30 Juli 2017

opini musri nauli : BANJIR MENGINTAI PENDUDUK JAMBI




Memasuki Bulan Februari 2017, Jambi kemudian “dihadiahkan” berita tentang banjir yang menggenangi hampir seluruh wilayah di Jambi. Berbagai berita kemudian “muara” dari akibat salah urus Negara didalam menata sumber daya alamnya.

Dengan luas 2,1 juta hektar kawasan hutan namun laju  (deforestrasi) menyebabkan luas lahan kritis di Provinsi Jambi pada tahun 2007 yaitu 618.891 ha (kritis 614.117 ha dan sangat kritis 4.774 ha). Pada tahun 2011 luas lahan kritis meningkat menjadi 1.420.602 ha (kritis 341.685 ha dan sangat kritis 1.078.917 ha)[1].
Penurunan luasan tutupan lahan hutan Jambi selama kurun waktu 10 tahun berkurang sebesar 1 juta hektar. Dari 2,4 juta hektar pada tahun 1990 menjadi 1,4 juta hektar pada tahun 2000 atau sebesar 29,66 persen dari total luas wilayah Jambi. Pengurangan tutupan lahan hutan ini terjadi di dataran rendah dan pegunungan, yaitu 435 ribu hektar. Sisanya terjadi di lahan rawa gambut.

Belum lagi kawasan hutan sekitar 40 % dari wilayah Propinsi Jambi ternyata tidak diimbangi dengan pemberian izin kepada masyarakat. Masyarakat yang telah berada dan sekitar hutan ternyata mengalami persoalan terhadap “ruang kelola rakyat”.

Terhitung sejak Pertengahan Februari 2017, berbagai pemberitaan “menggambarkan” daerah-daerah yang dilewati banjir. Daerah-daerah yang semula tidak “pernah” mengalami banjir kemudian menggenangi rumah-rumah penduduk, menghabiskan persawahan dan perkebunan, jalan hingga memutuskan akses terhadap jalur distribusi pertanian.

Dari berbagai pemberitaan, maka fakta-fakta mengejutkan.

Dimulai dari Kantor Bupati Kuala Tungkal[2], kemudian putusnya jalan Desa Kuningan Sungai Bengkal dan banjir di Lambur, Muara Sabak yang menggenangi Sekolah, Jalan dan puskesmas[3] dan kembali tenggelamnya 200 hektar di RT 15 Tungkal 1, Tungkal Ilir, Kuala Tungkal[4].

Memasuki awal bulan Maret, banjir kemudian mulai menyebar di Desa Lamban Sigatal (Pauh, Sarolangun)[5]. Banjir juga menggenangi Jln Hayam Huruk, Jelutung Jambi yang disebabkan drainase yang tersumbat[6].

Sehari kemudian tanggal 2 Maret 2017, banjir tidak hanya mulai menggenangi Muara Bungo (Tanjung Gedang, Kelurahan Manggi, Dusun Tanjung Menanti, Babeko, Rantau Panjang) menggenangi 1775 rumah[7], namun juga terjadi di Kuala Tungkal sebanyak 37 rumah, Desa Sepintun yang menggenangi 80 rumah. Banjir juga terjadi di Lubuk Sebotan yang menggenangi 36 rumah.

Sehari kemudian tanggal 3 Maret 2017 banjir mulai mengilir ke Batin III dengan menggenangi 850 rumah dan membuat jalan menjadi terputus[8]. Dan terus menggenangi pagar Puding dan membanjiri 307 rumah[9].

2 hari kemudian, tanggal 6 Maret 2017, banjir terus menggenangi Teluk Rendah Ilir (Tebo) yang menggenangi SD dan Madrasah, Rantau Api yang menenggalamkan 27 KK, Muara Kilis 150 KK dan Mangupeh 100 KK. Banjir juga  banjir menenggelamkan 6000 kk di Taman Agung (Bungo), di Mandiangin, Pauh (Sarolangun)[10].Sehari kemudian banjir semakin menenggelamkan 8.223 rumah di Sarolangun, Merangin dan Bungo[11].

Dari Tebo banjir terus ke Muara Ketalo menenggelamkan 320 KK, ke Teluk Rendah Ilir yang membanjiri SD dan MTS[12], Maro Sebo Ulu yang menggenangi 944 hektar lahan padi. Sehari kemudian banjir mengenangi Betung Bedarah Barat menenggelamkan 223 KK, Sungai Aro 66 KK dan Betung Bedarah Timur 198 KK.

