Dalam kekayaan khazanah budaya Melayu Jambi, seloko adat memegang peranan penting sebagai cerminan pandangan hidup, pedoman berperilaku, serta warisan nilai-nilai luhur dari para leluhur. Salah satu seloko yang menarik untuk ditelaah adalah "larik tepung. larik kunyit. larik seko.". Seloko ini, meskipun terdengar sederhana, menyimpan makna filosofis yang mendalam terkait dengan konsep batas dan pewarisan adat.
Identifikasi dan Makna "Seloko Kunyit"
Seloko "larik tepung. larik kunyit. larik seko" dapat dimaknai Kata, Makna dan Estetika. Seloko ini secara spesifik dijelaskan sebagai bagian dari makna simbol "Kayu pengait", "Sak sangkut", "takuk rajo", "Sialang belantak besi". Dalam konteks ini, "larik kunyit" bersama dengan "larik tepung" dan "larik seko" merupakan makna simbolik dari tanda batas.
Makna simbolik dari tanda batas ini diikrarkan di dalam "Tembo" (catatan sejarah atau silsilah adat). Pewarisan dan pemahaman akan makna ini kemudian diturunkan melalui "kenduri sko" atau "kenduri adat", yang merupakan upacara adat penting dalam masyarakat Melayu Jambi.
Seloko kunyit dapat dianalisis dari pendekatan Filosofis. Seloko "larik tepung. larik kunyit. larik seko" mencerminkan beberapa aspek penting dalam pandangan hidup masyarakat Melayu Jambi
- Konsep Batas dan Wilayah: "Larik kunyit" sebagai tanda batas menunjukkan pentingnya pengaturan wilayah dan kepemilikan dalam kehidupan komunal. Batas-batas ini bukan sekadar garis fisik, melainkan juga memiliki makna adat dan sosial yang kuat, dihormati dan dipelihara secara turun-temurun.
- Keterkaitan dengan Alam: Penggunaan unsur "kunyit" (serta "tepung" dan "seko") dalam seloko ini kemungkinan besar menggambarkan keterikatan kuat masyarakat Melayu Jambi dengan alam sekitar mereka sebagai sumber inspirasi dan pengetahuan. Alam dianggap sebagai guru yang mengajarkan berbagai filosofi hidup.
- Pewarisan dan Konservasi Adat: Proses "diikrarkan dalam Tembo" dan "diturunkan melalui kenduri sko atau kenduri adat" menunjukkan betapa pentingnya pewarisan nilai-nilai adat dari generasi ke generasi. Seloko ini berfungsi sebagai pengingat kolektif akan ajaran leluhur dan norma-norma yang harus dijaga. Ini menegaskan peran seloko sebagai "ajaran luhur", "tuntutan", "pedoman", "arah", dan pengetahuan yang senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya.
Kedalaman Makna Simbolik: Dokumen tersebut menekankan bahwa bahasa Melayu Jambi kaya akan makna dan simbol , di mana kata-kata tidak hanya dimaknai secara harfiah tetapi juga memiliki makna tersirat yang penuh dengan ajaran filosofi dan nilai. "Larik kunyit" adalah contoh nyata dari bagaimana sebuah ungkapan sederhana dapat mengandung konsepsi filosofis yang mendalam mengenai hakikat manusia dan hubungannya dengan dunia.
Dengan demikian maka Seloko "larik tepung. larik kunyit. larik seko" bukan sekadar frasa biasa. Makna simbolik yang berfungsi sebagai pandangan hidup dan sarana merefleksikan hakikat kebudayaan Melayu Jambi.
Melalui seloko ini masyarakat Melayu Jambi mengekspresikan pemahaman mereka tentang batas-batas, keterkaitan dengan alam, serta komitmen mereka terhadap pelestarian warisan adat dan nilai-nilai luhur yang telah diturunkan oleh nenek moyang mereka.
Seloko ini menjadi bukti kekuatan bahasa dan kekayaan budaya Melayu Jambi yang menempatkan manusia berbudi selaras dan sinambung dengan alam sekitarnya.