09 Juli 2013

opini musri nauli : MODEL DAN KPK


Sore hari tadi, media massa menayangkan berita (hmm... Kayaknya lebih tepat infotainment) kedatangan istri kedua Petinggi partai dan istri ketiga dari temannya Petinggi partai. Dengan tenang dan tanpa beban, mereka mendatangi KPK untuk melihat keadaan suaminya masing-masing. Sekaligus mohon maaf menjelang puasa.


Dari tayangan dapat kita saksikan di media massa, kita akan mudah menangkap, ada nuansa “kemanusiaan” seorang istri menjenguk suaminya yang tengah diproses hukum. Tapi tanpa memasuki wilayah teknis peradilan yang rumit, kedatangan ke KPK memantik pendekatan yang berbeda.

Entah dengan alasan “news” atau memang para istri memang sedang “memainkan” perannya sebagai aktor yang akan diliput media massa nasional, kedatangan mereka “membalikkan” apatis publik terhadap tuduhan serius kepada suami mereka menjadikan persoalan “mereka yang memegang remote TV”. Peran mereka berhasil. Mereka berhasil memerankan dan menjadikan panggung televisi yang seharusnya “hujatan” terhadap kasus yang membelit suaminya namun menjadikan “panggung show” yang canggih. Mereka terus memainkan peran itu. Mereka memainkan “emosi” penonton. Tidak ada rasa penyesalan dari wajah mereka. Mereka sumringah. Mereka terus mengumbar senyum.

Pakaian yang dikenakan “membuktikan” kasus yang menghimpit suami mereka masih tetap survive. Mereka “mendesain” panggung televisi menjadikan “infotainment”. Mereka terus menampilkan pakaian yang rapi, terbaru dan tentu saja model-model terbaru. Untuk mendukung “peran” mereka, mereka membawa anak-anak untuk menarik simpati publik.

Publik kemudian sejenak “melupakan” kasus suami mereka. Publik kemudian berhasil digiring. Publik dipaksa menonton “model”, “tutur kata' yang hendak keluar, bahasa tubuh. Publik kemudian dipaksa menjadikan persoalan “hukum” menjadi persoalan “infotainment”. Panggung milik mereka.

Dari sudut ini mereka berhasil. Desain mereka canggih.

Tapi kita tidak boleh larut. Perlawanan korupsi harus terus dikuamandangkan. Kita jangan terjebak.