Dalam dialek sehari-hari masyarakat Melayu Jambi, istilah Raja banyak sekali menunjukkan hubungan kekerabatan hingga berbagai simbol dalam relasi sosial.
Seloko seperti Seloko seperti “Jika mengadap ia ke hilir, jadilah beraja ke Jambi. Jika menghadap hulu maka Beraja ke Pagaruyung atau Tegak Tajur, Ilir ke Jambi. Lipat Pandan Ke Minangkabau membuktikan hubungan kekerabatan yang kuat antara masyarakat di hulu Sungai Batanghari dengan Pagaruyung.
Istilah Rajo sering disebutkan dalam istilah Tanah Pembarap. Dalam himbauan dari Raja Jambi, melihat pemukiman di sekitar bawah Gunung Masurai yang masih sepi, maka Penduduk dari Serampas kemudian turun untuk menghuni kawasan di bawah Marga Serampas. Biasa dikenal dengan istilah Tanah Pembarap.
Dusun-dusun yang termasuk kedalam Tanah Pembarap seperti Tanjung Asal, Dusun Durian Mukut, Peraduan Temeras, Air Lago, Badak Terkurung, Rantau Pangi, Pulau Raman, Sekancing, Dusun Baru Padang lalang, Rantau Limau Kapas, Muara Inum.
Di Marga Renah Pembarap, Hubungan kekerabatan dengan Marga Tiang Pumpung, Marga Senggrahan ditandai dengan seloko “Gedung di tiang pumpung, Pasak di Pembarap. Dan kunci di Senggrahan. Mereka mengaku keturunan dari Sri Saidi Malin Samad. Sri Saidi Malin Samad mempunyai saudara Siti Baiti dan Syech Raja. Syech Raja diakui sebagai “puyang” Renah Pembarap. Sedangkan Siti Baiti “puyang” Marga Tiang Pumpung.
Di Marga Senggrahan, Hubungan kekerabatan dengan Marga Tiang Pumpung, Marga Renah Pembarap ditandai dengan seloko “Gedung di tiang pumpung, Pasak di Pembarap. Dan kunci di Senggrahan. Mereka mengaku keturunan dari Sri Saidi Malin Samad. Sri Saidi Malin Samad mempunyai saudara Siti Baiti dan Syech Raja. Syech Raja diakui sebagai “puyang” Renah Pembarap. Sedangkan Siti Baiti “puyang” Marga Tiang Pumpung.
Di Marga Pangkalan Jambu, Sebagai pemegang mandate dan kemudian bergelar “Datuk Raja Nan Putih. Didalam struktur adat, maka Datuk Raja Nan Putih dibantu oleh Datuk Monti Raja dan Datuk Pado Garang. Selain Datuk Raja Nan Putih yang dibantu oleh Datuk Monti Raja dan Datuk Pado Garang, mereka juga mengenal “Datuk berempat dan Menti nan Tigo”.
Datuk Berempat yaitu Datuk Penghulu Mudo, Datuk Penghulu Kayo, Datuk Bendaro Kayo dan Datuk Raja Tantan. Sedangkan “Menti nan Tigo yaitu Rio Niti di Dusun Baru, Rio Gemalo di Dusun Nangko dan Rio Sari di Dusun Sungai Jering).
Di Marga Jujuhan, Tempat untuk menyelesaikan persoalan yang disebut Balairung. Struktur adat ditandai dengan Banjar. Istilah Banjar menunjuk kepada berbarisnya rumah-rumah yang terdiri dari 2 rumah atau 3 rumah. Kemudian diikuti kampong, Batin dan Negeri. Di berbagai tempat biasa disebut “kampong betuo, datuk bebatin dan Raja negeri”. Maknanya adalah setiap putusan baik putusan tuo kampong, datuk batin dan Raja negeri” harus diikuti oleh masyarakat berdasarkan tingkatannya.
Di Jambi juga dikenal seloko seperti “Raja Melangkah maju, Rakyat bersimpuh Kebul”. Apabila sanksi diberikan tidak dapat dipikul untuk membayarnya, maka dapat diberikan keringanan sesuai dengan kemampuannya.
Ada juga yang menyebutkan “Karena ”Raja tidak boleh menolak sembah. Teluk dak boleh nolak limpahan kapar”
Baca : Rajo