09 November 2019

opini musri nauli : Bang Jef - Sang Inspirator





“Bang, pertemuan di Singapura nih, kayak Raffles menentukan Singapura dan Bengkulu “?, kata Jefri Gideon Saragih (Bang Jef) sambil mengepulkan asap rokoknya. Berputar-putar. Persis “kelakuan” gaya merokok anak SMA. Kamipun tertawa.

Kisah itu kemudian membuat saya mempunyai keyakinan. Bang Jef adalah “orang yang kritis” disetiap kesempatan.
Padahal kutahu, kedatanganku bersama-sama dengan Desa yang sedang berkonflik dengan perusahaan sawit, Sawit Watch sebagai “board” mempunyai posisi strategis di Forum RSPO. Lembaga kredibel yang baru saja menyelesaikan hajatannya di Thailand.

Sebagai “posisi strategis sebagai board”, sikap kritis Bang Jef tidak ikut larut dalam “irama” SW. Bang Jef tetap memposisikan diri dari sudut pandang lain.

Kisah tentang Singapura dan Bengkulu kemudian mengingatkan “Traktat London”. Traktat London (Treaty of London) adalah “kisah” tentang Bengkulu yang kemudian ditukar dengan Singapura. Kitab Negara Kertagama kemudian menyebutkan “Temasek”. Sebuah koloni dalam kekuasaan imperium Majapahit.

Dengan “kurang ajar”, Raffles berunding dengan Belanda di Singapura dan “seenaknya” kemudian membuat Bengkulu menjadi jajahan Inggeris. Ditengah pulau Sumatera yang dikuasai oleh Belanda.

Saya kemudian “membayangkan” suasana RSPO yang “seenaknya” menentukan nasib-nasib koloni didalam persoalan sawit. Sehingga cerita bang Jef menjadi renyah untuk dinikmati.

Kesan sebagai orang “kritis” tidak hilang. Setelah menjadi Direktur Sawit Watch, setiap kedatangan ke Jambi, bang Jef “menumpahkan” kekesalannya dengan sikap funding yang hendak mengatur manajemen organisasi, mengatur arah organisasi.

Dengan nada yang berapi-api (khas orang Batak), dia sedang membayangkan bagaimana kekuatan organisasi yang disupport oleh pendanaan dari anggota. Entah dengan kegiatan organisasi yang produktif, kegiatan swadaya petani sawit hingga kemudian membuat mandiri.

Saya tidak mengikuti perkembangan lebih jauh. Selain “kesibukan” di Walhi Jambi, berbagai forum di nasional, Bang Jef sering mengamanatkan kepada Carlo atau mas Rambo. Yang kutahu, SW kemudian mengundurkan diri menjadi Board SW. Sehingga forum RSPO sebagai salah satu “pintu” untuk mempertemukan masyarakat korban sawit dengan pemilik perusahaan menjadi “kurang perhatian” lagi.

Pertemuan fisik dengan bang Jef adalah ketika pertemuan di bandara. Sebagai “sesama” pensiun (saya sudah berhenti menjadi Direktur Walhi Jambi dan Bang Jef sudah berhenti dari SW), pertemuan kami lebih banyak berdiskusi tentang “ramah tamah” sebagai teman. Selain juga bertukar informasi tentang perkembangan teman-teman.

Bang Jef malah bercerita tentang agenda kerja ke Papua. Agenda yang kuketahui kemudian cukup massif kesana.

Cerita bang Jef justru dari berbagai teman-teman lain. Entah agenda mau melanjutkan sekolah ataupun tentang “hendak kembali kekampung”. Mengurusi politik. Cerita yang tidak sempat kedalami.

Namun “cerita tentang kembali kekampung” menjadi lain. Ketika hendak turun dari Damri di Terminal Damri di Bogor, berbagai informasi masuk ke berbagai group WA.

Bang Jef kemudian “menunaikan” janjinya. Pulang ke kampong.

Selamat Jalan, bang Jef. Berbagai kisahmu tentang Singapura dan “ejekanmu” tentang Raffles membuat saya yakin. Engkau adalah Inspirator. Sebuah tugas yang telah tuntas engkau tunaikan.