09 Desember 2020

opini musri nauli : Memilih adalah Hak




"bang, bangun... Cepat milih !!!, Teriak istri membangunkanku.. 


Ya.. baginya.. memilih adlh bentuk penghormatan kepada panitia.. mereka yg sibuk mempersiapkan hajatan besar acara pilkada.. 


*Memilih adalah hak.. tdk memilih adalah hak", kataku sembari mengucek mata. Bangun kesiangan setelah semalaman terjebak didepan laptop. 


"Ah, ketinggian.. sana cepat.. kasihan panitia.. sudah capek mempersiapkannya.. ngirim undangan lagi.. masa datang be dak mau*, kata istri sewot.. 


"Cepat.. ada jamnya nih." Kamipun bergegas.. menghentikan perdebatan..


Ya. Cerita “memilih adalah hak. Tidak memilih adalah hak” sering dikampanyekan oleh teman-temanku. Baik dalam ujaran sehari-hari maupun di dunia medsos. 


Sebagai “semangat” untuk menyampaikan gagasan, ide “tidak memilih” berangkat dari kondisi politik yang justru menjauhkan dari semangat untuk kesejahteraan rakyat. 


Para politisi yang dipilih kemudian sering terlibat dalam kasus korupsi, tidak mengurus rakyat. Bahkan tidak segan-segan memamerkan kehidupan mewah. Ditengah masyarakat yang tengah berjuang dari pandemic corona. 


Namun di pikiran istriku tidak demikian. Baginya, hajatan pilkada, pemilu adalah hajatan sosial. Sekaligus interaksi sosial dengan tetangga sekitarnya. 


Hajatan pilkada atau pemilu lebih menampakkan semangat rakyat mempersiapkan acara. Entah dengan pemasangan tenda, memasang taplak meja, mengurusi konsumsi. Persis hajatan perkawinan. 


Cara pandang itulah yang membuat bagi istriku adalah penghormatan. Sekaligus menghargai panitia yang serius mempersiapkan acara. 


Sebagai warga negara ataupun warga sosial, tidak elok kemudian tidak menghargainya. Sekaligus juga bentuk sampai salam dengan tetangga. Cengkrama dan guyonan. 


Ah. Akupun kadang tersentak. Pikiran istriku menggambarkan pikiran sederhana. “Praktis dan logis” kata temanku mendukung. 


Akupun bergegas. Kadangkala “perdebatan” tidak mesti dilakukan. Selain menghormati istri yang tegas “meminta hadir undangan”, sekaligus Rabu pagi tidak berlalu dengan percuma.