Mendapatkan kabar meninggalnya H. Hasip Kalimuddin Syam minggu pagi seketika berbagai kisah bersilewaran di pikiran.
Mungkin hanya sedikit manusia di Jambi yang memiliki prestasi paripurna. Sebagai birokrat, sebagai ulama, tokoh adat dan Pendidik.
Sebagai birokratnya, berbagai deret prestasi jabatan membuktikan dia mencapai puncak karir. Dihormati berbagai kalangan di birokrat. Baik dari jabatan Bupati Batanghari hingga mencapai Wakil Gubernur Jambi.
Ditangannya, nama beliau begitu harum. Hampir setiap jejak di Batanghari, namanya disebutkan dengan bait-bait indah.
Hampir setiap Gubernur terpilih, dipastikan mampir ke rumah beliau. Baik sebagai tanda takzim kepada orang tuo Jambi maupun mendapatkan nasehat-nasehat mengenai pemerintahan.
Ketika awal-awal kampanye, tim Media kemudian mendatangi kerumah beliau. Menjawab penasaran. Mengapa kemudian beliau bersedia membantu Al Haris-Sani dan masuk menjadi tim pemenangan Al Haris-sani.
Dengan tenang beliau bercerita. Bagaimana pandangan pribadi dan pandangan politiknya mengenal Al Haris.
Teringat kata-katanya. “Dia orang Jambi dan Birokrat”. Jambi harus dipimpin orang Jambi dan birokrat”.
Kata-kata itulah yang kemudian menjadi tagline diawal-awal kampanye Al Haris-Sani.
Sebagai ulama, tentu saja berbagai prestasi politik tidak dapat dipisahkan. Entah sebagai Ketua PWNU ataupun kemudian menjadi Ketua PKB Jambi.
Di Kalangan nahdiyin, namanya kemudian dapat disejajarkan sebagai tokoh sentral. Menjadi Rujukan kaum nahdiyin di Jambi.
Sebagai tokoh adat, beliau dikenal sebagai Ketua Lembaga Adat Melayu Jambi (LAM). Yang menjadi Organisasi adat yang turut membicarakan berbagai persoalan adat.
Al Haris salah satu orang yang datang ke LAM Jambi. Istilah “tunjuk ajar” dan “Ajun Arah” yang diucapkan oleh Al Haris di forum rapat adat LAM Jambi membuktikan, sebagai Gubernur, Al Haris dapat diberikan “tuntutan”, “teguran” bahkan “ingatan” apabila “jalan yang dipilihnya” kemudian dianggap keliru.
Istilah “tunjuk ajar” dan “Ajun Arah” dalam forum adat LAM Jambi adalah seloko sehari-hari dikenal di masyarakat Melayu Jambi.
Sebagai Pendidik, beliau dikenal mengurusi kampus swasta terbesar di Jambi. Kampus yang aktif terlibat didalam reformasi.
Berbagai mahasiswa kritis justru mendapatkan “proteksi” dari ancaman fisik. Peran strategis beliau didalam mengelola kampus Unbari menempatkan kampus Unbari banyak menelurkan mahasiswa kritis yang kemudian sekarang berkiprah di gelanggang politik Jambi.
Mengucapkan nama beliau dengna nada decak kagum menempatkan beliau sebagai manusia paripurna. Sebagai birokrat, sebagai ulama, tokoh adat dan Pendidik. Dan kesemuanya mencapai puncak prestasi.
Selamat jalan, sang manusia paripurna.
Jambi kehilanganmu.