03 Mei 2018

opini musri nauli : MAKNA KEDATANGAN IMAM BESAR AL AZHAR


Disela-sela pertemuan   High Level Consultation of World Moslem Scholars on Wasatiyyah Islam di Bogor, 1-4 Mei 2018, Grand Syaikh Al Azhar, Mesir, Prof. Dr. Ahmed Al Thayyeb (sering juga disebut Mufti Al Azhar atau Imam Besar Mesjid Al Azhar) menyempatkan diri datang ke PBNU. Pertemuan yang dimaknai sebagai “pentingnya” agenda silahturahmi ke PBNU dalam rangkaian perjalanan di Indonesia.



Tentu saja, sebagai tokoh yang paling berpengaruh didunia Islam, peran Imam Besar Al Azhar[1] tidak dapat diabaikan saja. Al Azhar sebagai salah satu “kiblat” menghasilkan intelektual islam yang mampu menjelaskan persoalan Ibadah dengan jalur dan jejaknya hingga ke akarnya (nasab) hingga mampu menjelaskan Islam dengan wajah teduh. Upaya yang jauh meninggalkan Arab Saudi yang kini “terseok-seok” hendak membenahi dengan upaya modernisasi yang dilakukan Sang Putra mahkota.

KISAH SANG PENYAKSI


“Bang, Abang jadi Tim Panelis Debat Publik KPU Jambi, ya”
Demikian pembicaraan diujung telp.

Sayapun terhenyak. Saya yang merasa bukanlah apa-apa apabila dibandingkan dengan Tim Panelis yang lain. Baik karena pengalaman maupun gelar akademik membuat saya berfikir ulang.

Tema yang diangkatpun adalah Hukum dan Lingkungan Hidup. Tema yang menurut saya masih jauh disebut sebagai panelis.

“Abang selalu kritis dan paling paham” kata sang penelphon terus meyakinkan saya. Tanpa bermaksud untuk mengabaikan sarannya, saya kemudian mengikuti proses menjadi Tim panelis Debat public KPU Jambi.

Mekanismepun dijalani. Saya kemudian mengirimkan pertanyaan kepada tim untuk dibahas. Dan pertanyaan itulah yang kemudian saya sodorkan kepada Moderator pada saat hari H.

Sebelum dilaksanakan acara hari H, kamipun berkumpul. Di Rumah Makan di sipin ujung.
“Temanya sih, simulasi dengan Moderator”. Bak kata Orang melayu Jambi. “Tak kenal maka tidak sayang”. Demikian kata sang punya hajat acara.

Sayapun kemudian mengenal Sang Moderator. Anak SMP 7 Negeri Jambi. Dan Bang Amri Amir (Ketua Tim Panelis) kemudian menyambar. “Ya. Kita satu Alumni’.

Untuk mengukur “masih ada Jambi atau tidak”, Berbagai celetukan khas Jambi disampaikan. Sekalian menguji “apakah dia anak Jambi atau tidak’. Hampir istilah Jambi disambar dengan cepat sang moderator. Entah dengan Bahasa Tempoyak, sembari “kick” balik dengna khas anak Jambi. “oh. Ternyata anak Jambi tokh”. Kamipun lega. Khawatir issu ini akan disambar dan menjadi tema tersendiri. Sembari hendak bubar, kamipun berphoto sejenak. Ya. Sekedar untuk kenang-kenangan. Tidak terfikir akan menjadi kenangan yang penting.

Usai debat public Pilwako Jambi, bukan tema yang disampaikan para candidate yang bersilewaran di media massa yang paling menarik perhatian saya. Tapi sang “Host’ yang “Dianggap lebih nasional” daripada “Host Jambi’.

Sayapun “tergelitik” untuk nimbrung.

Pertama. Menempatkan tokoh nasional baik di Tim Panelis maupun host moderator adalah “Kekeliruan” mental “underminded’ yang masih kuat dikalangan masyarakat. Cara ini haruslah ditinggalkan. Selain “yang paling paham” masalah daerah, ya orang Daerah itu sendiri, juga cara ini sudah harus ditinggalkan.

