Dalam
lakon pewayangan, cerita Sengkuni dan Brutus “berkejaran” dengan kabar kebenaran dari pinggir kampong. Cerita
ini berseliweran sehingga Raja bingung untuk “memilah” kabar.
Syahdan.
Datanglah kabar dari telik sandi kepada Raja. Raja yang tengah “bersemedi” di
istana Astinapura kemudian “menghentikan” semedinya. Raja kemudian menemui
telik sandi yang mengabarkan dedemit yang mengganggu kekuasaan astinapura.
Ya.
Dedemit sakti mandraguna yang membuat punggawa kerajaan sulit menangkapnya.
Kesaktiannya sungguh digdayana. Kecepatannya seperti angin. Wajahnya
berubah-ubah bak seperti bunglon. Kadang bersembunyi di balik pohon. Kadang
berteriak di atas bukit. Kadang bergema di ujung sungai.
Dipanggillah
ahli nujum istana. Para punggawa kerajaan, adipati, pendekar istana berkumpul
mengeliling sang Raja.
Rapalan
dibacakan. Mantrapun diucapkan. Sang “pembisik” Raja sibuk “memberikan “kabar”.
Mengganggu Raja dengan “kabar” sesat agar ahli nujum tidak dipercaya.
Sementara
ahli nujum sadar akan “kepercayaan” Raja. Terus bekerja tanpa dipengaruhi
“pembisik” istana yang terus mengacaukannya. Rapalan demi rapalan. Mantra demi
mantra. Diucapkan komat-kamit sembari “mendengarkan”suara hati” untuk
memberikan kabar kepada Sang Raja.
Dengan
tekun sang Raja mendengarkan kabar dari ahli nujum. Sambil merenung Sang Raja
kembali ingat kepada peristiwa lampau. Tentang kabar dari Sengkuni dan Brutus
yang membuat Sang Raja bimbang.
Satu
persatu kabar didengarkannya. Dia percaya kepada ahli nujum. Dia sadar banyak
Sengkuni peninggalan ayahandanya. Mengelilinginya untuk “merebut” tahta. Dan Brutus
yang menunggu waktu untuk menikamnya.
Tapi
kabar dari ujung kampong mengabarkannya. Seseorang menyampaikannya. Lewat dapur
tanpa ada Sengkuni dan Brutus mendengarkannya. Kabar dari ahli nujum benar
adanya.
Sang
Raja sadar. Kabar dari ujung kampong mengingatkan kepadanya. Sengkuni dan
Brutus mempunyai agenda. Membuat geger Astinapura.
Sang
Raja kemudian menghela nafas. Kabar dari telik sandi mengingatkan kepadanya.
Negeri Astinapura sedang geger.
Akhirnya
Sang Raja Sadar. Dedemit yang dikabarkan telik sandi adalah Sengkuni dan Brutus
yang berada di belakangnya. Menghunus keris menunggu waktu tiba.
Dengan
lantang dia berkata “Rakyatku. Mari selamatkan
Kerajaan Astinapura. Cari Sengkuni dan Brutus yang mengabarkan kabar sesat
kepadaku”.
Petinggi
istana kemudian berlarian mencari Sengkuni dan Brutus. Dan keduanya telah
hilang bersamaan dengan waktu. Hilang seperti dedemit. Dan hanya menangkap bayangan
tanpa wajah.