08 September 2010

opini musri nauli : Tradisi Mudik



Dari ranah sosiologi terlalu sayang dilewatkan. 

Dari persoalan "silahturahmi", sungkeman, ziarah ke keluarga di kampung hingga kangen dengan sahabat 

Dan sanak famili merupakan alasan yang membuat suasana mudik membuat konsentrasi nasional begitu penting 

Dari seluruh agenda nasional, tradisi mudik mengalahkan gegap gempita PEMILU (General election),mengalahkan konser musik terutama dangdut, mengalahkan suasana pertandingan sepak bola, 
Apalagi wacana "rumah aspirasi", sengketa perbatasan ayah agenda ketatanegaraan lainnya. 

 Tradisi mudik merupakan sebuah upaya mencari suasana kebatinan yang cenderung Adem, tenang, Dan suasana agraris yang tidal ditemukan di Kota Dan urban. 

Tradisi mudik mencari Dan pengakuan identitas dari masyararakat urban. Suasana masyarakat yang agraris, komunal, tenggang rasa, seakan hilang 

Dan pudar tergerus arus di perkotaan. 

Dari suasana inilah, dimensi tradisi mudik digendangkan setiap tabun. 

MUDIK DAN BUDAYA AGRARIS 

 Membicarakan Mudik tanpa melihat keterikatan antara masyarakat urban dengan budaya agraris maka makna dan "kemeriahan" tradisi mudik tidak akan ditemukan. 

Budaya agraris yang komunal, irrasional, sederhana bertentangan dengan gaya hidup masyarakat urban yang sehari-hari besar di perkotaan. 

Titik singgung inilah yang kemudian menarik untuk kita lihat dan sering bersinggungan antara satu dengan yang lain. 

 Sebagai contoh. Budaya urban yang mengagungkan waktu dan effisiensi, hemat, berhitung bersinggungan dengan budaya agraris yang cenderung sulit dipahami, tidak berhitung, tidak mengenal waktu, dan bahkan tidak menghitung waktu dan effiensi. 

Budaya agraris yang menghargai persahabatan, kekeluargaan, ketulusan bersinggungan dengan budaya urban yang meletakkan pergaulan sesuai dengan style, pergaulan yang dihitung dengan pekerjaan dan pergaulan yang tidak mengenal akan makna ketulusan. bahkan ketulusan akan bisa ditafsirkan sebagai korban dari kejahatan. 

 Dari titik inilah, kemudian Indonesia menjadi sorotan dunia, dimana pada waktu yang bersamaan bisa memindahkan manusia dengan jumlah besar pada periodik waktu tertentu. 

Jumlah yang dipindahkan tidak sekedar ratusan ribu orang, bahkan memindahkan sebagian besar jumlah penduduk di kota besar ke desa-desa yang jauh dari kota. 

Dengan gampang kita akan mudah mengindentifikasikan bagaimana "sepinya" jakarta disaat arus mudik. 

Perhatian terhadap Indonesia mempunyai keunikan yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia di seberang benua sana. 

Dalam sejarah di China, pemindahan manusia hanya berkisar dua ratus ribuan orang pada periodik Mao Tze Tung (Mao Zedong) sebelum Komunis berkuasa di China. 

Periodik ini dikenal sebagai salah satu peristiwa penting didunia, selain daripada Hijrahnya Muhammad dari Mekah Ke Madinah. 

 Periodik ini kemudian dikenal sebagai peristiwa yang mampu membangkitkan heroik" ideologi dan menjadi bahan diskusi yang menarik yang dibahas setiap tahun. Namun di Indonesia, periodik ini terus berlangsung. 

Dan Bacaan dunia tentang Indonesia semakin kaya dengan melihat bagaimana konsentrasi nasional dicurahkan untuk menyelesaikan hajatan tradisi mudik.