Ketika Abdullah Sani (sering dipanggil Yai Sani) menyebutkan berbagai seloko seperti “"Seciap bak ayam. Sedenting bak logam. Adat bersendi syara’. Syara’ bersendikan kitabullah. Syara’ mengatokan, adat memakai", yang kemudian ditutup didalam pidato penutupannya (Closing statement), “Padi menjadi. Rumput hijau. Aeknyo tenang. Ke aek cemeti keno. Ke darat durian gugur”, tiba-tiba saya tersentak. Kaget. Sekaligus kagum dengan kelihaian Yai Sani membangkitkan pengetahuan Melayu Jambi.
Tidak lupa kemudian Yai Sani menambahkan dengan filosofi Jawa “gemah repah. Loh Jinawi. Tata tentrem kerto Raharjo”.
Berbagai seloko Jambi kemudian dijelaskan dengan filosofi Jambi sekaligus membuktikan Yai Sani bukanlah sekedar tokoh politik semata.