KPU Jambi sudah meninggalkan tradisi ini. Dengan menempatkan “orang-orang Jambi”, KPU Jambi justru “mempercayakan” orang Jambi yang membicarakan Jambi. Cara ini lebih unggul karena karena setiap detail nafas Jambi masih dalam ingatan kolektif para tim Panelis. Data-data yang diperlukan hanya memperkuat analisis pembahasan. Tidak perlu lagi “tracking’ ataupun menduga-duga mengenai persoalan Jambi.

Selain itu, seluruh para candidate pastilah dikenal baik oleh Tim Panelis. Baik latar belakang sebelumnya, jejak politik, pandangan politik maupun berbagai ucapan di media massa. Cara ini berhasil “Mengepung” para candidate terjebak dengan jawabannya sendiri.

Saya saja sering-sering senyum simpul mendengarkan jawaban dari para candidate.
Alhamdulilah. Tim Panelis berhasil “memberikan pertanyaan” yang hingga akhir tidak mampu dijawab dengan tuntas oleh para candidate.

Kedua. KPU Jambi justru mengangkat “putri Jambi” yang sukses di tingkat nasional. Saya justru mendapatkan penjelasan dari tim KPU ketika saya bertanya siapa “host” acara tersebut.

Sebelum kedatangan Host yang dimaksudkan, Tim KPU Jambi dengan enteng menyampaikan. “Orang Jambi-lah bang”.
Nah. Makanya ketika kedatangan host ditemani teman sekolahnya di Jambi, joke-joke Bahasa Jambi sengaja dikemukakan agar menguji “Orang Jambi’. Dan akhirnya sayapun lega.

Ketiga. Sebaiknya perbanyak tabayun untuk menentukan siapakah “Host”. Jangan mentang-mentang sudah berkiprah di nasional malah langsung disebut “host” nasional dan meminggirkan host Jambi.

Bukankah masih ada akses di KPU Jambi untuk memastikan “siapa sih host” ?. Khan lebih enak ditanyakan langsung daripada publish di public.

Bukankah host yang sekolah di Jambi, masih punya kawan di Jambi, masih fasih Bahasa Jambi masih disebut anak Jambi.

Yang keliru, apabila kita justru menganggap “orang nasional” yang pantas menjadi Tim Panelis debat public dan “terkesan keren”.

Atau memuja kepala Daerah yang tidak pernah lahir, sekolah, kawin di Jambi setinggi langit.

Tapi sudahlah. Sayapun teringat kata ujaran bijaksana dari Kampung. “Raja turun singgana, pergilah betapa’.

“Mungkin adek lelah, ya”. Kata Putra terkecil kalo disuruh balas SMS. Dan lebih suka video call Whattapp. 






22 April 2018

opini musri nauli : PAN JAMBI PASKA ZUMI ZOLA



Suasana politik PAN Jambi paska Zumi Zola (Ketua PAN Jambi) setelah ditahan menimbulkan berbagai prediksi. Bagaimana nasib PAN Jambi setelah digantikan pejabat PAN Jambi oleh H. Bakri.

21 April 2018

DEBAT PUBLIK PILWAKO JAMBI




Mengikuti riuh Debat public Pilwako Jambi 2018 (Pilwako) menarik untuk diikuti. Kesempatan untuk mendengarkan gagasan, melihat cara penyampaian hingga berbagai Pernik-pernik selama acara berlangsung menjadi kesempatan untuk mengukur kualitas dari para candidate.

Terlepas dari materi yang disampaikan yang masih menyisakan tanya, gaya (sytle), karakter, tekanan nada, cara mengayun forum menarik untuk diikuti.

Sebagai “ajang” debat public Pilwako, para kandidat “menonjolkan” gaya personal yang diharapkan dapat mempengaruhi public untuk memilih. Namun “organisasi”, jam terbang, penguasaan materi membuat materi debat kandidat menjadi pelajaran demokrasi di Jambi.

