BABEL1
DALAM PUSARAN TAMBANG
Ketika mendengarkan nama
Bangka Belitung (Babel), maka yang terbayang adalah Timah, Laskar
Pelangi dan dan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama). Semuanya tidak mudah
dilupakan karena cerita yang mudah diingat dan paling sulit
dilupakan. Babel merupakan nama Propinsi tahun 2001 setelah sebelum
masih tergabung dengan Propinsi Sumatera Selatan. Terdiri dari 407
pulau namun hanya 50 pulau yang berpenghuni.
Timah tidak bisa
dilepaskan dari pandangan kita tentang Bangka-Belitung.
Sedangkan Film Laskar
Pelangi merupakan terjemahan novel “Laskar Pelangi” karya
Andrea Hirata yang mengisahkan kehidupan sehari-hari 10 murid di
Sekolah Muhammadiyah di Belitung.
Sementara Ahok membuat
nama Belitung Timur menjadi perhatian nasional. Perjalanan politik
Ahok dimulai dari Bupati Belitung Timur kemudian menjadi Anggota
DPR-RI-Wakil Gubernur dan menggantikan Jokowi menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Ahok di berbagai kesempatan selalu mengambil contoh di
Belitung Timur tentang tolerasi, pengelolaan pemerintahan dan tentu
saja tidak lupa menceritakan tentang keindahan pulau Belitung
Saya mendapatkan
kesempatan untuk mendatangi Babel menghadiri acara Pertemuan Regional
Walhi Sumatera tanggal 31 Juli – 2 Agustus 2015.
Perjalanan dimulai
setelah mendarat di Bandara “Depati Amir2”
di Pangkalpinang3.
Tak lama kemudian kita menjumpai kata “Selamat Datang di Babel.
Negeri Serumpun Sebalai4”.
Kabupaten Bangka mengikrarkan sebagai “Sepintu Sedulang”.
Ikrar penggunaan kalimat itu mengingatkan berbagai slogan nama yang
mempunyai arti sama di berbagai kabupaten di Jambi5.
Depati Amir merupakan pejuang melawan Belanda 1848-1851.
Membicarakan keberadaan
Bangka-Belitung tidak dapat dilepaskan dari dunia Melayu
Bangka-Belitung, Tionghoa. Namun yang tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan asli suku Lom6
dan Sengkak7.
Manuskrip Bangka dapat
ditelusuri naskah Haji Idris, seorang guru di Mentok tahun 1861.
Manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan Koninklijk Instituut
voor-Taal, Land-en Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda dituliskan
dalam bahasa Melayu aksara Arab8.
Begitu juga manuskrip Arifin Tumenggung Kertanegara I dan M. Ali
Tumenggung Kertanegara II. Ketiga manuskrip ini menceritakan tentang
Sejarah Bangka.
Pulau Bangka pernah
menjadi bagian dengan pulau Sumatera. Ditemukannya Geraham Gajah
Elephas Sumatranus oleh F. Martin di lapisan endapan timah di Bangka
tahun 1804 memperkuat Bangka pada masa Pleistosen9.
Cerita tentang keberadaan
Bangka bisa ditelusuri dari manuskrip Haji Idris dan Raden Ahmad.
Selain itu juga keberadaan manusia purba dapat ditelusuri dengan
melihat migrasi suku bangsa dari daratan Asia ke Indonesia10.
Suku Mapur di percaya sebagai ras pertama yang menempati pulau Bangka
(40 ribu tahun yang lalu).
Sedangkan Antony Reid11
meyakini bangsa Asia yang bermigrasi ke Selatan sepanjang pantai
Laut Tiongkok Selatan dan menempati sungai-sungai.
Menurut versi masyarakat
Bangka Kota, Permisan dan Penyampar, Orang Bangka berasal dari Seekor
burung Putih (dara petak)12
jelmaan seorang Raja Jawa dan bersumpah berubah menjadi burung.
