12 Mei 2021

opini musri nauli : Ulama Jambi (10)

 


Ketika Ali Muzakir, dosen UIN STS Jambi menuliskan tentang “Wacana Martabat Tujuh di Jambi”, sang Penulis kemudian menyebutkan Muhammd Zayn al-Jambi. Seorang ulama Jambi pada awal abad -19-an. Muhammd Zayn al-Jambi menuliskan kitab Qurrat al-‘Aynli Fard al-‘Ayn. 


Menurut Ali Muzakir, Manuskrip kitab Qurrat al-‘Aynli Fard al-‘Ayn adalah satu-satunya informasi yang tentunya sangat minim tentang latar belakang kehidupannya. 

Manuskrip kitab Qurrat al-‘Aynli Fard al-‘Ayn menuliskannya pada tahun 1232 H (1817 M).


Didalam kitab Qurrat al-‘Aynli Fard al-‘Ayn, Muhammd Zayn al-Jambi menuliskan namanya “Muhammad Zayn bin al- haj „Abd al-Ra‟uf al-Jambi al-Syafi„i al-Asy„ari al-Naqsyabandi.


Nama ini kemudian  menunjukkan asosianya kepada sejumlah aliran pemikiran di dalam Islam. 


Mazhab fiqhnya adalah Syafi’iyah. Sedangkan kalam Asy’ariyah. Dan memilih Tarekat Naqsyabandiyah. 


Tarekat Naqsyabandiyah di Jambi Sudah berada justru awal abad 19-an.  Membantah hipotes Martin van Bruinessen “Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia: Survei Historis, Geografis, dan Sosiologis” yang menyebutkan Naqsyabandiyah masuk ke Jambi pada akhir abad ke-19. 


Lebih lanjut  Ali Muzakir menjelaskan  Zayn al-Jambi menyebut Qurrat al-‘Ayn ditulis berdasarkan kitab-kitab oleh ulama ahl al-sunnah wa al-jama‘ah. Ditandai dengan kalimat “Bermula kami himpunkan risalah ini daripada beberapa kitab yang diperpegangi oleh segala ulama ahl al-sunnah wa al- jama’ah.”


Kitab Qurrat al-‘Aynli Fard al-‘Ayn membahas tiga point pokok. 


Pertama mengatur tentang prinsip-prinsip keimanan yang didasarkan kepada Umm al-Barahîn dan Nur al-Mubîn. 


Kedua mengatur tentang fiqh yang merujuk kepada Idah al-Fiqh, al-Mahallî, Minhaj al-Qawwim, Bidayat al- Mubtadi, dan Quwwat al-Qulub. 


Dan ketiga membicarakan tasawuf yang mengacu kepada Hidayat al-Salikîn dan Bidayat Al-Hidayah. 


Melihat rujukan yang digunakan maka Muhammd Zayn al-Jambi maka mempunyai guru yang ternama. Sekaligus bacaan yang luas dan mendalam. 


Menurut Muhammad ‘Ali, seorang ulama dan mursyîd Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang paling berpengaruh di Jambi, menyebutkan karya Muhammd Zayn al-Jambi didalam kitab Qurrat al-‘Aynli Fard al-‘Ayn sebagai Rujukan melihat persoalan martabat tujuh di Jambi. 



Muhammd Zayn al-Jambi menyebut sumber pemahaman tasawufnya adalah Hidayat al-Salikin karya al-Palimbani dan Bidayat al-Hidayah karya al Ghazali. 


Didalam Qurrat al-‘Ayn, Muhammd Zayn al-Jambi hanya membuat pernyataan singkat saja, berupa nasehatnya bagi orang-orang yang akan mempelajari tasawuf dan menempuh jalan tarekat, khususnya dalam memahami konsep martabat tujuh, wahdat al wujud, dan fana’. 


Menurut pengamatan Muhammd Zayn al-Jambi, kebanyakan orang-orang yang mempelajari doktrin-doktrin tersebut bukannya sampai kepada pemahaman yang benar tentang wujud alam dan wujud Allah. 


Akan  tetapi malah terjatuh kepada kesalahpamaham teologis, dan tergelincir ke dalam golongan wujudiyah, bathiniyyah, dan jabariyyah. 


Muhammd Zayn al-Jambi juga menyebut tentang wahdat al-wujud dan Martabat Tujuh di dalam Qurrat al-‘Ayn. 


Ia hanya sebatas mengingatkan agar hati-hati mempelajarinya dan carilah guru yang tepat, karena tidak sedikit orang yang mempelajarinya jatuh pada pemahaman yang keliru.


Meskipun demikian, bukan berarti Muhammd Zayn al-Jambi melarang untuk mempelajari doktrin Martabat Tujuh dan wahdat al-wujud. 


Terkait dengan hal ini, Muhammd Zayn al-Jambi menjelaskan perlunya pengkategorian dan persyaratan-persyaratan tertentu bagi orang-orang yang ingin mempelajari doktrin-doktrin tasawuf yang lebih rumit. 


Baca : Ulama Jambi (9)