18 Juli 2018

opini musri nauli : Tanah pemberian


Sebagai masyarakat Melayu, Masyarakat Melayu Jambi terbuka terhadap kedatangan penduduk dari luar dusun. Pengaruh Minangkabau dapat dilihat di Marga Sungai Tenang, Marga Pangkalan Jambu, Marga Air hitam, Marga Pelawan, Marga Batin Pengambang, Marga Bukit Bulan, Marga Datuk nan Tigo, Marga VII Koto, Marga IX Koto, Marga Jujuhan, Marga Sumay, Marga Serampas. Seloko seperti  Jika mengadap ia ke hilir, jadilah beraja ke Jambi. Jika menghadap hulu maka Beraja ke Pagaruyung atau Tegak Tajur, Ilir ke Jambi. Lipat Pandan Ke Minangkabau[1] membuktikan hubungan kekerabatan yang kuat antara masyarakat di hulu Sungai Batanghari dengan Pagaruyung.

Atau berasal dari Jawa Mataram[2].  Cerita ini begitu kuat di Marga Sungai Tenang, Marga Batin Pengambang dan Di Marga Maro Sebo Ulu. Cerita tentang dari Mataram juga dikenal di Marga Serampas.

Kisah Turki dapat ditemukan di masyarakat pesisir Pantai Timur Sumatera. Seperti di Senyerang (Marga Tungkal Ilir) )[3], Marga Kumpeh[4], Marga Jebus dan masyarakat di pantai timur Sumatera[5]. Bahkan cerita tentang Sulthan Thaha Saifuddin tidak dapat dilepaskan dari kisah “vassal” Turki[6].

Jejak Kerajaan Jambi kemudian dikenal kisah Dara Petak dan Dara Jingga[7]. Sejarah kedatangan dan pesiar Raja Jambi dikenal di beberapa perjalanan. Di Marga Pemayung Ulu, Marga Pemayung Ilir, Marga VII Koto dan Marga IX Koto, Marga Sumay dan Marga Renah Pembarap.

Seloko terhadap kedatangan penduduk dari luar dusun ditandai dengan Seloko seperti “Tanjung Paku batang belimbing. Tempurung dipalenggangkan. Anak dipangku, kemenakan dibimbing, orang lain dipatenggangkan  adalah perumpaan keterbukaan masyarakat dengan pendatang[8].

Sebagai bentuk keterbukaan dengan masyarakat pendatang maka dikenal “tanah pemberian”.

Di Marga Sungai Tenang dikenal “tanah irung. Tanah gunting”. Yang ditandai untuk masyarakat Desa Tanjung Alam dengan istilah “tanah Koto 10, belalang pungguk 9”. Atau “Belalang Pungguk 9. Padang Koto 10.

Dusun Tanjung Mudo merupakan tanah pemberian dari Koto 10 namun penduduknya berasal dari Pungguk 6 yaitu berasal dari Dusun Baru dan Dusun Kototeguh. Mereka kemudian “beladang jauh” di wilayah Koto 10. Di masyarakat dikenal dengan istilah “Tanah Koto 10, belalang Pungguk 6”. Ada juga menyebutkan “Belalang Pungguk 6. Padang Koto 10.

Sedangkan Tanjung Alam merupakan tanah dari  Koto 10 namun penduduknya berasal dari Pungguk 9. Dikenal dengna istilah “tanah Koto 10, belalang pungguk 9”. Atau “Belalang Pungguk 9. Padang Koto 10.

Sedangkan Koto Rawang penduduknya berasal dari Lubuk Pungguk yang termasuk kedalam Pungguk 9. Sedangkan wilayah diberikan oleh Pungguk 6. Dikenal dengan istilah  Tanah Pungguk 6, Belalang Lubuk Pungguk.  Lubuk Pungguk termasuk kedalam Pungguk 9.

Istilah “tanah Irung, Tanah gunting”. Atau  dengan istilah mengirung dan mengunting tanah Koto Sepuluh”. Masyarakat Pungguk Sembilan Tanahnya merupakan pemberian Koto Sepuluh yang kemudian disebut dengan Belalang Pungguk Sembilan Padang Koto Sepuluh”.
Tanah Irung Tanah Gunting berdasarkan tembo : “muaro sungai titian teras di sungai sirih (sungai tembesi sekarang), peradun limau keling (mudik tanjung alam), terus ketanah genting, pauh belepang, dusun talang lengis, laju ke muaro sungai matang di sungai sirih mudik ke sungai sirih” [9].
Terhadap masyarakat diluar Marga Sungai Tenang dikenal ujung batin. Penduduknya berasal dari Marga Batangasai dan Marga Batin Pengambang namun wilayah kemudian diberikan dari Marga Sungai Tenang. Biasa dikenal dengan istilah “tanah ujung Batin”. Ditandai dengan Seloko “Belalang Batin Pengambang. Tanah Koto 10.

Begitu juga dengan Desa Renah Alai. Renah Alai merupakan masyarakat yang berasal dari dusun yang termasuk kedalam Marga Serampei. Kemudian pindah ke Inum Pendum yang termasuk kedalam Marga Sungai Tenang. Dusun Inum Pendum kemudian menggunakan nama Renah Alai. Renah Alai kemudian masuk kedalam Marga Serampas.

