Tema
“waktu” merupakan salah satu hutang tulisan
yang baru kuselesaikan kali ini.
Waktu
dapat dijadikan sandaran ataupun pandangna terhadap hidup.
Di
Agama Islam, waktu adalah “pemersatu”
namun bisa menjadi pemecah belah umat. Sebagai “pemersatu’, Itikad naik haji ataupun jadwal Haji disepakati
waktunya. Baik didalam Rukun Haji maupun berbagai rangkaian perjalanan Haji.
Namun
disisi lain, waktu untuk menentukan “Ramadhan”
ataupun “Idul Fitri” dapat menjadi
sumber kekayaan pengetahuan islam tentang ilmu Falaq (ilmu perbintangan). Terlepas dari pendekatan fiqih didalam melihat
permulaan bulan, kekayaan Islam di Indonesia merupakan kesempatan kita
memandang ilmu pengetahuan islam dalam memperkaya ilmu astronomi.
Di
tengah masyarakat, penentuan waktu adalah sebuah rangkaian penting dalam setiap
kehidupan. Menentukan umur janin,
memasuki ritual adat “Nujuh bulan” dalam tradisi menghormati kehamilan 7 bulan,
Merayakan
“maulidan”, memperingati 3 hari, 7
hari, 40 hari, 100 hari, setahun ataupun 1000 hari adalah prosesi di tengah
masyarakat dalam merayakan kehidupan. Tidak lupa diiringi berbagai doa sebagai
pengingat akan keberadaan umat di muka bumi.
Waktu
juga diperlukan untuk mengetahui putaran garis edar bumi mengelilingi matahari.
Sekaligus bumi mengelilingi bulan dengan periode waktu yang sangat rinci sudah
ditentukan manusia.
Dengan
waktu, maka “komet Halley” dapat
ditentukan kedatangannya selama 76 tahun sekali. Dapat menentukan kapan gerhana
matahari dan menentukan kapan gerhana bulan.
Itu
bukan mistik. Apalagi klenik yang harus ditolak kedatangannya. Semuanya adalah
ilmu pengetahuan. Diturunkan kepada manusia yang mau berfikir. Sehingga tidak
perlu lagi perdebatan “apakah bumi ini
bulat atau datar ?.
Kisah
tentang Bumi mengelilingi matahari mengingatkan kisah ilmuwan “Nicolas Copernicus’ yang berani
mengungkapkan ilmu pengetahuan tentang Bumi mengelilingi matahari.
Pendapat
ini kemudian ditentang kelompok agamawan yang justru menganggap Mataharilah
yang mengelilingi bumi. Bumi adalah tempat manusia. Dan manusia adalah makhluk
yang mulia. Sehingga tidak mungkin bumi mengelilingi matahari.
Copernicus
kemudian diadili dan dituduh sesat. Mengikuti jejak Socrates, Pengadilan “pikiran”, Copernicus tidak pernah
menarik pendapatnya tentang ilmu pengetahuan. Dan dunia sampai sekarang tidak
pernah membantah pendapatnya.
Waktu
juga diperlukan untuk menentukan umur fosil. Umur keberadaan dan lingkaran
jejak antara monyet dan primate lainnya. Namun saya juga heran bagaimana ilmu
pengetahuan ini kemudian dipelintir menjadi “monyet adalah nenek moyang
manusia”. Sampai sekarang teoeri Charles Darwin tidak pernah
menyebutkannya. Namun akibat tidak mau menggali pengetahuan, maka informasi
kemudian dipelintir.
Waktu
juga ditentukan selain untuk menentukan jadwal sholat juga menentukan berapa
hari didalam bulan Ramadhan. Waktu diperlukan untuk menentukan kapan sholat
bisa digabungkan (Jamak).
Dengan
waktu kemudian petani dapat menentukan tahun tanam sehingga tidak terserang
musim panas yang berkepanjangan ataupun musim hujan diujung panen. Waktu juga
diperlukan untuk mengukur dan menyimpan hasil panen.
Begitu
banyak waktu diperlukan didunia. Waktu adalah putaran yang alamiah dalam garis
edar bumi. Waktu adalah netral dalam setiap kehidupan.
Ilmu
pengetahuan adalah kemampuan manusia untuk menjawab berbagai persoalan dan
gejala-gejala alam.