08 April 2021

opini musri nauli : Menulis


Sejak SD Kelas IV ketika ditugaskan membuat pelajaran mengarang di Sekolah, alhamdulilah sudah mampu menulis 4 halaman dengan spasi rangkap. 


Waktu itu menulis dengna buku yang bergaris. 


Pelajaran mengarangku masih kuingat judulnya. Bermain sepakbola. 


Guru Bahasa Indonesia kemudian memberikan nilai 85. Diatas rata-rata murid SD yang hanya mampu menyelesaikan satu halaman saja. 


Waktu SMP Sudah mengenal diary. Mencatat segala kegiatan dibuku. Waktu itu bukunya wangi. Kadangkala bergambar mobil ataupun Superman. 


Waktu SMP kemudian Sudah bisa membuat puisi. Kebiasaan membuat puisi masih sering digunakan. Entah disela-sela kegiatan ataupun hanya sekedar tempelan di berbagai note. 


Kebiasaan menulis hanyalah sekedar mencatat kegiatan harian. Belum ada pemikiran untuk menjadi Penulis. Ataupun menjadi pengarang. 


Ketika kuliah mencoba-coba mengikuti lomba karya ilmiah. Ada kegiatan. Tema arsip yang berhasil cuma jadi juara harapan pertama. Tema Jaksa. Berhasil juara pertama. 


Hadiahnya kemudian dijadikan bekal selama KKN. 


Sejak 1996 kemudian mencoba menulis. Pengalaman dari KKN di Bungo. Berhasil dan dimasukkan ke halaman Tengah. Masih berupa cetak. 


Sejak itu mulai aktif menulis. Hampir setiap media massa cetak pernah dikirimi opini. Baik media yang masih bertahan maupun media yang tidak terdengar lagi kabarnya. Waktu masih mengetik dengan simpanan disket. Kemudian berkembang melalui flaskdisk. 


Hampir saban minggu ataupun dua minggu sekali. Rutin. Baik Jambi Independent maupun Jambi Ekspress. Media massa yang eksis di Jambi. 


Disela-sela pengiriman opini melalui flashkdisk ke Jambi Ekspress dan Jambi Independent kadangkala juga ke media massa lain. Baik yang berada di Jambi. 


Ketika dunia email kemudian “booming”, pengiriman cukup via email, opini semakin sering. Entah cuma sekali seminggu ataupun paling lama 2 minggu sekali. Tapi yang pasti satu bulan pasti ada satu opini. 


Sejak 2008 kemudian dunia blog mulai ramai, pelan-pelan saya Belajar Dunia “posting memposting’. Lagi-lagi menulis di blog lebih bebas. Banyak sekali menulis di blog kegiatan sehari-hari ataupun tumpahan kekesalan yang tidak mungkin dikirimi ke media massa. 


Sejak itu, pelan-pelan saya mulai mengumpulkan opini yang berserakkan diberbagai media massa. Ada yang berhasil dijadikan arsip. Ada yang kemudian tercecer entah dimana. 


Selain itu kegiatan memposting sering dilakukan. Praktis 2 hari sekali, so pasti langsung posting. 


Kegiatan menulis selain menumpahkan berbagai uneg-uneg juga sekalian “merefresh” pengetahuan yang tersimpan di rak-rak buku. 


Dengan mengangkat satu tema apalagi tema hukum membuat saya harus terus Belajar. Sembari mengumpulkan serpihan-serpihan buku disela-sela kegiatan apabila keluar kota. 


Memasuki tahun 2015, dunia media online kemudian semakin menjamur. Berbagai media online kemudian tumbuh. Berkembang. Termasuk media-media konvensional mulai merambah ke dunia online. 


Dan kemajuan ini kemudian ditambah semakin “booming” pengiriman via whattapp. Dan produktif semakin sering. Termasuk disela-sela pertemuan. 


Dengan adanya perkembangan whattapp dan blogger yang dapat dijadikan arsip, berbagai tema mulai dituliskan. 


Entah penjual yang menggunakan cuma motor yang mengangkat 3  lemari ataupun memakai mengisi solar pakai besi yang melengkung. 


Tema berat-berat mulai dituliskan. Entah nilai-nilai luhur yang menjadi landasan perilaku masyarakat yang sering juga menjadi konsentrasi filsafat, cara pandang maupun alam pemikiran ditengah masyarakat yang menjadi optik pengetahuan antropologi. 


Bahkan berbagai cerita pewayangan yang menjadi satir menjadi pembicaraan ditengah masyarakat menjadi fokus dari opini.


Dengan stok tulisan yang dimuat, berbagai teman-teman yang telah menjadi praktisi media massa online kemudian menunjukkan berbagai kunci-kunci untuk memperbaiki tampilan maupun urusan teknis didunia maya. 


Termasuk melihat rating, cara membaca keinginan publik terhadap kehausan informasi dan pengetahuan yang terjadi disekitarnya, cara membaca algoritma, blogger kemudian diotak-atik. 


Dipelajari dengan seksama. Termasuk teknis. Mempelajari pola dan trend kebutuhan akan informasi. 


Alhamdulilah. Dengan stok tulisan yang cukup melimpah, memperbaiki beberapa hal teknis kemudian membuat blogger kemudian menjadi perhatian masyarakat umum. 


Entah menjadi rujukan berbagai pihak untuk dijadikan sumber karya ilmiah yang kemudian dimuat di berbagai jurnal, dijadikan bahan skripsi, tesis dan disertasi ataupun sekedar mewarnai tema-tema tertentu. 


Alhamdulilah. Pelan-pelan tapi pasti. Metode peringkat yang kemudian dikenal alexa menarik perhatian. 


Semula cuma dicatat sebagai “no data”. Bulan oktober kemudian bisa merangkak naik 45 ribu. Terus menembus 22 ribu, terus naik 18 ribu, 12 ribu kemudian sempat menembus 6 ribu. 


Namun menjelang akhir tahun, selama 14 hari tidak posting, langsung terlempar hingga 12 ribu. 


Memerlukan waktu 3 bulan kemudian bisa tembus kurang 6 ribu (5.831). Dan akhirnya berhasil melewati 5.538. 


Menjaga rangking alexa setelah menembus 6 ribu memerlukan kejelian, kerapian, konsisten untuk terus posting memerlukan sedikit waktu. Menjelang istirahat. 


Namun apapun yang terjadi, menulis opini kemudian dapat menarik perhatian apalagi dijadikan sumber tulisan adalah kebahagiaan. Kebahagiaan setelah bergelut dunia hukum praktis yang menyita energi. 


Semoga energi dan adrenalin yang ditularkan oleh berbagai kalangan yang menjadi pembicaraan sehari-hari dapat memberikan amunisi untuk terus menulis. 


Baca : Menulis