Mengikuti
riuh Debat public Pilwako Jambi 2018 (Pilwako) menarik untuk diikuti. Kesempatan
untuk mendengarkan gagasan, melihat cara penyampaian hingga berbagai Pernik-pernik
selama acara berlangsung menjadi kesempatan untuk mengukur kualitas dari para candidate.
Terlepas
dari materi yang disampaikan yang masih menyisakan tanya, gaya (sytle),
karakter, tekanan nada, cara mengayun forum menarik untuk diikuti.
Sebagai
“ajang” debat public Pilwako, para kandidat “menonjolkan” gaya personal yang
diharapkan dapat mempengaruhi public untuk memilih. Namun “organisasi”, jam
terbang, penguasaan materi membuat materi debat kandidat menjadi pelajaran
demokrasi di Jambi.
Keempat
kandidat (dua pasang calon) dilahirkan dari latarbelakang yang berbeda-beda.
Abdullah Sani yang berlatar belakang Dosen dan menjadi penceramah, unggul
didalam membangkitkan emosi dan penguasaan kata.
Tagline
“satu” begitu menggema dalam closing statementnya. Ingatan saya tertuju di
papan mesin penghitung waktu. Dengan durasi hampir 60 detik, “kata satu’ mampu
menghipnotis dan menjadi relevan sebagai pengingat nomor satu.
Tagline
“satu” begitu menyihir. Mampu membangkitkan emosi pendengar. Dengan penguasaan
kata “satu’, penguasaan kata menjadi ukuran sebagai penceramah ulung.
Sementara
Kemas Alfarizi (Izi) piawai “memainkan” forum dengna gaya khas anak muda.
Lihatlah dengan guyonan “mengajak” tenang para kandidat Nomor 2 untuk
menyampaikan gagasan agar tidak terburu-buru. Entah beberapa kali, cara ini
dimainkan dan mampu membuat penonton tertawa.
Belum
lagi khas anak muda yang menyerahkan mic ketika sudah menyampaikan pada
pandangannya. Padahal Izi pasti mengetahui, kedua candidate sudah disiapkan
microphone untuk berbicara.
Gaya
“memainkan” forum adalah materi yang dikuasai didalam pelatihan organisasi.
Dengan gaya “memainkan forum”, sang pemateri mampu mengendalikan forum.
Gaya
kocak, mengendalikan forum, mengayunkan emosi lawan adalah tipikal khas anak
muda yang mampu menyelesaikan perbedaan pandangan dengan guyon. Gaya ini akan
terasa apabila interaksi dan dialog dilakukan terus menerus.
Diibaratkan
pertandingan sepakbola, gaya meliuk-liuk sering dipertontonkan Lionel Messi
dalam pertandingan. Dengan “meliuk-lik” memainkan bola, konsentrasi lawan
menjadi buyar. Dan kendali permainan susah ditebak dan dikendalikan Messi.
Tidaklah
salah cara yang dimainkan Izi melambangkan kematangan karakter Izi yang matang
menjadi anggota DPRD Kota Jambi. Pesona Izi memang matang dan menjadi harapan
anak muda masa depan.
Berbeda
dengan paslon nomor 1. Paslon no 2 kaya data. Menyampaikan gagasan dengan
sistematis dan analisis mendalam. Dengan kekayaan data, paslon nomor 2 ditambah
gelar prestisius akademik, gagasannya ilmiah dan mampu membalik keadaan.
Datanya
cukup detail dan cara penyampaiannya cukup sederhana mudah ditangkap oleh
kalangan umum. Setiap ucapan, pemikiran, programnya menjadi terukur dan dapat
diaplikasi.
Dalam
pertandingan sepakbola, gaya permainan ini sering diperagakan oleh Tim besutan
Morinho. Morinho cukup paham dengan karakter pemain lawan, melihat video-video
pertandingan sebelumnya, mampu kulkasi menghitung sekian persen kemenangan.
Sehingga
tidak salah walaupun kemenangan diraih, kadang kala Morinho justru mengkritik
timnya yang dianggap tidak berkembang dan lambat meraih peluang.
Paparan
kedua kandidat paslon 2 menampakkan penguasaan dan pengolahan data, cara
penggunaan kalimat yang menyodok lawan, menyampaikan secara sistematis dan
runut.
Closing
statemen yang memuat kata tagline “dua” melambangkan gaya orator yang menguasai
panggung. Tagline dua menampakkan kosakata yang bombastis.
Gaya
ini adalah interaksi intelektual yang terus diasah dalam dialog-dialog.
Tentu
saja kita tidak bisa memperbandingkan antara gaya permainan Lionel Messi dengan
tim besutan Morinho. Memperbandingkan gaya permainan antara Spanyol dengan
Italia atau Spanyol dengan Inggeris atau Spanyol dengan Jerman adalah seni
tersendiri untuk menangkap karakter perbedaan gaya permainan.
Namun
kesempatan menjadi penyaksi dari hajatan besar di Jambi adalah kehormatan
sekaligus menjadi penilaian tersendiri bagi saya.
Salam
demokrasi.