Sementara itu dihari yang sama, banjir menggenangi Tanjung Benuang dan Pamenang Selatan yang mengakibatkan kerugian di 11.410 rumah, 8 SD, 5 unit Ibadah dan 4 Unit Puskesmas.

Di Bangko banjir mengenangi Lubuk Napal mengakibatkan 54 rumah dan Ulak Makam 34 rumah[13].

Sehari kemudian menggenangi Desa-Desa di Kecamatan Sumay seperti  Teluk Singkawang 24 KK, Lembak Bungur 11 KK, Jati Belarik 74 KK. Di Hari sama juga menggenangi Pulau Kayu Aro (Sengeti) menenggelamkan 40 rumah[14]. Banjir juga terjadi di Batin XXIV, Muara Bulian dan Maro Sebo yang menenggelamkan 3.278 rumah. Banjir juga terjadi di Bagan Pete Jambi yang menewaskan 2 orang[15].

Tanggal 10 Maret 2017, banjir semakin ke hilir. Pasar Tembesi, Muara Bulian, Rantau Kapas Mudo, Karmeo kemudian menenggelamkan 12.000 rumah. Sementara di hari sama, Banjir juga Embacang Gedang/Muara Tabir kemudian menenggelamkan 710 KK. Banjir juga terjadi di Bangko Pintas yang menggenangi 168 KK , Tambun Arang (180 KK), Tanah Garo (407 KK) dan Punti Kalo (45 KK)[16].

Dari Tebo banjir kemudian mengilir ke Sungai Alai (38 KK), Tengah Ulu (210 KK), Pelayang (46 KK), Margo Jaya (550 KK), Bedaro Rampak (92 KK), Teluk Pandak (30 KK)[17], Sungai Keruh (305 KK), Teriti (50 KK) dan Tambun Arang (148 KK). Banjir juga terjadi di Desa Kampung Baru, Batanghari yang menenggalamkan 3215 rumah[18].

Banjir terus terjadi mengilir mengikuti derasnya Sungai Batanghari. Menghinggapi Teluk Rendah Ilir (62 KK), Teluk Rendah Ulu (125 KK), Sungai Bengkal Barat (37 KK), Desa Kunangan (160 KK) dan Kelurahan Sungai Bengkal (45 KK)[19].

Bahkan terus ke Rambutan Masam (717 KK),  Rantau Kapas Mudo (424 KK), Ampelu (259 KK), Rantau Kapas Tuo   (319 KK),  Pematang V Suku (189 KK), Tanjung Marwo  (41 KK) dan Suka Ramai (82 KK)[20].   

Pada hari yang sama, tanggal 13 Maret 2017, banjir juga terjadi di Payo Selincah, Lingkar Timur yang menyebabkan jalan menjadi terputus. Selain itu juga banjir terjadi di Kelurahan Intan Jaya, Kuala Tungkal (15 rumah) dan Pintas Tuo, Tabir (335 KK)[21].

Empat hari kemudian banjir mulai merayap naik ke Sengeti, Pematang Jering, Kedotan, Taman Rajo, Maro Sebo, Kumpeh 1.933 Rumah, 3 Puskesmas, 7 Posyandu, 26 Sekolah, 9 Rumah Ibadah[22]. Banjir juga terjadi di Legok yang membanjiri puskesmas, di Danau Sipin (582 KK) dan Telanaipura (559 KK)[23].

Sementara itu di Berbak dan Muara Sabak kemudian membanjiri 8 SD dan 4 SMP[24].

Di Sengeti, banjir menenggelamkan 591 hektar padi dan 103 hektar jagung[25]. Tiga hari banjir kemudian menggenangi Pasar Angso Duo[26]

Apabila kita melihat daerah-daerah yang dilewati banjir maka dipastikan disebabkan oleh hulu sungai yang sudah rusak. Dengan melihat daerah banjir dihubungkan dengan Peta RTRW Propinsi Jambi dan alur sungai maka terhadap banjir dapat dihubungkan sebagai “tata kelola hutan” yang sangat buruk.

Mengikuti alur banjir 2017 maka kita dapat mengikuti pola banjir yang terus berulang setiap tahun.

