Mengikuti perjalanan Barlian –
Calon Senator dari Bengkulu – menyusuri setiap kampong-kampung di Bengkulu
menarik perhatian saya.
Sebagai orang “yang dibesarkan”
dari kampong, mengikuti denyut nadi rakyat disetiap kampong dilewati, melihat
tatapan harapan dari masyarakat yang dijumpai, menyebabkan kekaguman
tersendiri.
Sebagai “orang penting di Walhi
Bengkulu”, kiprah Barlian saya temukan ketika saya “cukup lama” main di
Bengkulu. Hampir setiap kedatangan saya ke Bengkulu, saya selalu ditemui. Entah
mengantarkan beras atau kebutuhan dapur ke Walhi Bengkulu, mengantarkan rokok
atau cuma sekedar mengajak nongkrong-nongkrong ditepi pantai Panjang Bengkulu.
Sebagai “DIrektur” Genesis, salah
satu anggota Walhi Bengkulu dan menjadi Dewan Daerah Walhi Bengkulu (Parlemen
di Walhi Bengkulu), dia rela berjibaku untuk mendukung aksi-aksi Walhi Bengkulu
yang sedang bertarung dengan perusahaan pertambangan. Dia selalu menawarkan
gagasan advokasi dan terlibat langsung.
Dibesarkan di Muko-muko, hubungan
kekerabatan Barlian dengan Marga Serampas tidak dapat dipisahkan. Paska Bencana
Gempa alam di Renah Kemumu tahun 2009, dia sengaja menyusuri sejarah leluhurnya
hingga ke Dusun Tanjung Kasri. Sejarah leluhurnya kemudian ditemukan. Ikatan
batin dengan Marga Serampas sering ditandai dengan seloko “Serampas rendah”.
Ikrar ini masih ditemukan di Muko-muko. Dusun Renah Kemumu dan Dusun Tanjung
Kasri termasuk kedalam Marga Serampas.
Sebagai keturunan Marga Serampas,
mengalir darah pejuang yang terkenal. Marga Serampas sering disebut-sebut
daerah yang tidak pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Jambi. Bersama-sama dengan
Marga Sungai Tenang dan Kerinci, Marga Serampas adalah daerah yang “otonom”
yang tidak pernah menjadi bagian dari kerajaan apapun hingga kemerdekaan.
Bahkan Inggeris begitu geram
dengan aksi-aksi heroic dari Marga Serampas yang sering meneror Muko-muko.
Perjalanan ke Serampas cukup detail dituliskan oleh William Marsden didalam
Bukunya “History of Sumatra’. Buku klasik yang cukup detail menceritakan
masyarakat Serampas, Sungai Tenang pada awal abad 18. Buku klasik yang menjadi
rujukan Eropa memandang Sumatra.
Darah juang dari Barlian inilah
yang kemudian mengantarkan hingga mengelilingi Jambi, menyusuri jejak hingga
serampas. Bergaul dengan aktivis Jambi menolak pembukaan jalur pembukaan TNKS
hingga terlibat aktif dalam advokasi sawit dan tambang di Bengkulu.
Napak tilas menyusuri desa-desa
di Bengkulu “hanyalah” sekedar “confirm” daya tarung darah Serampas yang tidak
kenal lelah berjalan. Dengan berbeka sepeda motor (salah satu kendaraan yang
sering ditunggangi), setiap kampong yang disinggahi, dengan fasih Barlian
menceritakan tentang negeri.
Saya tidak menemukan “siapapun”
senator yang mampu berjalan, menyusuri setiap jejak kampong dilalui. Telaten,
berbicara sembari mempromosikan daerah yang sudah disinggahi.
Kekayaan luar biasa yang tidak
mungkin dimiliki para senator yang cukup bangga cuma promosi melalui spanduk
atau baliho. Sembari “seharian didunia maya”. Tanpa pernah turun ke lapangan.
Bagi saya, Berhasil duduk
disenayan, adalah bonus bagi Barlian. Namun kekayaan, daya tarung menyusuri
setiap jejak, cerita dari kampong, itulah berlian sesungguhnya. Berlian dari
Bengkulu yang terus bersinar tanpa tenggelam oleh waktu.
Ditunggu laporan lengkapnya, bang
Barlian.
Dari Jambi. Sahabatmu yang terus
mengikuti kabar darimu.