Keempat kandidat (dua pasang calon) dilahirkan dari latarbelakang yang berbeda-beda. Abdullah Sani yang berlatar belakang Dosen dan menjadi penceramah, unggul didalam membangkitkan emosi dan penguasaan kata.

Tagline “satu” begitu menggema dalam closing statementnya. Ingatan saya tertuju di papan mesin penghitung waktu. Dengan durasi hampir 60 detik, “kata satu’ mampu menghipnotis dan menjadi relevan sebagai pengingat nomor satu.

Tagline “satu” begitu menyihir. Mampu membangkitkan emosi pendengar. Dengan penguasaan kata “satu’, penguasaan kata menjadi ukuran sebagai penceramah ulung.

Sementara Kemas Alfarizi (Izi) piawai “memainkan” forum dengna gaya khas anak muda. Lihatlah dengan guyonan “mengajak” tenang para kandidat Nomor 2 untuk menyampaikan gagasan agar tidak terburu-buru. Entah beberapa kali, cara ini dimainkan dan mampu membuat penonton tertawa.

Belum lagi khas anak muda yang menyerahkan mic ketika sudah menyampaikan pada pandangannya. Padahal Izi pasti mengetahui, kedua candidate sudah disiapkan microphone untuk berbicara.

Gaya “memainkan” forum adalah materi yang dikuasai didalam pelatihan organisasi. Dengan gaya “memainkan forum”, sang pemateri mampu mengendalikan forum.

Gaya kocak, mengendalikan forum, mengayunkan emosi lawan adalah tipikal khas anak muda yang mampu menyelesaikan perbedaan pandangan dengan guyon. Gaya ini akan terasa apabila interaksi dan dialog dilakukan terus menerus.

Diibaratkan pertandingan sepakbola, gaya meliuk-liuk sering dipertontonkan Lionel Messi dalam pertandingan. Dengan “meliuk-lik” memainkan bola, konsentrasi lawan menjadi buyar. Dan kendali permainan susah ditebak dan dikendalikan Messi.

Tidaklah salah cara yang dimainkan Izi melambangkan kematangan karakter Izi yang matang menjadi anggota DPRD Kota Jambi. Pesona Izi memang matang dan menjadi harapan anak muda masa depan.

Berbeda dengan paslon nomor 1. Paslon no 2 kaya data. Menyampaikan gagasan dengan sistematis dan analisis mendalam. Dengan kekayaan data, paslon nomor 2 ditambah gelar prestisius akademik, gagasannya ilmiah dan mampu membalik keadaan.

Datanya cukup detail dan cara penyampaiannya cukup sederhana mudah ditangkap oleh kalangan umum. Setiap ucapan, pemikiran, programnya menjadi terukur dan dapat diaplikasi.

Dalam pertandingan sepakbola, gaya permainan ini sering diperagakan oleh Tim besutan Morinho. Morinho cukup paham dengan karakter pemain lawan, melihat video-video pertandingan sebelumnya, mampu kulkasi menghitung sekian persen kemenangan.

Sehingga tidak salah walaupun kemenangan diraih, kadang kala Morinho justru mengkritik timnya yang dianggap tidak berkembang dan lambat meraih peluang.

Paparan kedua kandidat paslon 2 menampakkan penguasaan dan pengolahan data, cara penggunaan kalimat yang menyodok lawan, menyampaikan secara sistematis dan runut.

Closing statemen yang memuat kata tagline “dua” melambangkan gaya orator yang menguasai panggung. Tagline dua menampakkan kosakata yang bombastis.

Gaya ini adalah interaksi intelektual yang terus diasah dalam dialog-dialog.