Mereka terbang ke Pulau Bangka. Ketika tuah sumpahnya hilang mereka
kembali menjelma menjadi manusia. Cerita ini mirip dengan Suku Mapur
yang menggambarkan orang Bangka bersaudara dari Jawa.
Orang Punggur sendiri
mengaku berasal dari perjalanan rakit hanyut dari Banten dan
terdampar di Bangka. Sedangkan versi orang Jering, mereka berasal
dari keturunan dua orang putra dan putri raja Sumatera yang dibuang
karena melanggar titah Raja. Mereka mendarat di kaki Gunung Maras.
Cerita ini juga
dilengkapi cerita rakyat dari Mentok13,
kisah Si Gading14,
vesi rakyat Panji15,
Belinyu dan Sekak, Versi cereita rakyat Nyalu, Bakung, Jeruk16
dan Bukit.
Falsafah hidup masyarakat
dikenal dengan istilah “serumpun sebalai”, “jangan
dak kawa nyusa Aok17”.
Tradisi lain seperti Tradisi nganggung18,
tradisi ruwahan (sedekah ruah), milang Ari19,
Naber Kampung20,
Ngeroh Aik Sungai21
hidup di Pangkalpinang. Di Kabupaten Bangka dikenal “Nganggung”,
“ruwahan”, “rudat”, “Naber22”.
Selain itu juga tradisi di Belitung dikenal seperti upacara-upacara
mengerjakan ladang (maras taun), menangkap ikan (buang
jong), menyelenggarakan perkawinan (gawai penganten).
Tradisi Nganggung
merupakan cerminan dari sejarah Islam. Sedangkan lain tradisi seperti
“naber kampung” lebih menunjukkan tradisi yang hidup dari
pengaruh Hindu. Hindu mempunyai pengaruh di Bangka abad 7 dalam
kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Islam masuk ke Belitung diperkirakan
abad 17.
Kedatangan China
diperkirakan pada dinasti Tang. Dan diperkirakan besar-besaran pada
pertengahan abad 19. Sultan Ratu Mahmud Badaruddin I, mendirikan kota
Mentok dan diserahkan kepada Keluarga Besar Ence Wan Abdul Hayat25.
Mereka kemudian mendatangkan ahli penambang timah, Bong Hu But.
Kerjasama ini biasa dikenal dengan istilah “kongsi”.
Perebutan timah terjadi.
Baik oleh Belanda26,
Inggeris27
maupun Tiongkok sebelumnya. Termasuk Raja Bangka-Belitung yang datang
ke Batavia dan meminta VOC untuk melindunginya dari Kesultanan
Palembang28.
Bangka kemudian diserahkan Inggeris kepada Belanda berdasarkan
traktat London 181429.
Tahun 1877-1887 Belitung kemudian diproduksi hingga melebihi Bangka.
Bangka juga merupakan
tempat kepentingan menjaga laut ketika Sriwijaya menempatkan sebagai
pusat armada untuk keamanan pelayaran di selat Malaka30.
Sedangkan Majapahit menempatkan Bangka untuk menghadang kekuatan
Sriwijaya di Palembang tahun 1293-1560 masehi. Bahkan
Johor-Minangkabau juga pernah menduduki pada awal 1600-an. Bahkan
Banten juga sempat menduduki bangka.
Di masa Kesultanan
Palembang, kehidupan mulai terpengaruh. Kelompok orang Melayu mulai
berdatangan31.
Menetap sebagai pedagang.
Orang Melayu yang
mempunyai hubungan kekerabatan dengan Sultan, memegang peranan
penting. Mereka berpangkat “Depati”, sedangkan pimpinan
“orang darat” maupun “orang laut” disebut
“bathin”. Istilah “Depati”, “Bathin” juga
ditemukan di Jambi.
Penduduk sudah
menguasahakan timah dengan menggali sumuran. Hasilnya kemudian
dilebur dengan cara dibakar. Belanda sempat belum tertarik dengan
timah32.
