27 Juli 2025

opini musri nauli : Jambi dan Kemiskinan


Ditengah-tengah berbagai persoalan ekonomi yang menghinggapi Indonesia, isu global dan ancaman perang tarif dan berbagai perang di berbagai belahan dunia, saya kemudian melihat bagaimana dampaknya bagi Jambi. 


Mengutip angka-angka resmi yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) maret 2020 - Maret 2025 maka dapat dilihat untuk melihatnya secara utuh. 


Dengan tagline “data Angka kemiskinan Provinsi Jambi Maret 2020-2025” maka disebutkan kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2020 dan Maret 2021 disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19.


Maret 2021: Persentase penduduk miskin di Provinsi Jambi mencapai 8,09% atau 293,86 ribu jiwa. Angka ini bertambah 16,06 ribu jiwa dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Maret 2022: Jumlah penduduk miskin sebesar 279,37 ribu orang. Maret 2023 Persentase penduduk miskin sebesar 7,58% atau 280,68 ribu orang. Angka ini menurun 0,12 persen poin terhadap September 2022 dan menurun 0,04 persen poin terhadap Maret 2022. Maret 2024 Persentase penduduk miskin sebesar 7,10% atau 265,42 ribu orang. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,48 persen poin dibandingkan Maret 2023. Dan Maret 2025 Persentase penduduk miskin sebesar 7,19% atau 270,94 ribu orang. Angka ini turun 0,07 persen poin terhadap September 2024, namun masih lebih tinggi dibandingkan Maret 2024.

Secara umum, pada periode September 2012–Maret 2023, tingkat kemiskinan di Jambi mengalami kenaikan dari sisi jumlah penduduk miskin, sedangkan persentase penduduk miskin mengalami penurunan. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode September 2020 dan Maret 2021 disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19. Pada Maret 2023 kembali turun sebagai dampak membaiknya kondisi perekonomian, dan tren penurunan persentase berlanjut hingga Maret 2024. Namun, pada Maret 2025, persentase kemiskinan sedikit meningkat dibandingkan Maret 2024, meskipun masih lebih rendah dari September 2024.


Sejak Maret 2020, angka kemiskinan di Provinsi Jambi menunjukkan pola fluktuatif dengan kenaikan signifikan di awal pandemi dan kemudian tren penurunan yang cukup stabil, diselingi oleh kenaikan kecil di tahun 2025. 


Kenaikan Angka Kemiskinan (Maret 2020 - Maret 2021). Data menunjukkan bahwa pada Maret 2020, angka kemiskinan di Provinsi Jambi mencapai 7,58% atau 277,8 ribu orang, meningkat dari September 2019. Kenaikan ini berlanjut hingga Maret 2021, di mana persentase penduduk miskin mencapai 8,09% atau 293,86 ribu jiwa. Ini adalah angka tertinggi. 


Penyebab Utama Kenaikan. Pandemi COVID-19: Ini adalah faktor dominan di balik lonjakan kemiskinan. Pembatasan sosial, penutupan sektor usaha, dan penurunan aktivitas ekonomi secara drastis menyebabkan. Kehilangan Pekerjaan: Banyak pekerja di sektor formal dan informal, termasuk di Jambi, mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengurangan jam kerja. Penurunan Pendapatan: Bahkan bagi yang tetap bekerja, pendapatan cenderung menurun akibat sepinya permintaan atau pembatasan operasional.


Pelaku Usaha Terdampak: Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal banyak yang terpaksa gulung tikar atau mengalami penurunan omzet signifikan. Pembatasan Mobilitas dan Distribusi: Hambatan dalam rantai pasok dan distribusi barang juga dapat memengaruhi ketersediaan dan harga kebutuhan pokok, memperparah kondisi masyarakat miskin.