Tentu saja kita tidak bisa memperbandingkan antara gaya permainan Lionel Messi dengan tim besutan Morinho. Memperbandingkan gaya permainan antara Spanyol dengan Italia atau Spanyol dengan Inggeris atau Spanyol dengan Jerman adalah seni tersendiri untuk menangkap karakter perbedaan gaya permainan.

Namun kesempatan menjadi penyaksi dari hajatan besar di Jambi adalah kehormatan sekaligus menjadi penilaian tersendiri bagi saya.

Salam demokrasi. 



17 April 2018

opini musri nauli : KISAH PADI DAN HANDPHONE




Lha, apa pula hubungan Padi dan handphone (HP) ?. Apakah padi akan tumbuh apabila dihubungkan dengna HP. Atau penjualan padi menggunakan HP.

Mari kita telusur kisah padi dan HP.


Dengan terburu-buru saya turun dari GRAB (angkutan aplikasi), sebuah perusahaan yang sukses “aneksasi” UBER baru-baru ini. Mengingat jam yang mulai larut, saya kemudian “bergegas” tanp ba-bi-bu.

opini musri nauli : HERO TO ZERO



Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya KPK menahan Gubernur Jambi, Zumi Zola Zulkifli (ZZ). Proses panjang setelah peristiwa OTT KPK sejak 28 November 2017.

Bak istilah Melayu Jambi. “Drama telenovela”. Mendayu-dayu. Tidak lupa dibumbuhi air mata, teriakan panjang. Proses yang sempat memantik polemic, ketika ZZ sempat membuka acara Monitoring dan Evaluasi Rencana Aksi Program Pemberantasan Korupsi Terintegrasi di Provinsi Jambi.

08 April 2018

opini musri nauli : MENS SANO IN CORPORE SANO

  
MENS SANO IN CORPORE SANO

Didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat

Betul yang disampaikan oleh photographer. Sebuah gambar mewakili seribu makna.

Lihatlah gambar Presiden Jokowi dengan kemeja belel “gaya Dilan” mengendarai motor Royal Enfield Bullet 350 cc bergaya chopper miliknya di jalan raya dari kantor Kecamatan Bantar Gadung dengan titik akhir Pesanggrahan Tenjo, Pantai Pelabuhan Ratu. Jarak tempuh jalur yang dilalui Jokowi dan rombongan sekitar 30 kilometer.

Karya Barbara Watson Andaya dan Kegembiraan Sebagai Pembaca


Ketika menerima undangan dari Seloko Institute yang menginisiasi bedah buku “To live as Brothers: Southeast Sumatra in The Seventeenth and Eighteenth Centuries” karya Prof. Barbara Watson Andaya, 28 Maret 2017, pikiran saya langsung berkecamuk.

05 April 2018

opini musri nauli : UU KEHUTANAN DAN HUTAN ADAT


Akhir-akhir ini ada kecenderungan membenturkan UU Kehutanan (baca UU No. 41 Tahun 1999) dengan Hutan Adat. Pikiran ini sengaja disampaikan ketika membicarakan hutan akan menimbulkan dan berbenturan dengan Hutan adat.

03 April 2018

opini musri nauli : Lebak Lebung di Sumsel



Mengikuti prosesi acara Temu Kampung Masyarakat Pengelola Gambut Bersama Publik” di Desa Bangsal, OKI, Sumsel.  Dengan perumpaan yang diberikan saya kemudian dapat menangkap kesan bagaimana masyarakat OKI didalam mengelola gambut.

24 Maret 2018

Menakar Peluang Erwan Jadi Justice Collaborator, Ini Kata Praktisi Hukum


Jambi, Mantan Plt Sekda Provinsi Jambi, Erwan Malik, mengajukan diri menjadi Justice Collaborator (JC) kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Erwan yang merupakan salah seorang terdakwa kasus suap uang ketok palu pengesahan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi Jambi tahun 2018 ini.

Dia sepertinya tidak main-main dengan hal itu. Sudah tiga kali permohonan itu diajukannya kepada KPK, namun belum ada tanggapan dari komis antirasuah itu.

