20 Mei 2021

opini musri nauli : Pusako, Pesako dan Sko



Menjelang Ulang tahun ke 74 tahun dan Hari Jadi ke 619 Tahun, berbagai ucapan berdatangan. Dengan kata-kata seperti “Ulang Tahun Kotamadya Jambi. Tanah Pilih Pusako Betuah”. 

Secara sekilas tidak ada yang aneh. Namun apabila ditelisik lebih jauh, ada yang menarik Seloko “Tanah Pilih Pusako Betuah”. Terutama kata “Pusako”.


Pelan-pelan saya menyusuri kata “Pusako” yang kemudian dilekatkan kepada papan ucapan selamat hari Kotamadya Jambi. 


Istilah “Pusako” memang sudah menjadi pengetahuan ditengah masyarakat Melayu Jambi. Semuanya kemudian meyakini makna dari kata itu. Pusako adalah dialek terhadap kata “Pusaka”. 


Didalam kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata “Pusaka” adalah harta benda peninggalan orang yg telah meninggal. Sering juga harta “warisan”. 


Pusaka juga dapat diartikan “barang yang diturunkan dari leluhur atau moyang. Biasanya simbol-simbol yang dihormati. Entah, keris, pedang, umbul-umbul, jubah kebesaran atau harta pusaka lainnya. 


Ditengah masyarakat Melayu Jambi juga dikenal “Pusako tinggi” dan “Pusako rendah”. Penempatan “Pusako tinggi” dan “Pusako rendah” mempunyai konsekwensi hukum. 


“Pusako tinggi” tidak dapat dibagi kepada Ahli waris. Dia hanya diturunkan dan dijaga. Sedangkan “pusako rendah” dapat menjadi harta waris. 


Berbeda dengan di Sumbar. Pusako Tinggi tidak dapat dibagi. Biasanya dipercayakan pengurusan kepada “nenek mamak” atau saudara yang dihormati dan dipercaya. Biasanya “tanah, rumah, kebun. 


Sedangkan Pusako rendah dapat diwariskan. Terutama kepada pihak perempuan. Sebagaimana sistem kekerabatan matrilinial. 


Makna “Pusaka” dalam dialek Melayu Jambi ditujukan kepada “harta warisan”. Atau pembagian warisan. 


Sedangkan terhadap benda atau simbol-simbol yang diluar pewarisan, penulis tidak pernah mendengarkan dialek penyebutan “Pusako”. 


Di Berbagai tempat terutama di Hulu Sungai Batanghari atau “Uluan” Jambi, dialek yang sering digunakan adalah “Pseko”. 


Berbagai tradisi rutinitas malah menggunakan “Kenduri sko”. Dapat ditemukan di Kerinci dan berbagai ulu Merangin. 


Di Daerah Ilir Jambi kata yang sering digunakan malah “Pesako”. Dengan dialek “e” lemah atau mengucapkan sedikit cepat. 


Sehingga kemudian menimbulkan kerancuan ketika membicarakan simbol atau benda diluar pewarisan kemudian menggunakan istilah “Pusako”. 


Kata “Pesako” Malah terdapat di logo dan lambang Kotamadya Jambi. Yang masih terpatri di berbagai kantor resmi Pemerintahan Kota Jambi. Dengan seloko yang khas “Tanah Pilih Pesako Betuah”.