Sebagai orang yang dilahirkan, sekolah dan dibesarkan di Jambi, mimpi anak Melayu Jambi menikmati jalan tol adalah sebuah keniscayaan. Sama juga mimpi anak Melayu Jambi menikmati naik kereta api.
Kereta api Cuma ada di Medan dan Palembang. Dulu jalur favorit adalah Palembang ke Bandar Lampung. Kemudian naik bus ke Bakauheni. Menyeberang kemudian naik bus baru tiba Jakarta.
Ataupun masa-masa sebelum reformasi, rute ke Jakarta paling tingga naik Lorena. Bis ekslusif yang mewah untuk ukuran pada masanya. Apalagi bangku cuma 1-2. Dikenal satu dua adalah bangku eklusif yang berbaris Cuma ada dua dan satu kursi. Harganya cukup mahal (waktu itu). Sekitar Rp 82.500,-.
Harga tiket Rp 82.500,- cukup mahal. Karena apabila menggunakan angkutan umum paling hanya berkisar Rp 50.000,-. Rp 20.000,- Jambi – Bandar Lampung.
Rute yang ditempuh antara Jambi – Jakarta menyusuri Palembang, Bandar Lampung, Kalianda dan Bakauheni. Dikenal sebagai jalan lintas timur.
Sejak 2012, jarak Jambi – Palembang sering saya tempuh. Selain putriku yang kemudian kuliah di Unsri – Indralaya, tahun 2013 sering sekali sidang di PN Palembang.
Sehingga sejak 2012 hingga putriku selesai kuliah, kupastikan, 2 bulan sekali mesti lihat di Indralaya.
Namun setelah putriku selesai, rute ke Palembang tidak terhenti. Sejak 2016-2017, rute sidang ke PN menggala. 7 jam dari Palembang ke Bandar Lampung. Atau 2 jam dari bandar lampung.
Sehingga rute Jambi – Bandar Lampung sudah dipastikan sering ditempuh.
Menikmat Jambi – Palembang memerlukan waktu dan timeng yang tepat. Apabila dari Jambi ke Palembang, diusahakan agar tidak sore di Palembang. Selain macet, juga melelahkan.
Begitu juga dari Palembang. Diusahakan sore atau malam hari dari sana.
Nah. Ketika Jokowi meresmikan jalan tol Palembang – Bakauheni, tiba-tiba keinginan saya menikmatinya begitu besar.
Walaupun pandemic mulai mendera tidak menghalangi saya menikmati jalan tol.
Ketika ada kesempatan ke Jakarta dengan urusan yang tidak harus buru-buru dikejar, saya kemudian ke Jakarta. Menggunakan angkutan darat.
Alangkah kagetnya saya. Dari pintu tol dari Jakabaring ke Bakauheni yang jaraknya 365 km dapat ditempuh paling lama 4 jam.
Yang membuat saya semakin kaget, Palembang – Indralaya yang bisa ditempuh 2 jam cuma hanya ditempuh paling banter 20-25 menit. Rasa-rasanya mimpi.
Begitu juga ketika Palembang melewati pintu tol yang menunjukkan Menggala Cuma 2 jam membuat saya berdecak kagum. Alangkah cepatnya waktu yang bisa dihemat.
Padahal semula Palembang ke Menggala (Tulang Bawang) yang bisa memakan seharian penuh (7-8 jam) kemudian hanya dua jam membuat saya kemudian berfikir.
Alangkah sia-sianya waktu yang terbuang percuma selama ini.
Ah. Sensasi menikmati jalan tol yang baru diresmikan membuat saya melayang. Pengalaman buruk dan trauma menikmati jalan lintas timur.
Namun sensasi bisa saya nikmati. Menyusuri jalan tol Palembang – Bakauheni.
Sensasi ini akan menambah kenyamanan apabila jalan tol Jambi – Palembang yang akan dikerjakan diperkirakan akhir tahun 2021 akan selesai.
Sehingga dipastikan, Jambi – Jakarta bisa ditempuh Cuma setengah hari.
Atau berangkat pagi hari dari Jambi, sore hari sudah bisa menyeberang Bakauheni – Merak. Sehingga malam dapat istirahat di Jakarta.
Pilihan angkutan darat merupakan salah satu solusi untuk menghindarkan angkutan udara. Selain tidak banyak angkutan yang dibawa, juga dapat menampung keluarga besar apabila hendak berliburan di Jawa.
Ah. Terima kasih Jokowi. Terima kasih Indonesia.
Anak Melayu Jambi sudah menikmati jalan tol.
Pencarian terkait : Musri nauli, opini musri nauli, jambi dalam hukum, hukum adat jambi, jambi,
Opini Musri Nauli dapat dilihat : www.musri-nauli.blogspot.com