Sungai Batang Hari merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, yang terdiri atas beberapa sub DAS seperti Sub DAS Batang Tembesi, Sub DAS Jujuhan, Sub DAS Batang Tebo , Sub DAS Batang Tabir, Sub DAS Tungkal dan Mendahara, Sub DAS Air Hitam, Sub DAS Airdikit, Sub DAS Banyulincir. Namun ada juga menyebutkan Batang Asai, Batang Tembesi, Batang Merangin, Batang Tabir, Batang Tebo, Batang Sumay, Batang Bungo, dan Batang Suliti.

Aliran Sungai Batanghari dan anak-anak sungainya dapat dilayari sepanjang 3.224 km dengan lebar 50-65 meter. Kedalaman alur pelayaran antara 1-10 meter. Sekitar 95 % ekspor Jambi setiap tahunnya diangkut melalui Sungai Batanghari. Disamping itu, bahan bakar minyak. Disamping itu, bahan bakar minyak, bahan kebutuhan dan muatan umum lainnya diangkut dan didatangkan ke Jambi melalui Sungai Batanghari.

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia, mencakup luas areal tangkapan (catchment area) ± 4.9 juta Ha. Sekitar 76 % DAS Batang Hari berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada provinsi Sumatera Barat.

DAS Batang Hari juga berasal dari berada di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). Di Landscape TNBT terdapat Margo Sumay, Marga IX Koto, Marga VII Koto dan Marga Tungkal Ulu.

Hulu Sungai Batanghari juga berasal dari TNKS. Bermuara ke Batang Tembesi, ke Batang Merangin, ke Batang Bungo bahkan juga mengairi batang tebo.

Muara Sungai dari TNKS terdapat Margo Batin Pengambang, Marga Batang Asai, Datuk Nan Tigo, Marga Bukit Bulan (Sarolangun) dan Seluruh Marga di Bangko. Termasuk juga mengairi sungai di Marga Batin III Ulu, Marga Pelepat (Bungo). 

Hulu Sungai Batanghari juga berasal dari di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). Marga Air Hitam dan Kawasan Orang Rimba di Makekal merupakan kehidupan masyarakat yang hulu sungai berasal dari Taman Nasional Bukit 12.

Dari Batang Tembesi, air kemudian menggenangi Desa Lamban Sigatal Pauh tanggal 1 Maret 2017 terus ke Desa Sepintun[27], Sarolangun, Pauh dan Mandiangin[28]. Banjir di alur Batang Tembesi yang kemudian bertemu di Sungai Batanghari di Muara Tembesi disebabkan hulu Sungai yang hancur disebabkan tambang.

Di hulu Batang Tembesi terdapat Batang Asai yang mengilir ke Sarolangun. Sungai Mempenau, Sungai Ampar, Sungai Batang Asai, dan Sungai Sako Merah telah rusak akibat PT. ANTAM. Selain itu juga lima sungai besar dan 95 anak sungai di Kabupaten Sarolangun, Jambi, telah tercemar[29]. Belum lagi ancaman PT. Semen Baturaja yang mengancam wilayah wilayah yang mengilir ke Batang Asai[30]

Banjir di Pauh mengingatkan banjir yang menggenangi tahun 2013. Dan tahun 2016 bahkan kemudian mengakibatkan banjir bandang di Enam desa, yakni Desa Panca Karya, Demang, Mansao, Temenggung, Muara Limun, dan Pulau Pandang, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun[31] dan menyebabkan 300 KK terisolir[32].

Banjir dari Batang Tembesi kemudian membanjiri Pulau Kayu Aro (Sengeti), Batin XXIV, Muara Bulian dan Maro Sebo.  

Di Bangko banjir menggenangi Tanjung Benuang dan Pamenang Selatan. Selain itu juga Lubuk Napal Ulak Makam. 

Selain juga Pasar Tembesi, Muara Bulian, Rantau Kapas Mudo, Karmeo, Embacang Gedang/Muara Tabir, Bangko Pintas, Tambun Arang , Tanah Garo dan Punti Kalo.


Sementara dari Ulu Batang Bungo kemudian menyebabkan 850 rumah dan membuat jalan menjadi terputus[33]. Dan terus menggenangi pagar Puding dan membanjiri 307 rumah[34]. 2 hari kemudian, tanggal 6 Maret 2017, banjir terus menggenangi Teluk Rendah Ilir (Tebo), Rantau Api, Muara Kilis dan Mangupeh. Selain itu juga menyebabkan banjir di Tanjung Gedang, Kelurahan Manggi, Dusun Tanjung Menanti, Babeko, Rantau Panjang.

