14 Mei 2021

opini musri nauli : Unsur “barang siapa (naturalijk personalijk)


Dalam berbagai perundang-undangan, strafbaar feit” dirumuskan unsur “barang siapa” (KUHP) atau “setiap orang (peraturan perundang-undangan diluar KUHP). 

Unsure “strafbaarfeit” ialah orang yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi unsure tindak pidana yang dituduhkan terhadap terdakwa.  

Unsure “strafbaarfeit” tidak dapat ditujukan kepada diri terdakwa karena menentukan unsure ini tidak cukup dengan menghubungkan terdakwa sebagai perseorangan sebagaimana manusia pribadi (naturaal personalijk) atau subyek hukum yang diajukan sebagai terdakwa dalam perkara ini.  Akan tetapi yang dimaksud setiap orang dalam undang-undang adalah orang yang perbuatannya secara sah dan meyakinkan terbukti memenuhi semua unsure dari tindak pidana. 


Jadi untuk membuktikan unsure “barang siapa/setiap orang (straafbaarfeit)” harus dibuktikan dulu unsure lainnya. 


Atau dengan kata lain unsur “strafbaarfeit” tidak serta merta langsung menunjuk kepada perseorangan (naturalijk persoon).


Selain itu didalam asas hukum pidana dikenal “Geen Straf Zonder Schuld” yang dimaknai sebagai “tiada pidana tanpa kesalahan”. Sebagaimana diatur didalam Pasal 1 ayat (1) KUHP “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada 


Sehingga asas Geen Straf Zonder Schuld bermakna tidak ada hukuman tanpa kesalahan. Kesalahan yang bagaimana? 


Pertanyaan tersebut dapat terjawab dalam artinya secara luas dan sempit, sebagai berikut. Dalam arti luas, (ditinjau dari arti kesalahan yang luas) asas “Geen straf zonder schuld” berarti tidak ada hukuman tanpa kesalahan, yang mana kesalahan di sini meliputi unsur kesengajaan dan kealpaan.


Sedangkan arti sempit (ditinjau dari arti kesalahan yang sempit) dari asas “Geen straf zonder schuld” adalah tidak ada hukuman tanpa kesalahan, yang mana kesalahan di sini hanya meliputi unsur kealpaan saja.


Dengan demikian apabila unsur “strafbaarfeit terbukti maka kemudian dapat ditentukan apakah terhadap “strafbaarfeit” dapat dipertanggungjawabkan. Apabila terbukti, maka unsur “strafbaarfeit”  dapat terbukti. Namun apabila unsur yang lain tidak terbukti, maka unsur “strafbaarfeit” tidak terbukti pula.