Sementara itu Tan Talanai sebagai Raja Jambi yang mendengarkan kecantikan Putri Pagaruyung, lalu Baginda bermufakat dengan segala Perdana Menterinya untuk berangkat ke Pagarruyung untuk meminang Tuan Putri Selaras Pinang Masak dengan segala alat kebesaran.
Kedatangan Tan Talanai sebagai Raja Jambi kemudian disambut oleh Raja Pagaruyung. Berbagai kisah dialog antara keluhuran Bahasa Tan Talanai sebagai Raja Jambi dengan Raja Pagaruyung sering dapat kita saksikan dalam berbagai acara lamaran (ulu antar/tando jadi).
Namun berbagai kisah kemudian menimbulkan berbagai versi. Ada yang menyebutkan “Sekembali Raja Tan Talanai”, dikirimi utusan untuk menjemput Putri Pagaruyung. Namun utusan kemudian gagal membawa Putri Pagaruyung. Sehingga mereka kemudian malu kembali ke Kerajaan. Mereka kemudian membuat kampung sendiri. Dan terpisah dari kehidupan Melayu.
Ada juga menyebutkan Putri Pagaruyung kemudian menolak secara halus sebagaimana kata-katanya “"Wahai, Mamanda Datuk, janganlah disangka, anakanda telah suka bersuamikan raja Tan Talanai.
Siapakah yang suka bersuamikan orang sebesar dan panjang hitam, berambut kerinting, bermata merah dan berhidung bungkuk. Tetapi jika ditolak saja permintaannya alamat terjadi peperangan maka rusak binasa rakyat kita, habis hancur sawah dan huma, menjeritlah rakyat kita meraung, putus asa karena duka nestapa yang datangmenerpa negeri kita. Sekarang kita boleh bersahabat untuk selamanya.
Raja Tan Talanai kemuidan menjadi gundah. Kemudian kembali mengilir ke Jambi. Kemudian untuk menghibur diri kemudian berkeliling kampung.
Sepanjang perjalanan berbagai kisah kemudian ditemukan di cerita Rakyat Jambi. Bubur yang dibuat oleh Tan Talanai yang tertumpah itu, menjadi Teluk Kapur, khabamya kalau bubur itu dikinyam terasa lemak juga (enak juga).
Sampai ke suatu ladang padi, Tan Talanai bertemu seekor ular yang besar. Dengan kekuatan yang tak terhindar ular itu ditangkap oleh Tan Talanai dan diregangnya ular itu oleh Baginda, ular itu pun mati seketika. Baginta tertawa seraya menginjak korbannya menyatakan kemenangan. Darah perwiranya tambah berkobar, ular itu pun dimakan oleh Baginda. Sedangkan sisik ular itu yang menjadi asal nama Napal Sisik.
Berbagai kejadian juga terjadi seperti di berbagai Dusun. Seperti dusun Malapari, tempat Baginda membela ikan pari. Dusun Teluk Rengkiang, tempat Baginda membuat rangkiang. Penjemuran Jala, tempat Baginda menjemur jala.
Tan Talanai kemudian memerintah negeri Jambi dengan aman dan sentosa serta kemewahan yang tak terhingga.
Nama Tan Talanai masih menjadi cerita ditengah masyarakat Jambi.
Nama Tan Talanai kemudian menjadi tempat. Salah Satu Nama kecamatan. Terdiri dari Kelurahan Buluran Kenali, Kelurahan Pematang Sulur, Kelurahan Penyengat Rendah, Kelurahan Simpang Empat Sipin, Kelurahan Telanaipura, Kelurahan Teluk Kenali.
Baca : Telanaipura