Akhir-akhir ini, tema mudik mendominasi pembicaraan publik. Terlepas dari berbagai polemik yang terjadi, Arus sekat untuk menghadang mudik menarik untuk ditelusuri. Berhadapan dengan berbagai kalangan yang mulai resah dengan pembatasan arus mudik.
Terlepas apakah arus sekat mampu menghadang arus mudik, tema mudik salah satu tema yang paling menyita perhatian masyarakat di Indonesia.
Saya saja mempunyai cara pandang tentang mudik. Sekitar 20-an tulisan tentang mudik yang tersimpan di arsip. Diluar arsip, waduh, tentu saja tidak tersimpan dengan baik.
Lihatlah. Tradisi mudik (8 Sept 2010), Mudik dan makna idul Fitri (9 September 2010), Mudik dan sepeda motor (10 Sept 2010). Pernik Lebaran (10 September 2010) berisikan ketupat dan berbagai pernik-pernik lainnya.
Memasuki tahun 2011, makna Fitri 2011 dapat ditandai dengan tulisan tanggal 1 September 2011. Menceritakan makna dari pendekatan ilmu sosiologi.
Sebagai gejala-gejala sosial, arus mudik adalah peristiwa yang terlalu sayang dilewatkan. arus mudik merupakan peristiwa penting dalam masyarakat agraris di Indonesia. Mudik dipresentasikan sebagai ritual ibadah dalam refleksi diri.
Mudik diwujudkan sebagai identitas masyarakat yang masih mengagungkan nilai-nilai lokal didalam menghadapi pusaran zaman.
Mudik merupakan kesempatan ”bersilahturahmi” dan tradisi bersinggunggan dengan budaya.
Dengan tradisi mudik, masyarakat menjadi berarti dan menemukan jati diri sebagai insan manusia yang rendah hati.
Namun dalam perkembangan, Idul Fitri dan mudik menjadi konsumsi ”kapitalisme” dan jauh dari makna hakiki.
Memasuki tahun 2012, tema mudik Tetap menjadi perhatian. Lihatlah “Mudik, Hedonisme kapitalisme (17 Agustus 2012) berisikan kisah dan kesaksian menempuh perjalanan pantura. Ketika mendampingi tersangka di Cirebon. Jalur maut yang paling sering diliput oleh media massa.
Selanjutnya Tanggal 3 Agustus 2014 menuliskan tentang mudik dan kolesterol. Mengisahkan makanan yang disediakan negeri Minangkabau.
Dilanjutkan dengan kesaksian perjalanan ke Negeri Minangkabau (26 Juli 2015). Tema yang berisikan kesaksian perjalanan ke Tanah Minangkabau. Menyaksikan proses kemajuan daerah Painan yang kemudian menjadi salah satu kutub pariwisata di Sumatera barat.
Mudik (14 Juli 2016) menulis kisah tentang mudik dapat dimaknai dari pendekatan antropologi. Sekaligus mampu menjelaskan mengapa orang indonesia mau mudik. Ribet. Dan rela menghabiskan Tabungan 11 bulan untuk merayakan mudik.
10 Juli 2017 menulis tentang oleh-oleh arus mudik. Menceritakan makna “guyup”, berkumpul dengan Keluarga di kampung, Sahabat lama sekaligus orang tua di kampung.
Baca : Istilah Mudik