Pada persidangan menjadi terdakwa, penasehat hukum Erwan, Lifa Malahanum, kembali menanyakan perihal permohonan kliennya untuk menjadi JC, karena belum ada tanggapan dari KPK.
“Kami sudah tiga kali mengajukan permohonan justice collaborator, tapi belum ada jawaban dari KPK,” kata Lifa di hadapan majelis hakim dalam persidangan beberapa waktu lalu.

Tidak hanya melalui penasehat hukumnya, Erwan sendiri memohon agar dirinya bisa menjadi justice collaborator KPK, agar perkara ini menjadi terang.

Ada beberapa alasan Erwan, merasa bahwa dirinya menjadi JC sebagaimana edaran Mahkamah Agung (MK). Salah satunya, kata Erwan, ia mengaku bahwa dirinya bukan pelaku utama.
"Saya bukan pelaku utama. Kalau pelaku utama, tidak mungkin saya mengajukan justice collaborator," kata Erwan di hadapan jaksa KPK.

Kepada jaksa KPK, Erwan meyakinkan bahwa dirinya bisa bekerja sama dengan KPK untuk mengungkapkan kasus suap ketok palu. “Kami hanya menjalankan perintah gubernur,” tegasnya.
Oleh karena itu, Erwan berharap permohonannya menjadi JC bisa dikabulkan oleh KPK. “Saya berharap ini bisa diterima,” pintanya kepada di hadapan jaksa KPK.

Sementara itu, Musri Nauli, seorang praktisi hukum di Jambi menyebutkan bahwa untuk menjadi justice collaborator ada aturannya. Pertama kata Nauli, pemohon bukan pelaku utama.

Kemudian, lanjutnya, dengan dia mau bercerita bisa mengungkap semua kejahatan yang lain. Tapi, kata Nauli, bisa atau tidak itu tergantung dari penegak hukumnya.

“Jadi yang terakhir itu diserahkan kepada penegak hukum itulah yang menilai layak atau tidak seseorang itu dijadikan justice collaborator,” sebut Nauli.

Lebih lanjut, Nauli mencontohkan ada beberapa orang yang dijadikan justice collaborator KPK, seperti Nazaruddin, dan seorang penasehat hukum dalam kasus suap hakim di Medan.

Meski ada bebrapa orang yang dapat menjadi justice collaborator, Nauli menilai penunjukkan seorang justice collaborator ada kategorinya. “Banyak yang dapat, tapi kategorinya ketat, nah sekarang Erwan Malik pelaku utama atau tidak,” tanya Nauli.

Namun menurutnya, Erwan adalah pelaku OTT, bukan pelaku utama. Karena terang Nauli, pelaku utama itu orang yang di atasnya, atau orang penyedia uang.

Lagi-lagi Nauli mengatakan untuk menentukan itu, tergantung penegak hukumnya. Ditanya peluang Erwan mendapat status justice collaborator, berdasarkan kriteria dan aturannya, Nauli tidak berani memastikan.

Tetapi menurut pendapatnya, Erwan belum masuk kriteria itu. “Kayaknya belumlah,” ujar Nauli.
Karena sebut Nauli, jika Erwan dijadikan justice collaborator, pasti perkaranya belum dilimpahkan ke pengadilan seperti halnya Supriyono.

Namun, meski perkaranya belum dilimpahkan ke pengadilan, bukan berarti juga Supriyono menjadi justice collaborator. Tapi menurutnya, itu bisa pertanda.

Untuk menjadi justice collaborator, tambah Nauli, tidak harus seorang itu mengajukan diri, bisa saja penegak hukum itu sendiri yang menentukannya sesuai dengan kriteria supaya perkara jadi terang, 
perannya dominan serta bisa mengungkapkan perkara korupsi lebih luas.

Bahkan dia bisa membongkar kasus korupsi lainnya, tetapi dia harus bukan pelaku utama. “Bukan hanya dengar dan tahu saja, tapi juga memegang peranan. Dalam hal ini apakah diterima atau tidak, KPK lah yang menilai,” pungkasnya.