Sedangkan Sungai Lisai merupakan ujung dari wilayah Pungguk 9 yang terletak di Dusun Muara Madras. Sungai Lisai kemudian masuk kedalam wilayah Sungai Lisai Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Lokasi desa yang berada di tengah-tengah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Jarak Desa Sungai Lisai ke Desa Seblat Ulu yang merupakan desa terdekat, hanya 9,5 kilometer.

Tanah Pembarap

Dalam himbauan dari Raja Jambi, melihat pemukiman di sekitar bawah Gunung Masurai yang masih sepi, maka Penduduk dari Serampas kemudian turun untuk menghuni kawasan di bawah Marga Serampas. Biasa dikenal dengan istilah Tanah Pembarap.

Dusun-dusun yang termasuk kedalam Tanah Pembarap seperti Tanjung Asal, Dusun Durian Mukut, Peraduan Temeras, Air Lago, Badak Terkurung, Rantau Pangi, Pulau Raman, Sekancing, Dusun Baru Padang lalang, Rantau Limau Kapas, Muara Inum,

Dusun Rantau Limau Kapas, Dusun Sekancing termasuk kedalam Marga Tiang Pumpung dan menjadi kecamatan Tiang Pumpung.  Desa Muara Pangi, Rantau Jering kemudian masuk kedalam Kecamatan Lembah Masurai.

Sedangkan Air Lago, Badak Terkurung, Peraduan Temeras, Pulau raman masuk ke Marga Tiang Pumpung kemudian masuk ke kecamatan Muara Siau.

Di Marga Pelepat dikenal Pemberian tanah yang disebut didalam seloko “Sejalar Peringgi. Sekokok Ayam”. Seloko ini melambangkan wilayah yang hendak diberikan[10]. Begitu juga wilayah Ujung Tanjung yang diberi gelar Rio Bagindo merupakan wilayah “Sebiduk luncur. Sekokok ayam.

Marga IX Koto dikenal “koto yang ramai”. Daerah ini kemudian dikenal sebagai daerah Transmigrasi di Rimbo Bujang[11].

Marga Jebus di Desa Rukam dikenal “jejawi berbaris dan tali gawe’.

Hanya Marga Air Hitam dikenal sebagai Tanah Bejenang.  Istilah Jenang adalah penamaan dari “orang yang dipercaya” dari Tumenggung[12].

Tanah nan berjenang adalah wilayah sembilan yang berada di bawah pemerintahan jenang. Lembaga jenang adalah jalan lain yang digunakan Sultan untuk mengingatkan para pimpinan daerah daerah di pedalaman akan keberadaan otoritas sentral. Daerah tersebut meliputi beberapa daerah di dataran tinggi Jambi di luar area Batanghari. Penduduk Tanah nan berjenang ini bermukim migran dari Minangkabau yang disebut sebagai orang Batin dan orang Penghulu, dan yang berasal dari Palembang, yaitu orang Rawas[13].

Penamaan Tanah bejenang kemudian dipadankan seperti “tuo kampung, tanah bejenang, rajo bepenghulu, negeri bebatin.

Di daerah hilir dikenal “pancung alas”. Pemberian tanah  dari Pemangku adat.


[1] Kozok, Uli, & Eric van Reijn. (2010) “Adityawarman: Three Incriptions of the Sumatran King of All Supreme Kings.” Indonesia and the Malay World 38, hal. 135-158
[2] Versi Jawa Mataram ditemukan di Pulau Tengah, Renaah Pelaan. Bahkan hingga Marga di Tiang Pumpung, Marga Renah Pembarap dan Marga Sanggrehan.
            [3] Pelajaran dari Konflik, Perundingan dan Kesepakatan antara Desa Senyerang dengan PT. WKS, Laporan FPP, Walhi Jambi dan Scale Up, 2014
            [4] Desa Sponjen, 4 Januari 2016
[5] A. Mukty Nasruddin, “Jambi Dalam Sejarah Nusantara 692-1949,” Stensilan, tidak diterbitkan, 1989, h. 64-65
[6] E. Gobee dan C. Adriaanse, Nasihat-nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada Pemerientah Hindia Belanda 1889 – 1936, INIS VII, Jakarta, 1992.
            [7] Raden Wijaya menikahi putri Melayu (Dara Petak) dan diiringi juga oleh Raja Mauliwarmadewa menikahi Dara Jingga, yaitu pada tahun 1293 M. Dengan demikian Kerajaan Melayu yang meliputi Jambi, Tebo, Ulu Batanghari dan Minangkabau di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada tahun 1347 M[7], Adityawarman dinobatkan sebagai raja Kerajaan Melayu setelah raja Rendra. Pada masa kekuasaannya, Adityawarman ingin kerajaan Melayu berdiri sendiri dan lepas dari kerajaan Majapahit.
[8] Hamzah Raden, Pertemuan di Desa Teluk Singkawan, 16 Maret 2013.
[9] Riset Walhi Jambi, 2013
     [10] Zulkifli, Tokoh adat di Desa Senamat dan Rio Dusun Senamat Ulu,
[11] Sarlis Jani, Desa Teluk Kuali, 16 Agustus 2016
     [12] Muktar, Ketua Lembaga Adat Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, 24 Oktober 2017
     [13] Lindayanti & Zaiyardam, KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM MASYARAKAT PLURAL: JAMBI 1970-2012, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang