09 Agustus 2025

opini musri nauli : Pejuang Rakyat yang Kukenal

 


Padal pukul 00.20 malam, Ketika masih didepan laptop, mencari file yang dibutuhkan, Tiba-tiba sebuah gambar WA masuk. Sebuah ucapan dukacita. “KELUARGA BESAR AMAN WILAYAH BENGKULU. Mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya NAHADIN bin SATUN. Pejuang Masyarakat Adat”. 


Waduh. Akupun tersentak. Benar-benar kaget. Nama yang sangat kukenal. 


Teringat belasan tahun yang lalu. Saat itu masih nongkrong di Walhi Jambi. Mendapatkan kabar adanya penangkapan masyarakat yang menolak keberadaan perusahaan sawit. 


Namun bukan hanya masyarakat yang ditangkap. Dua orang Staf Walhi Bengkulu. Dwi Nanto dan Firman. 

opini musri nauli : Perdebatan Kemerdekaan: Mengapa Rakyat Masih Miskin?

 


Di sebuah ruang tamu sederhana di Jakarta, aroma kopi tubruk menyeruak. Hari itu, bukan hanya kemerdekaan yang dirayakan, tapi juga kenyataan pahit yang dihadapi. Lima tokoh bangsa duduk melingkar: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, dan Agus Salim. Mata mereka menatap satu sama lain, penuh gairah dan keprihatinan. Topik utama mereka adalah satu: mengapa rakyat Indonesia, setelah merdeka, masih hidup dalam kemiskinan?



Soekarno: Sang Orator yang Berapi-api


Soekarno membuka perdebatan dengan suara menggelegar, penuh semangat yang membakar. "Saudara-saudaraku! Kemerdekaan ini adalah jembatan emas! Jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur!" Ucapnya sambil mengepalkan tangan. "Kita harus membangun jiwa rakyat! Mentalitas bangsa harus kita ubah! Dari mental inlander, menjadi mental pejuang! Kita harus bersatu, bergotong royong, untuk mencapai cita-cita ini! Kekayaan alam kita melimpah, dan itu adalah modal utama kita!"