Sebuah situs online hokum
terpercaya menulis berita yang mengabarkan “KAPOLDA JAMBI MENJADI KEPALA DIVISI
HUMAS MABES POLRI”. Sebuah jabatan prestisius yang akan sering tampil menjadi “jubir”
Mabes Polri di berbagai media massa. Sebuah jabatan penghormatan kepada
prestasi kepada anggota Kepolisian yang berprestasi.
Secara pribadi, penulis
mengenal Kapolda Jambi dalam sebuah pertemuan. Kami berbincang dan membicarakan
berbagai macam persoalan. Dari pengamatan saya secara pribadi, saya menangkap
kesan, adanya perubahan paradigma melihat kepolisian yang hendak berbenah.
Beliau menyadari tuntutan public akan transparansi, perbaikan “mental”
kepolisian menjadi aparatur pelayanan public, menghargai prestasi anggota dan
secara pribadi dia memaparkan berbagai agenda kerjanya.
Pada saat yang
bersamaan, tulisan penulis yang dimuat di Jambi Ekspress tanggal 9 November
2011 berjudul “SURAT TERBUKA KEPADA KAPOLDA JAMBI” kemudian memaparkan berbagai
harapan rakyat terhadap Kapolda Jambi. Secara singkat, tulisan ini memaparkan
bagaimana berbagai persoalan yang berkaitan dengan “sengketa perkebunan kelapa
sawit” yang hampir merata di berbagai daerah harus menjadi titik perhatian dari
Kapolda Jambi. Harapan ini senantiasa harus disampaikan, karena dalam berbagai
kurun waktu terus terjadi tanpa mencari akar masalahnya. Dari titik inilah,
penulis akan mencoba melihat berbagai upaya yang terus disampaikan kepada
Kapolda Jambi.
Berangkat dari tulisan
yang telah penulis sampaikan, Kapolda Jambi menawarkan ide “Focus group discussion”.
Dengna runut dan sistematis, Kapolda Jambi mencanangkan pelaksanaan FGD
sebanyak 400 selama setahun. Sebuah upaya mencari akar masalah berbagai persoalan
di tengah masyarakat.
Ide ini kemudian juga disampaikan dalam forum diskusi “Wajah Penegakan Hukum di Jambi Tahun 2011”akhir tahun 2011 di Harian Jambi Independent, dimana dalam forum tersebut, penulis juga menjadi pemberi materi.
Ide ini cukup menarik,
selain istilah “FGD” merupakan salah terminology yang paling sering digunakan
para aktivisis LSM dalam pengorganisasian masyarakat, ide ini berangkat “keinginan”
kepolisian untuk mencari akar masalah dari berbagai konflik yang sering terjadi
di tengah masyarakat.
Kepolisian sudah
menjadi menyadari, berbagai konflik yang terjadi tidak semata-mata menggunakan
pendekatan hokum yang bersifat represif namun juga harus menggunakan berbagai
pendekatan preventif dan mencari akar masalahnya. Istilah yang digunakan oleh
Kapolda “seperti pemadam kebakaran. Kami diminta ketika akar masalah semakin
meruncing”.
Dalam perkembangannya,
FGD kemudian dilaksanakan berbagai Polres dan Polsek. Hampir setiap hari, media
massa mengabarkan berbagai pelaksanaan FGD. Mulai dari persoalan lahan, tindak criminal,
masalah adat, masalah tawuran bahkan FGD yang membicarakan tentang “konvoi
siswa sekolahan pasca pengumuman kelulusan”.
Selain itu, semangat
yang disampaikan oleh Kapolda Jambi juga ingin memberantas narkotika. Dengan jernih
dia memaparkan angka-angka peredaran narkotika di Jambi, dampak narkotika, dan
upaya yang akan dilakukannya. Secara rutin, Kapolda memberikan “reward”
terhadap satuan yang berprestasi.
Berbagai ide-idenya
kemudian sering disampaikan di berbagai media massa, bahkan menulis di salah
satu media massa untuk menggambarkan ide-idenya. (http://www.metrojambi.com/v1/home/kolom/2110-penerimaan-akpol-masih-betah.html)
Dari dua kali pertemuan
dengan Kapolda jambi, kesan yang ditangkap dari diri Kapolda Jambi, adalah
keinginan beliau agar Polisi menjadi bagian dari masyarakat, penyampaian yang
jauh dari kesan Perwira tinggi dan low profile.
Namun dalam perkembangannya,
peristiwa konflik di JAW, penyerangan kantor Tanah Sepenggal, Bungo, peristiwa
konflik antar desa, kasus penganiayaan tahanan di Mapolsek Sungai Penuh, merupakan
peristiwa kelam dalam periode jabatan Kapolda Jambi. Terlepas dari berbagai factor
yang melatar belakangi, peristiwa yang terjadi masih membuktikan, bagaimana paradigma
kepolisian di tingkat paling ujung sector belum berbenah. Paradigma kepolisian
yang cenderung menggunakan “cara-cara” kekerasan dalam pendekatan hokum masih
sering terjadi. Sehingga kadangkala kita frustasi menghadapi berbagai persoalan
terus berurat akar walaupun nada optimistis sering kita kumandangkan.
Sebelum menutup pembahasan, penulis sekedar menyampaikan kasus-kasus
menonjol yang belum diselesaikan Kapolda sebelumnya. Kasus seperti pengungkapan
terhadap matinya pejuang petani di Senyerang, pemukulan terhadap aksi-aksi yang
dilakukan terhadap HMI Cabang Jambi, penyerbuan di kebun Karang Mendapo.
Kasus-kasus ini menarik perhatian publik, namun sangat lama dan belum juga
disidangkan di muka persidangan. Namun sangat disayangkan, sampai akhir periode
jabatan beliau, pengungkapan kasus-kasus ini ”seakan-akan” berjalan di tempat
dan tidak ada perkembangan yang menggembirakan.
Terlepas dari semuanya, penulis mengucapkan selamat Kepada Brigadir
Jenderal Polisi Drs. Anang Iskandar SH MH atas ”dedikasinya dan upaya yang
telah dilakukan”. Percayalah Jambi akan menjadi kenangan kepada diri beliau.
Seperti yang sering bijak disampaikan oleh tetua adat. ”Pabila sudah minum air
batanghari, maka akan kembali lagi”.
Dimuat di Harian Jambi Ekspress, 4 Juli 2012
Dimuat di Harian Jambi Ekspress, 4 Juli 2012