14 Maret 2019

opini musri nauli : Barlian - Berlian dari Bengkulu



Mengikuti perjalanan Barlian – Calon Senator dari Bengkulu – menyusuri setiap kampong-kampung di Bengkulu menarik perhatian saya.

Sebagai orang “yang dibesarkan” dari kampong, mengikuti denyut nadi rakyat disetiap kampong dilewati, melihat tatapan harapan dari masyarakat yang dijumpai, menyebabkan kekaguman tersendiri.
Sebagai “orang penting di Walhi Bengkulu”, kiprah Barlian saya temukan ketika saya “cukup lama” main di Bengkulu. Hampir setiap kedatangan saya ke Bengkulu, saya selalu ditemui. Entah mengantarkan beras atau kebutuhan dapur ke Walhi Bengkulu, mengantarkan rokok atau cuma sekedar mengajak nongkrong-nongkrong ditepi pantai Panjang Bengkulu.

Sebagai “DIrektur” Genesis, salah satu anggota Walhi Bengkulu dan menjadi Dewan Daerah Walhi Bengkulu (Parlemen di Walhi Bengkulu), dia rela berjibaku untuk mendukung aksi-aksi Walhi Bengkulu yang sedang bertarung dengan perusahaan pertambangan. Dia selalu menawarkan gagasan advokasi dan terlibat langsung.

Dibesarkan di Muko-muko, hubungan kekerabatan Barlian dengan Marga Serampas tidak dapat dipisahkan. Paska Bencana Gempa alam di Renah Kemumu tahun 2009, dia sengaja menyusuri sejarah leluhurnya hingga ke Dusun Tanjung Kasri. Sejarah leluhurnya kemudian ditemukan. Ikatan batin dengan Marga Serampas sering ditandai dengan seloko “Serampas rendah”. Ikrar ini masih ditemukan di Muko-muko. Dusun Renah Kemumu dan Dusun Tanjung Kasri termasuk kedalam Marga Serampas.

Sebagai keturunan Marga Serampas, mengalir darah pejuang yang terkenal. Marga Serampas sering disebut-sebut daerah yang tidak pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Jambi. Bersama-sama dengan Marga Sungai Tenang dan Kerinci, Marga Serampas adalah daerah yang “otonom” yang tidak pernah menjadi bagian dari kerajaan apapun hingga kemerdekaan.

Bahkan Inggeris begitu geram dengan aksi-aksi heroic dari Marga Serampas yang sering meneror Muko-muko. Perjalanan ke Serampas cukup detail dituliskan oleh William Marsden didalam Bukunya “History of Sumatra’. Buku klasik yang cukup detail menceritakan masyarakat Serampas, Sungai Tenang pada awal abad 18. Buku klasik yang menjadi rujukan Eropa memandang Sumatra.

Darah juang dari Barlian inilah yang kemudian mengantarkan hingga mengelilingi Jambi, menyusuri jejak hingga serampas. Bergaul dengan aktivis Jambi menolak pembukaan jalur pembukaan TNKS hingga terlibat aktif dalam advokasi sawit dan tambang di Bengkulu.

Napak tilas menyusuri desa-desa di Bengkulu “hanyalah” sekedar “confirm” daya tarung darah Serampas yang tidak kenal lelah berjalan. Dengan berbeka sepeda motor (salah satu kendaraan yang sering ditunggangi), setiap kampong yang disinggahi, dengan fasih Barlian menceritakan tentang negeri.

Saya tidak menemukan “siapapun” senator yang mampu berjalan, menyusuri setiap jejak kampong dilalui. Telaten, berbicara sembari mempromosikan daerah yang sudah disinggahi.

Kekayaan luar biasa yang tidak mungkin dimiliki para senator yang cukup bangga cuma promosi melalui spanduk atau baliho. Sembari “seharian didunia maya”. Tanpa pernah turun ke lapangan.

Bagi saya, Berhasil duduk disenayan, adalah bonus bagi Barlian. Namun kekayaan, daya tarung menyusuri setiap jejak, cerita dari kampong, itulah berlian sesungguhnya. Berlian dari Bengkulu yang terus bersinar tanpa tenggelam oleh waktu.

Ditunggu laporan lengkapnya, bang Barlian.

Dari Jambi. Sahabatmu yang terus mengikuti kabar darimu.