17 Februari 2013

opini musri nauli : MENUANGKAN GAGASAN DI GENERASI MUDA




Penulis mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan gagasan tentang lingkungan pada puncak Acara Pekan lingkungan di SMP-SMA-SMK Yayasan Atttaufik, sebuah sekolah yang mengusung nilai-nilai lingkungan. Pekan lingkungan diadakan setiap setahun sekali. Didalam acara pekan Lingkungan, diadakan berbagai rangkaian agenda acara baik musik, lagu, tarian, puisi maupun kegiatan lain seperti penanaman tanaman dan fashion show.
Kegiatan ini terlalu sayang dilewatkan. Penulis tertarik rangkaian acara yang sudah dilaksanakan. Sehingga tawaran untuk mengisi puncak acara untuk menyampaikan gagasan tentang lingkungan merupakan kesempatan menjadi bagian dari proses menyampaikan gagasan.

Pilihan menyampaikan gagasan merupakan evaluasi kritis terhadap proses “perlindungan” lingkungan yang “salah urus” dari negara. Negara yang seharusnya melindungi lingkungan dan sumber-sumber daya alam “ternyata” menggunakan untuk kepentingan politik dan investasi dalam berbagai pilkada. Negara menggunakan berbagai “instrument” negara dengan berbagai UU untuk “mengeruk” SDA.

UU Pertambangan, UU Perkebunan, UU Kehutanan, UU Air adalah sedikit berbagai instrument negara untuk “Menggunakan SDA” demi kepentingan segelintir golongan, segelintir orang.
Publik kemudian mencatat bagaimana UU yang berkaitan dengan SDA hanya dapat dinikmati segelintir dan “nyata-nyata” tidak dipergunakan “sebesar-besar” untuk kesejahteraan rakyat.

Padahal Indonesia memiliki keanekaragaman berupa flora dan fauna, lebih banyak jumlah speciesnya dibandingkan Africa. Sepuluh persen (10%) dan seluruh spesies tumbuh dan berbunga ada di Indonesia (+1- 27.500 spesies ada di Indonesia), 12% jenis mamalia di dunia, 16% jenis reptilia dan amphibia di dunia (+1- 1.539 spesies), 25% jenis ikan di dunia dan 17% jenis burung di dunia.

Diantara spesies tersebut terdapat 430 spesies burung dan 200 mamalia yang tidak terdapat di tempat lain dan hanya ada di Indonesia misalnya orangutan, biawak komodo, hariniau sumatera, badak jawa, badak sumatera dan beberapajenis burung (birds of paradise)1.

Selain itu Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir mnyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) utama di dunia, dengan areal pada tahun 2006 seluas 6,075 juta hektar dan produksi sebanyak 16,08 juta ton. Dan produksi tersebut, 12,1 juta ton (75,25%) diantaranya diekspor dan konsumsi untuk industri minyak goreng dan industri dalam negeri sebanyak 3,8 juta ton (24,75%)282.

Dan berbagai angka-angka kemudian mencatat, daerah-daerah yang mempunyai sumber daya alam melimpah, ternyata justru adanya tingkat kemiskinan yang tinggi. Hasil riset Walhi 2006 mencatat, Walaupun Indonesia mempunyai berbagai sumber daya alam yang melimpah ruah, namun tingkat kemiskinan justru terjadi di daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Di Propinsi Kalimantan Timur, sebagai daerah kaya di Asia Tenggara dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita 3.319 US$ pada tahun 1985, akan tetapi dilihat dan tingkat kesejahteraan yang benar-benar dinikmati oleh penduduk, yakni dan pengeluaran konsumsinya, hanya mencapai 293 US$. Dengan demikian besarnya konsumsi per kapita hanya 8,82% dan jumlah PDRB per kapita. Selebihnya, kemakmuran tersebut tidak dinikmati sebagai bagian dan tingkat kesejahteraan.

Propinsi Riau yang berpenduduk 4,3 juta jiwa pada tahun 1997/1998 menyumbangkan pendapatan ke kas negara sebesar 59,2 trilyun. Uang sebesar ini berasal dan pertambangan, kehutanan, perindustrian dan pendapatan lainya. Namun uang yang kembali ke Riau dalam bentuk anggaran untuk Daerah Propinsi sebesar Rp 163,87 inilyar dan daerah Tmgkat H Rp 485,58 inilyan. Sehingga jumlah dan jakarta untuk Riau mencapai 1.013 inilyar. Dibandingkan dengan dana yang disedot ke Jakarta sebesar Rp 59,2 trilyun maka dana yang diterinia Riau hanya 1,17 % dan dana yang disumbangkan.
Artinya tidak ada korelasi positif antara tingginya PDRB per kapita dengan kemakmuran rakya

Bahkan di Propinsi Papua yang mempunyai cadangan emas, tembaga dan plutonium dalam persoalan freeport, tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan paling “memalukan”.

Berangkat dari keprihatinan yang mendalam, “salah urus” mengelola sumber daya alam “memaksa” harus dibutuhkan “kesadaran” baru kepada generasi selanjutnya untuk “mengurusi” Indonesia lebih baik. Dan pilihan “menyebarkan gagasan tentang lingkungan merupakan salah satu “investasi” pendidikan yang dapat diharapkan agar dapat “memandang” lingkungan agar lebih beradab.





1 BAPPENAS. Biodiversity Action Plan for Indonesia, 1993 & World Conservation Monitorin Cominittee, 1994
2 Dirattanhun, POTENSI KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHARAI BAKU BIODIESEL, www.ditjenbun.deptan.go.id, 31 July 2008