Zaman keemasan
penambangan timbah terjadi pada pemerintahana Sultan Achmad Najamudin
tahun 1870-1780. Pada pemerintahan Inggeris (1812-1816), Inggeris
mengambil kebijakan untuk memodernkan pola pengerukan. Selain
mendatangkan buruh dari Tiongkok, Rafles melakukan perbaikan
managemen33.
Pulau Bangka kemudian disebut “Duke of York”. Desember
1816, Inggeris kemudian mengembalikan Pulau Bangka kepada Belanda34.
Namun kegemilangan
penambangan ternyata tidak memberikan perhatian kepada penduduk.
Berbagai penyakit seperti beri-beri (1861-1862), Malaria (1919-1920),
lumpuh kaki, typus, kolera, cacar, cacing tambang tidak serius
ditangani dengan baik. Pada akhir awal abad XX barulah diberi
perhatian dengan membuat rumah sakit yang berkualitas.
Selain itu hancurnya
berbagai bekas pertambangan meninggalkan jejak hitam yang sulit
diperbaiki oleh alam. Berbagai upaya reklamasi tidak sebanding
hasilnya dengan hasil yang telah dikeruk.
Tinggal kita memilih
mendengarkan cerita tentang Bangka-Belitung. Sejarah yang panjang
dengan berbagai ornamennya atau kegemilangan tambang yang cuma
dinikmati segelintir orang.
1
Petrus Plancius tahun 1594 didalam petanya menulis kata “BANCA”.
Peta Spanyol yang disusun oleh Giacano Gartaldi tahun 1594. Pelaut
Belanda Jans Huygens van Linschotten didalam bukunya “Reys
Geschrift van de Navigatieen Portugaleysers in Orienteen mencatat
adanya pulau Timur Jauh termasuk “BANCA” tahun 1959. Penyebutan
nama “Banca” menjadi “Bangka diperkirakan abad 17. Tidak ada
dokumen yang mendukung adanya perubahan nama tersebut. Nama “Bangka”
berasal dari penamaan “Wangka” (vanca) berarti timah dalam
bahasa Sansekerta
2
Menyebut kata “Depati” merupakan kata yang cukup familiar
di telinga saya. Di Kerinci nama Bandara “Depati Parbo”.
Depati adalah jabatan yang diberikan kepada pemangku wilayah
setingkat Bupati. Nama yang diberikan jauh sebelum kedatangan
Belanda.
3
Pangkal atau Pengkal berarti “pusat”, kota tempat pasar, tempat
berlabuh kapal. Pinang adalah sejenis tumbuhan palm yang tumbuh di
Bangk. Jadi pangkalpinang dimulai dari terbentuknya kampung kecil
yang banyak ditumbuh pinang. Pohon pinang dijadikan menambat perahu
ketika berlabuh. Sejarah dan Budaya Pangkalpinang, 2005
4
Serumpun Sebalai suatu bentuk etika kehidupan keseharian
masyarakat Bangka-Belitung yang rukun damai dan dalam hubungan
kekeluargaan walaupun terdiri dari bermacam-macam etnis dan agama.
5
Langkah Serentak Umbai Seayun (Bungo), Tali Undang Tambang Teliti
(Merangin), Sailun Salimbai (Muara Jambi), Serengkuh Dayung Serentak
Ketujuan (Tanjabbar), Sepucuk Nipah Serumpun Nibung (Tanjabtim),
Serentak Galah Serengkuh Dayung (Tebo), Salahun Suhak Salatuh Bdei
(Sungai Penuh)
6
Suku LOM (Suku Mapur) diyakini sebagai manusia pertama yang
menempati Pulau Bangka. Mereka diyakini mempunyai kepercayaan asli
seperti Titian Taber, Puri Adat, Mata kakap dan Penunjang Langit.
Muhammad Arifin Mahmud, Pulau Bangka dan Budayanya I, II, III, tidak
diterbitkan, Pangkalpinang, 1986, hal. 26. Orang LOM hidup di darat
dan berpindah-pindah di dalam hutan untuk bertani dan berladang.
