Di daerah Ilir Jambi, di didalam Marga Kumpeh Ilir mereka menyebutkan berbeda-beda. Ada yang keturunan dari “Tumenggung Bujang Pejantan”, dan “Rajo Sari”. Bahkan dari cerita rakyat, Marga Tungkal mengaku keturunan dari “Datuk Kadinding”.
Kesemuanya tidak perlu kita bantah. Karena pengetahuan tentang “puyang” merupakan cerita tutur yang diwariskan turun temurun. Sebagaimana seloko “Dari puyang turun ke datuk. Dari datuk turun ke bapak. Dan dari bapak turun ke sayo”.
Penyebutan “Datuk”, Rajo, Nenek, Tumenggung, Pangeran, Depati, Syech dan Sutan” merupakan bentuk keragaman asal keturunan masyarakat di Jambi. Kata-kata seperti Syech dan Sutan melambangkan masyarakat yang mengaku keturunan dari Arab/Turki atau Jawa mataram. Sedangkan Datuk, Rajo, Pangeran, nenek maupun tumenggung merupakan bentuk masyarakat yang mengaku dari “puyang” sebelum masuknya agama islam. Jauh kedatangan “puyang” mereka sebelum kedatangan penyebaran Islam.
Melihat berbagai penamaan “puyang” asal kedatangan nenek moyang maka menarik dijadikan pembahasan. Penamaan “puyang dan sejarah kedatangan “puyang” di tengah masyarakat masih hidup dan terus dituturkan di tengah masyarakat.
Baca : Puyang (3)