Di bagian lain, pihak KPK belum berhasil dikonfirmasi terkait usulan Erwan mendapat JC ini. Saat dihubungi lewat WhatsApp, juru Bicara KPK, Febri Diansyah, masih belum menjawab pertanyaan yang diajukan.

metrojambi.com, 24 Maret 2018.  http://metrojambi.com/read/2018/03/24/30554/menakar-peluang-erwan-jadi-justice-collaborator-ini-kata-praktisi-hukum/3

23 Maret 2018

opini musri nauli : LOGIKA


Akhir-akhir penyebaran berita entah tidak dapat diverifikasi keakuratannya (hoax), berita menghebohkan yang bertujuan untuk mengganggu ketentraman masyarakat ataupun posting-posting yang mengganggu nalar dan cenderung by pintas (instant).

20 Maret 2018

opini musri nauli : PIKIRAN GANJIL MENGATUR JALAN KITA

Akhir-akhir ini diberitakan tentang kebijakan “negara” mengatur lalulintas dengan menerapkan plat kendaraan “genap-ganjil” kepada kendaraan untuk memintasi daerah-daerah tertentu di Jakarta. Dengan merujuk hari-hari tertentu yang ditandai dengan tanggal ganjil maka kendaraan yang berakhiran ganjil yang boleh memintas. Begitu juga dengan tanggal genap. Dan itu kemudian “dihadang” pintu dari Tol Jagorawi.



Entah pikiran “ganjil” apa yang menghinggapi dan ide untuk menerapkan kendaraan dari Jagorawi. Peraturan yang semula diterapkan untuk daerah-daerah Jakarta kemudian “dihadang” untuk kendaraan dari Jagorawi.

18 Maret 2018

opini musri nauli : Jalan-jalan




 

Bang, Apa sih kerjaan abang ?

Pertanyaan mengganggu dan membuat aku sering geli dan tertawa sendiri.

Ya. Pertanyaan mengganggu yang membuat orang lain bertanya-tanya. Pekerjaan yang bisa jalan-jalan, menikmati kuliner, bertemu dengan berbagai sahabat dari berbagai tempat. Lalu. Pekerjaan apa ya.

13 Maret 2018

opini musri nauli : Air Sumber Panguripan




RAHAYU.. RAHAYU. SAGUNG DUMADI

a.    Alam Pikiran Desa Adat Sendi

Menyimak photo prosesi “pemandian” pada Jumat Legi menyentak saya. Bagaimana manusia kemudian “menghargai air” dan menempatkan sebagai sebuah kesatuan yang utuh dengan alam (cosmopolitan).

Tanpa pikir panjang saya kemudian mengagendakan pergi ke Desa Sendi, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur untuk mengikuti prosesi yang diadakan setiap Jumat Legi.

03 Maret 2018

opini musri nauli : Sejarah Bugis di Pantai Timur Sumatera



Ketika istilah “parit” ditemukan dalam percakapan di Jambi Hilir, ingatan saya kemudian menoleh ke Timur Indonesia (Sulawesi Selatan). Teknologi pertanian dan peradaban pengelolaan di gambut dengna menggunakan istilah parit kemudian memaksaku untuk menggali cerita tentang sejarah Bugis di Pantai Timur Sumatera.

24 Februari 2018

opini musri nauli : Tanah dan Surat



Tema tanah dan surat tanah menimbulkan persoalan di tengah masyarakat. Membicarakan tanah dan surat tanah adalah dimensi terpisah.

Didalam 19 ayat (2) UU Pokok-pokok Agraria (UUPA) “pendaftaran tanah diakhiri dengan pemberian surat-surat tanda bukti hak. Ketentuan ini kemudian diperkuat didalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.

