah para incumbent
masih menjadi “petarung tangguh” ? Atau bertumbangan dan saling menyalip sesama
di internal partai.
Atau
ada “pemain baru” yang meluluhlantakkan scenario yang telah disampaikan.
Semoga
tidak salah memilih.
Baca : MIMPI MENJADI ANGGOTA PARLEMEN
Dimuat di www.jambizone.id, 21 Januari 2019
https://jambizone.id/post/meraba-anggota-parlemen-mewakili-jambi
Dimuat di www.jambizone.id, 21 Januari 2019
https://jambizone.id/post/meraba-anggota-parlemen-mewakili-jambi