28 Juli 2025

opini musri nauli : Jambi dan Pertumbuhan Ekonomi

 



Setelah sebelumnya membahas Jambi dan Kemiskinan maka pada kali ini membahas Jambi dan Pertumbuhan Ekonomi. 


Analisis pertumbuhan ekonomi Jambi dari Maret 2020 hingga proyeksi Maret 2025 menunjukkan dinamika yang menarik, terutama dengan pengaruh pandemi COVID-19 dan upaya pemulihan ekonomi. Perlu dicatat bahwa data pertumbuhan ekonomi umumnya dirilis secara triwulanan (YoY atau QoQ) atau tahunan (CtC), bukan spesifik bulanan. Namun, kita bisa melihat tren umum berdasarkan data triwulan pertama (Maret) di setiap tahunnya.


Maret 2020: Kontraksi Akibat Pandemi. Pada Triwulan I 2020, perekonomian Provinsi Jambi mengalami kontraksi sebesar 0,79% (YoY). Kontraksi ini merupakan dampak awal dari pandemi COVID-19 yang mulai melanda secara global dan domestik. Meskipun negatif, kinerja Jambi masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang saat itu terkontraksi lebih dalam. Sektor Informasi dan Komunikasi menjadi salah satu yang menopang karena peningkatan aktivitas Work from Home (WFH) dan Learning from Home. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tetap menjadi kontributor terbesar terhadap PDRB, meskipun pertumbuhannya melambat.

Maret 2021: Awal Pemulihan yang Kuat. Memasuki 2021, ekonomi Jambi menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Secara keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Jambi mencapai 3,66% (CtC). Pertumbuhan ini terjadi di hampir semua lapangan usaha. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mencatatkan pertumbuhan tertinggi (14,33%), didorong oleh upaya penanggulangan pandemi dan program vaksinasi COVID-19. Sektor Konstruksi dan Pengadaan Listrik dan Gas juga menunjukkan pertumbuhan positif. Pada Triwulan II-2021, Jambi bahkan berhasil keluar dari resesi dengan pertumbuhan 5,39% (YoY).


Maret 2022: Pemulihan Berlanjut. Data spesifik untuk Triwulan I 2022 tidak tersedia secara langsung. Namun, berdasarkan laporan kinerja ekonomi Jambi secara keseluruhan tahun 2022, perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp276,32 triliun. Tren pemulihan dari pandemi diasumsikan berlanjut pada periode ini, dengan aktivitas ekonomi yang semakin normal seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial. Konsumsi rumah tangga menjadi penyangga utama perekonomian, didukung oleh meningkatnya mobilitas masyarakat dan kebijakan perlindungan sosial.


Maret 2023: Pertumbuhan Stabil. Pada Triwulan I 2023, ekonomi Provinsi Jambi menunjukkan pertumbuhan yang stabil sebesar 5,00% (YoY). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kawasan Sumatera pada periode yang sama. Pertumbuhan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang terus positif. Dari sisi penawaran, sektor pertanian, pertambangan, dan perdagangan masih menjadi penopang utama pertumbuhan. Sektor Transportasi dan Pergudangan juga mengalami pertumbuhan tertinggi (14,15%), didorong oleh penghapusan PPKM yang meningkatkan aktivitas pengangkutan komoditas. Inflasi pada Maret 2023 tercatat -0,16% (MoM) dan 5,18% (YoY).


Maret 2024: Perlambatan yang Perlu Diwaspadai. Pada Triwulan I 2024, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi melambat menjadi 3,83% (YoY). Perlambatan ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih, yang berdampak pada permintaan komoditas unggulan Jambi. Selain itu, kinerja dua lapangan usaha utama, yaitu pertanian dan pertambangan, belum menunjukkan pemulihan yang signifikan. Namun, permintaan domestik tetap menjadi penopang PDRB. Inflasi Provinsi Jambi pada Maret 2024 mencapai 0,54% (MoM) dan 3,84% (YoY), dengan penyumbang utama dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau.


Maret 2025: Proyeksi Pertumbuhan Positif dengan Tantangan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada Triwulan I 2025 diperkirakan mencapai 4,55% (YoY). Angka ini menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, namun masih berada di bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,87%. Kinerja ini didorong oleh peningkatan di hampir seluruh lapangan usaha, kecuali sektor konstruksi yang diperkirakan mengalami kontraksi.

Laporan terkait inflasi Maret 2025 menunjukkan bahwa Provinsi Jambi mengalami inflasi bulanan sebesar 1,13% (MoM) dan inflasi tahunan 0,32% (YoY). Inflasi bulanan ini utamanya disumbang oleh kenaikan tarif listrik (setelah berakhirnya insentif pemerintah), serta kenaikan harga komoditas pangan seperti bawang merah, kopi bubuk, bayam, dan kangkung menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri. Namun, penurunan harga cabai dan angkutan udara menahan inflasi agar tidak lebih tinggi.


Dengan demikian maka secara keseluruhan, ekonomi Jambi menunjukkan ketahanan meskipun sempat terdampak pandemi. Pemulihan terjadi secara bertahap, dengan pertumbuhan yang cukup stabil pada tahun 2021 dan 2023. Namun, perlambatan pada awal 2024 menunjukkan adanya tantangan dari sisi eksternal (harga komoditas global) dan kinerja sektor-sektor utama. Proyeksi 2025 menunjukkan optimisme terhadap pertumbuhan, meskipun perlu diwaspadai faktor-faktor pendorong inflasi seperti tarif listrik dan harga pangan. Diversifikasi ekonomi dan penguatan sektor-sektor non-pertanian dan non-pertambangan akan menjadi kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan Jambi ke depan.



Advokat. Tinggal di Jambi