Ulu Batang Sumay rusak diakibatkan deforestrasi menyebabkan Batang Sumay menyebabkan banjir di Desa-Desa di Kecamatan Sumay seperti  Teluk Singkawang, Jati Belarik

Batang Tebo kemudian menyebabkan banjir di Muara Ketalo, Teluk Rendah Ilir, Maro Sebo Ulu terus Betung Bedarah Barat Sungai Aro dan Betung Bedarah Timur,  Sungai Alai, Tengah Ulu, Pelayang, Margo Jaya, Bedaro Rampak, Teluk Pandak, Sungai Keruh, Teriti dan Tambun Arang Banjir juga terjadi di Desa Kampung Baru, Batanghari yang menenggalamkan 3215 rumah[35].

Banjir terus terjadi mengilir mengikuti derasnya Sungai Batanghari. Menghinggapi Teluk Rendah Ilir, Teluk Rendah Ulu, Sungai Bengkal Barat, Desa Kunangan dan Kelurahan Sungai Bengkal. Bahkan terus ke Rambutan Masam, Rantau Kapas Mudo, Ampelu, Rantau Kapas Tuo,  Pematang V Suku, Tanjung Marwo  dan Suka Ramai

Banjir kemudian bermuara ke Jambi, Kuala Tungkal, Sabak, Kumpeh, Bahkan menewaskan 2 orang di Bagan Pete (Jambi) merayap naik ke ke Sengeti, Pematang Jering, Kedotan, Taman Rajo, Maro Sebo, Kumpeh.  

Dengan melihat alur banjir yang menggenangi 9 Batang Air dengan kerusakan di hulu sungai yang menyebabkan banjir menggenangi diseluruh wilayah Jambi, alam sudah memberikan tanda akan semakin tergerusnya daya dukung lingkungan hidup di Jambi.

Belum ada upaya serius oleh pemangku kepentingan stakeholder terhadap upaya pengembalian fungsi alam seperti reboisasi, perlindungan kawasan ulu sungai, mengembalikan fungsi menyebabkan kerusakan lingkungan hidup tidak dapat diabaikan lagi.

Curah hujan yang tinggi yang tidak mampu ditampung oleh ulu sungai kemudian bermuara di daerah hilir Jambi (Muara Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur) menyebakan musim tanam oleh petani menjadi bergeser.

Bulan April – Mei merupakan tahun tanam bagi petani untuk menanam. Namun hingga Bulan Juni, curah hujan masih tinggi dan masihnya tergenang areal “peumoan” di daerah hilir menyebabkan petani belum dapat “beumo”.

Selain mengancam kehidupan petani, musim banjir yang terus berulang menyebabkan kepandiran kita untuk melihat alam.





[1] Walhi, 2014
[2] Jambi Independent, 14 Februari 2017
[3] Jambi Independent, 22 Februari 2017
[4] Tribun, 28 Februari 2017
[5] Tribun, 1 Maret 2017
[6] Tribun, 1 Maret 2017
[7] Tribun, 2 Maret 2017
[8] Jambi Independent, 3 Maret 2017
[9] Tribun, 4 Maret 2017
[10] Jambi Independent, 6 Maret 2017
[11] Tribun, 7 Maret 2017
[12] Tribun, 8 Maret 2017
[13] Jambi Independent, 8 Maret 2017
[14] Jambi Independent, 9 Maret 2017
[15] Tribun, 9 Maret 2017
[16] Jambi Independent, 10 Maret 2017
[17] Tribun, 11 Maret 2017
[18] Jambi Independent, 11 Maret 2017
[19] Tribun, 12 Maret 2017
[20] Jambi Independent, 13 Maret 2017
[21] Tribun, 13 Maret 2017
[22] Tribun, 17 Maret 2017
[23] Jambi Independent, 17 Maret 2017
[24] Jambi Independent, 18 Maret 2017
[25] Tribun, 20 Maret 2017
[26] Tribun, 23 Maret 2017
[27] Tribun, 2 Maret 2017
[28] Jambi Independent, 6 Maret 2017
[29] Walhi, 2016
[30] Kompas, 26 September 2014
[31] Jambi Independent, 28 Maret 2017
[32] beritasatu.com, 28 Maret 2017
[33] Jambi Independent, 3 Maret 2017
[34] Tribun, 4 Maret 2017
[35] Jambi Independent, 11 Maret 2017