17 Februari 2018

opini musri nauli : Cerita Gambut


Akhir-akhir ini cerita gambut menjadi wacana dan menghiasi media publik. Paska kebakaran 2013 – 2015 yang menutupi langit Sumatera dan Kalimantan dan mengirimkan asap ke Singapura dan Malaysia, semua pihak kemudian terkaget-kaget. Ternyata kebakaran justru banyak terletak di lahan konsesi. Padahal negara, kampus dan industri semula berkeyakinan mengelola gambut dengan berbagai program dan komodity seperti sawit dan akasia.

09 Februari 2018

opini musri nauli : TATA RUANG DAYAK BAHAU UMAAQ SULING



TATA RUANG DAYAK BAHAU UMAAQ  SULING

Berkesempatan datang ke Samarinda, Kalimantan Timur mendapatkan kesempatan “belajar’ tata ruang Dayak Bahau Umaaq Suling Lung Isun, Kecamatan Lung Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur (Dayak Bahau Umaaq Suling) . Kesempatan “langka” belajar dan mendengarkan cerita Tata Ruang Dayak Bahau Ummaq Suling merupakan anugrah yang tidak ternilai harganya.

06 Februari 2018

opini musri nauli : Hukuman Kepada Pemangku adat



Di tengah masyarakat hukum adat (Masyarakat Adat/MHA) dikenal berbagai kesalahan yang kemudian dijatuhi hukuman adat (denda adat).

05 Februari 2018

opini musri nauli : MAKNA OTT DI JAMBI



Membutuhkan 2 bulan lebih KPK mengembangkan kasus OTT sehingga kemudian sampai ke pucuk pimpinan Jambi sebagai tersangka. Waktu yang cukup sehingga ketika pengumuman KPK menyasar Gubernur Jambi menimbulkan beragam polemik di tengah masyarakat.  Ada yang “yakin dan Pede”, Gubernur “tidak terlibat” dan tidak lupa menyiapkan tagar “savegubernur”.

30 Januari 2018

opini musri nauli : Tanah dan hak atas tanaman tumbuh


Dalam perjalanan saya ke Pasaman Barat, Sumbar, saya menemukan istilah untuk melhat “sistem pengelolaan tanah’ di Sumbar. Istilah “siliah jariah” adalah fundamental penting terhadap tanah.

23 Januari 2018

opini musri nauli : OTT – KERUGIAN UANG NEGARA


Entah dimulai proses berfikir ketika menghubungkan “suap” yang ditangkap (OTT) kemudian dengan unsur “kerugian uang negara”. “Kerugian uang negara” sebagai salah satu unsur “melawan hokum” atau “penyalahggunaan kewenangan”.

21 Januari 2018

opini musri nauli : Masyarakat dan Gambut


Akhir-akhir ini tema gambut menggelinding setelah kebakaran massif 2013 dan semakin parah tahun 2015. Gambut sebagai entitas unik (PP No. 71 Tahun 2014 dan PP No. 57 Tahun 2016) tidak bisa sertamerta hanya diletakkan sebagai komoditas ekonomi semata. Gambut harus diletakkan sebagai kawasan ekosistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.

17 Januari 2018

opini musri nauli : MAHAR POLITIK


Kata Mahar Politik semakin menggelinding di wacana public ketika salah satu kandidat Pilkada gagal mendapatkan rekomendasi partai. Di tengah “perdebatan” tentang kegagalan mencalonkan, sang kandidat kemudian bercerita dan memberikan keterangan pers. Cerita yang mengkonfirmasikan tentang “dana untuk partai” menyediakan rekomendasi pencalonan.

Penyiapan sejumlah dana kepada partai kemudian dikenal “mahar politik”. Sebuah kata yang diplesetkan dari kata “mahar” dari lembaga perkawinan didalam islam.

14 Januari 2018

opini musri nauli : Kekebalan Profesi Advokat



Akhir-Akhir ini dunia advokat sedang diuji sikap profesionalismenya. Advokat sebagai profesi mengalami sebuah proses untuk menentukan apakah advokat bagian dari proses hokum atau menjadi pihak yang cukup netral dalam sebuah perkara.