Penurunan Angka Kemiskinan (Maret 2021 - Maret 2024). Setelah mencapai puncaknya pada Maret 2021, angka kemiskinan di Jambi mulai menunjukkan tren penurunan yang positif


Maret 2022. Jumlah penduduk miskin turun menjadi 279,37 ribu orang, dengan persentase 7,62%. Ini menunjukkan awal pemulihan setelah dampak terburuk pandemi. Maret 2023. Persentase penduduk miskin kembali turun menjadi 7,58% atau 280,68 ribu orang. Maret 2024 Penurunan terus berlanjut ke angka 7,10% atau 265,42 ribu orang. Persentase terendah dalam periode ini.


Penyebab Utama Penurunan. Pemulihan Ekonomi Pasca-Pandemi: Seiring dengan meredanya pandemi dan pelonggaran pembatasan, aktivitas ekonomi kembali bergerak. Penciptaan Lapangan Kerja: Sektor-sektor yang sebelumnya terpuruk mulai bangkit, menciptakan kembali lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja. Peningkatan Produktivitas: Sektor pertanian dan perkebunan, yang penting di Jambi mengalami peningkatan produksi dan harga komoditas yang stabil atau naik, meningkatkan pendapatan petani.


Selain itu Kebijakan Pemerintah dan Program Pengentasan Kemiskinan. Bantuan Sosial (Bansos): Penyaluran bantuan sosial yang masif dan tepat sasaran (seperti PKH, BPNT, atau subsidi lainnya) sangat efektif dalam menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan, mencegah mereka jatuh lebih dalam ke kemiskinan. Program Pemberdayaan Ekonomi: Adanya program-program yang mendukung UMKM, pelatihan keterampilan, dan akses permodalan bagi masyarakat dapat meningkatkan kemandirian ekonomi. Investasi Infrastruktur: Pembangunan dan perbaikan infrastruktur dapat membuka akses ke pasar dan layanan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Stabilitas Harga Kebutuhan Pokok: Terjaganya harga kebutuhan pokok, terutama beras (yang merupakan penyumbang terbesar garis kemiskinan), berperan penting dalam menjaga daya beli masyarakat miskin.


Sedikit Kenaikan Angka Kemiskinan (Maret 2025). Maret 2025: Data menunjukkan sedikit kenaikan menjadi 7,19% atau 270,94 ribu jiwa. Meskipun masih lebih rendah dibandingkan September 2024, angka ini naik dibandingkan Maret 2024.


Namun Potensi Penyebab Kenaikan Kecil. Fluktuasi Harga Komoditas: Kenaikan harga beberapa komoditas pangan atau kebutuhan pokok, bahkan jika tidak terlalu drastis, dapat memengaruhi kelompok miskin yang memiliki daya beli terbatas. Beras dan rokok kretek filter disebut sebagai penyumbang terbesar garis kemiskinan di Jambi, sehingga kenaikan harga kedua komoditas ini dapat berdampak signifikan. Dampak Inflasi: Jika laju inflasi lebih tinggi daripada pertumbuhan pendapatan, daya beli masyarakat, khususnya kelompok miskin, akan tergerus. Perubahan Efektivitas Program: Bisa jadi ada penyesuaian dalam program bantuan sosial atau kebijakan lain yang kurang efektif dalam menahan angka kemiskinan pada periode tersebut. Faktor Musiman atau Non-Ekonomi: Beberapa fluktuasi kecil bisa saja disebabkan oleh faktor musiman (misalnya, di luar musim panen) atau faktor lain yang tidak terkait langsung dengan pertumbuhan ekonomi makro.

Dengan demikian secara keseluruhan perjalanan angka kemiskinan di Jambi sejak Maret 2020 mencerminkan dampak besar guncangan global (pandemi COVID-19) yang diikuti oleh upaya pemulihan ekonomi dan intervensi kebijakan pemerintah. 


Fluktuasi kecil di tahun 2025 menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan adalah tantangan berkelanjutan yang memerlukan pemantauan cermat terhadap faktor ekonomi, sosial, dan harga-harga komoditas.