Marilah
kita lupakan Erick Thohir sang “tajir” yang menguasai Inter Milan. Klub Raksasa
Italia. Marilah kita lupakan Erick Thohir anak orang Kaya.
Tapi
marilah kita lihat dari “kegilaan”.
Kok.
Gila ?
Ya.
Orang Gila yang mau mengurusi Sepakbola. Olahraga paling popular sejagat
Nusantara. Hampir praktis setiap lelaki di Indonesia “pernah bermain sepakbola.
Penggemar Sepakbola yang tiada duanya.
Lihatlah
pendukung The Jakmania. Lihatlah pendukung “Bonek”. Lihatlah “Maung Bandung”
atau Bobotoh. Lihatlah pendukung “wong Kito”.
Atau
Hooligan, The Gooners, The Citizens, The Interisti, True Blues, Milanisti,
Juventini, Mancunian, Madridistas dan Barcelonisttas. Semuanya bersatu dalam
energy sepakbola. Lupakan sejenak tawuran, kekerasan bahkan keributan antar
pendukung.
Semuanya
mengeluarkan budget yang “luar biasa” untuk kegilaan. Bahkan para istri-istri
di Italia pernah protes. Karena 1/3 budget rumah tangga digunakan untuk
sepakbola.
“Ya, nauli. Orang Gila yang mau mengurus
Sepakbola”, kata pelatih sepakbola putraku. Cerita ringan ketika aku
menemani sang putraku latihan sepakbola di Gubernuran Jambi.
Akupun
terdiam sembari membenarkan.
Bukankah
sepakbola adalah urusan “kegilaan’. Sang pelatih yang rela cuma dibayar Rp
200.000/perbulan setia melatih sepakbola 3 x seminggu. Mana pernah terpikir ada
sponsor. Bahkan aku tahu sendiri “kegilaannya’ terhadap sepakbola. “Terlalu
cinta terhadap sepakbola”.
Akupun
jadi mengerti. Mengapa para pemilik sepakbola “rela mengelurkan” duit untuk
mengurusi klub sepakbola. Duit yang terbuang percuma ditengah kompetisi
sepakbola tidak sebaik di Eropa.
Dan
dengan kegilaan aku kemudian mendapatkan kabar. Erick Thohir membeli Inter
Milan. Terlepas dari penghitungan ekonomi, ceruk sepakbola yang yang dibidik
oleh Erick Thohir adalah kegilaan yang asyik.
Ya.
Nama Erick Thohir kemudian melambung dalam kancah sepakbola dunia. Nama
Indonesia kemudian melambung dan membicarakan sang gila.
Kegilaan
semakin menjadi-jadi ketika menjadi “host” sebagai Asian Games. Dengan waktu
terbatas cuma 2 tahun. Kegilaan yang menimbulkan hysteria ketika melihat “opening
Ceremony” dengan melihat Jokowi “meraung-raung” pakai sepeda motor memasuki
Gelora Bung Karno.
Lalu
ketika Erick Thohir menjadi lingkaran inti Pilpres 2019, aku cuma berujar. “Lu Gila, Erick Thohir. Belum usai kaget
melihat kegilaanmu di Asian Games. Kegilaan apa lagi yang hendak kau mainkan di
pilpres 2019”.