07 Januari 2018

opini musri nauli : AMBIGU URUSAN RANJANG


Entah mengapa karena memang kurang piknik, public senang sekali disuguhi urusan “ranjang. Bak seperti “polisi moral”, berita ini kemudian heboh dan kemudian memaksa seorang kandidat mundur dari pencalonan pilkada.

opini musri nauli : MAKNA CINTA DALAM NADA


Tema cinta adalah tema yang paling umum diucapkan sebagai syair dalam berbagai jenis music. Cinta kepada alam, kepada Sang Pencipta, Cinta kepada Ayah, Kepada Ibu dan tentu saja cinta sesama manusia.



Baik diucapkan dalam lirih mendayu-dayu, merenung, meraung, dalam rindu. Dalam sekejap jatuh cinta, diputus kekasih hingga rindu tidak terbalaskan.

06 Januari 2018

opini musri nauli : BARANG BUKTI, ALAT BUKTI DAN BUKTI YANG CUKUP



Sebenarnya hari Sabtu ini saya ingin menghabiskan dengan hati riang gembira. Seriang anak-anak muda memasuki malam minggu. Malam “hang out” ataupun malam istirahat setelah sepekan bekerja.


Namun menyimak perdebatan klasik tentang peristiwa OTT KPK, akhirnya keinginan untuk “istirahat” tertunda.

02 Januari 2018

opini musri nauli : CATATAN HUKUM 2017


Tahun 2017 tidak dapat dipisahkan diakhir tahun peristiwa OTT KPK (Operasi Tangkap Tangan) terhadap pejabat-pejabat penting di Jambi. Peristiwa OTT KPK kemudian “menghentak” dan daya gelegarnya menggeger Jambi. Dengan nilai fantastis ukuran nilai OTT KPK dan “berbarisnya” pejabat yang ditangkap membuktikan KPK telah lama mencium aroma bau tidak sedap didalam pengesahan RAPBD. Membuktikan anggapan ditengah masyarakat tentang aroma bau tidak sedap didalam “ketok palu”.

01 Januari 2018

opini musri nauli : DURIAN


Benar kata orang Bijak nan jauh disana. Apabila pemimpin yang “direstui” oleh alam semesta ditandai dengan “alam menjadi. Padi menguning. Rumput hijau. Kerbo gepuk. Ke aek cemeti keno. Ke darat durian gugu”. Musim durian tahun ini mulai menampakkan hasilnya. Setelah 2 tahun berturut-turut gagal panen. Musim durian adalah “lambang” alam semesta yang merestui kelahiran dan kepemimpinan dari daerahnya.

28 Desember 2017

opini musri nauli : Kanda Irmansyah yang kukenal


Ketika saya mengundang diskusi konflik awal tahun 2013 yang lalu, saya tidak membayangkan “seorang kadis Kehutanan” akan hadir di Kantor Walhi. Walaupun secara administrasi, undangna ditujukan kepada Kepala Dinas Kehutanan, namun belum pernah “selevel” Kadishut akan hadir di Kantor Walhi.

27 Desember 2017

opini musri nauli : Penghormatan terhadap Kepemimpinan

 


Ditengah masyarakat, penghormatan terhadap pemimpin diucapkan berbagai seloko seperti “Alam sekato Rajo. Negeri sekato Batin. Atau “Alam Berajo, Rantau Berjenang, Negeri Bebatin, Luhak Berpenghulu, Kampung betuo, Rumah betengganai”

24 Desember 2017

opini musri nauli : Mengelola keberagaman





Mempunyai tiga orang putra dan seorang putri didalam satu keluarga memerlukan “seni” tersendiri” didalam mengatur dan mengendalikan. Meminjam istilah Khalil Gibran, “Anakmu Bukanlah Milikmu”. Sebuah “renungan” yang kupegang teguh disaatku sadari mereka mempunyai mimpi di masa depan.