Mereka memegang kuat adat dan ritualnya dengan istilah-istilah
sehari-hari yang dimengerti oleh orang Melayu lain di luar
lingkungan mereka bahkan dilakukan juga oleh orang Melayu luar.
Selam cuma igamanya, adét lebih kuat; pantang suat cuma,
pesumpah sumor hidup; salah omong; gawi yang bukan-bukan; pantun;
dukun beranak; manjang; pekatak. Nothofer mengatakan bahwa
“Selama lebih daripada seratus tahun terakhir ini, kajian
tentang keadaan linguistik di Bangka difokuskan kepada isolek yang
dikatakan ‘bahasa Lom’ Dan lanjutnya “Dialek Gunungmuda
diteliti, kerana sangat mirip dialek Lom…” Dan “…Lom
menunjukkan banyak unsur Melayu Semenanjung selatan (‘Riau-Johore’)
yang dipinjam selama 500 tahun terakhir ini” (Blust 1994: 125)
7
Orang Sekak mendiami lokasi pinggiran pantai dengan mata
pencahariannya nelayan. Suku Sekak lebih dekat dengan orang Moken
dibandingkan dengan Bajo. Antropolog maritim Universitas Tokyo,
Akifumi Iwabuchi, menyebutkan, Moken dan Sekak sama-sama punya
ritual Buang Jung. Ritual itu biasanya dihelat saat laut mulai
tenang selepas musim barat. ”Sama-sama membuat perahu kecil berisi
aneka sesaji. EP Wieringa dalam ”Carita Bangka”
(Rijksuniversiteir Leiden, 1990) disinggung asal-usul orang Sekak.
Wieringa antara lain mengalihbahasakan catatan Legenda Bangka yang
disusun Haji Idris tahun 1861 dalam buku itu. Dalam Legenda Bangka
versi Haji Idris, di Pasal 26 disebutkan, orang Sekak adalah
keturunan prajurit Tuan Sarah. Tuan Sarah adalah pedagang yang
ditunjuk Sultan Johor memimpin pasukan penyerbu bajak laut di Bangka
pada awal abad ke-17. Setelah bajak laut diusir, sebagian besar
pasukan itu kembali ke Johor. Sebagian lagi tinggal di Bangka, dan
menjadi cikal bakal orang Sekak. Di Bangka, orang Sekak tercatat
tinggal di Kuto Panji, Jebu Laut, Kudinpar, Lepar, dan Pongok. Di
Belitung, orang Sekak tinggal di Juru Seberang, Kampung Baru, dan
Gantung.
8
Di Jambi biasa dikenal dengan istilah “Arab Gundul”. Tutur dan
dialek Melayu tapi menggunakan aksara Arab. Tulisannya seperti Arab
tapi bacaan Melayu. Dikatakan Gundul sebab tidak ada tanda bacanya
(“a”, “i”, “u”)
9
Di zaman pleistosen (sekitar 1,8 juta – 11 ribu tahun yang lalu),
mencairnya es mengakibatkan permukaan air laut menurun drastis
hingga mencapai 150 m – 130 m. Sehingga banyak dasar laut
mengering dan menjadi daratan kering.
10Dugaan
sementara berasal dari ras Vedoid dan Austroloid.
11Anthony
Reid, Soematera Tempo Doeloe. Dari Marcopolo sampai Tan Malaka,
Komunitas Bambu, Depok, 1995, Hal. 22
12Cerita
Dara Petak juga hidup Minangkabau dan Jambi
13Kedatangan
kapal oleh Nahkoda Ragam.
14
Cerita Sri Gading jatuh cinta kepada saudara perempunannya bernama
Dading. Riwayat Poelau Bangka Berhoeboeng dengan Palembang,
KITLV, Leiden, 1925.
15
Menyambut kedatangan Gajah Mada dengan panji-panji. Sehingga dikenal
dengna nama Desa “Panji”
16
Tumbuh pohon jeruk yang besar. Oleh Pangeran Tumenggung Dinata,
utusan Majapahit, diangkat Kepala Kampung dan diberi gelar Patih
Panjang Jiwa. Setelah pulang Tumenggung Dinata, Kepatihan Jeruk
dipegang oleh Patih Raksa Kuning dibantu Hulubalang Selangor. Raden
Achmad dalam manuskripnya.
17Dalam
setiap keberhasilan memerlukan kerja keras.
18
Tradisi gotong royong di pangkalpinang dengan membawa makanan
lengkap di atas dulang kuningan yang ditutup dengan tudung saji.
19
Pihak keluarga yang meninggal dunia mengadakan sedekah untuk
mengenang yang meninggal dunia, baik hari pertama hingga ketujuh,
keduapuluh (nyelawe), empat puluh hari, seratus hari (nyeratus) dan
seribu hari (nyeribu).
20
Dilakukan bertujuan untuk mengusir roh jahat. Caranya setelah
magrib, dipimpin pawang (dukun kampung), berjalan dari ujung desa ke
ujung desa lainnya dengan membawa mayang pinang dan menaberkan air
yang telah dijampi-jampi ke kanan dan ke kiri jalan.
21
Masyarakat secara serempak turun ke sungai dan mengeruhkan air
sungai supaya ikan mudah ditangkap.
22
Naber berarti “tabur” atau menghamburkan. Berupa beras, air yang
dibaturkan yang dipercaya membuang kesialan.
23Diketemukan
dan dikelola sejak tahun 1710 Mary Schommers dalam Bangka Tin
24
Lada pertama kali diperkenalkan Demang Muhammad Ali akhir tahun
1860. Catatan Dagh-Register sering menyebutkan kedatangana kapal
dari Bangka yang membawa hasil-hasil hutan seperti damar atau tikar,
lada, kapur barus dan rempah-rempah lainnya. Timah Bangka dan
lada Mentok – Peran Masyarakat Tionghoa dalam Pembangunan Pulau
Bangka abad XVIII-XX, Mary Somers Heidhues, Nabil, Jakarta, 2008,
Hal. 3. Sedangkan Sutedjo
Sujitno menerangkan “produksi yang dihasilkan penduduk Bangka
adalah kapas, lilin, madu, tempurung penyu, buah pinang dan kain
katun. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia, Sutedjo Sujitno,
Legenda dalam Sejarah Bangka, Cempaka Publising, Jakarta, 2011, Hal.
91
25
Sutedjo Sujitno, Ibid, Hal. 160
26VOC
sudah terlibat ketika Belanda mengambil alih Malaka tahun 1641.
27Pendududkan
Inggeris terhadap Bangka (1812-1816)
28Sampoerna
menyatakan diri sebagai Raja Bangka dan Belitung datang ke Batavia
tahun 1668. Lihat Timah Bangka dan lada Mentok – Peran
Masyarakat Tionghoa dalam Pembangunan Pulau Bangka abad XVIII-XX,
Mary Somers Heidhues, Nabil, Jakarta, 2008, Hal. 3
29Sutedjo
Sujitno, Ibid, Hal. 164
30Prasasti
pasumpahan di Kota Kapur 686 masehi
31Sutedjo
Sujitno, Ibid, Hal. 202
32
Konflik kerajaan dimulai ketika Depati Anum menyampaikan penawaran
timah kepada Belanda Residen Belanda tahun 1717. Belanda belum
menunjukkan minatnya. Selain karena timah bisa didapatkan di Malaka,
timah ditawarkan masih berkualitas rendah.
33
Pola pembelian timah dari produksi tambang diubaha. Pembelian tidak
lagi dilakukan lewat para TIKO di Palembang tetapi langsung kepada
para kongsi tambang.
34
Belanda kemudian menetapkan perusahaan tambang timah dikelola oleh
negara dengan membentuk Banka Tin Winnning Bedrif.