11 Mei 2018

opini musri nauli : MEMBERANTAS TERORISME ZAMAN NOW


Membaca, mengamati dan menelisik “peristiwa huru-hara” MAKO Brimob dan “upaya penyelesaiannya” menarik perhatian saya.
5 orang gugur sebagai abdi bayangkara negara tidak membuat pihak kepolisian “terjebak” dengan permainan yang disodorkan oleh pelaku.

Provokasi “institusi” dan tempat yang dihormati dikalangan kepolisian justru membuat para pelaku yakin dengan “umpan” yang hendak disantap.

Ditambah dengan 5 orang gugur membuat “strategi” bisa berubah menjadi “ladang pembantaian”. Dan apabila “umpan” ini dimakan maka citra kepolisian “semakin hancur” dan membuat kepolisian kehilangan wibawa.

Namun disisi lain, emosi public yang teraduk-aduk dengan “peristiwa pembunuhan” yang mengerikan “seakan-akan” memberikan cek kosong kepada kepolisian untuk menyelesaikan dengan tegas.

Polemik inilah membuat strategi ciamik harus dikemas dengan gaya elegan. Menyelesaikan dengan tegas, terukur, tuntas namun tetap menjunjung profesionalisme kepolisian dan menempatkan HAM sebagai bagian dari proses.

Pertama. Dengan berapi-api, kemenangan sudah mulai diraih ketika pembunuhan 5 orang bayangkara akan memantik “penyerbuan” kedalam MAKO Brimob. Pihak kepolisian tentu saja akan mudah menyelesaikannya dengna cepat. Termasuk melakukan upaya paksa dengan menembak “siapapun” yang tidak tunduk dengan perintah menyerahkan diri.

Tapi upaya ini ternyata dihitung secara matang oleh pihak kepolisian. Memakan umpan akan menimbulkan instabilitas. Dan tewasnya para pelaku justru membuat peristiwa ini kemudian akan menjadi headline yang akan mudah “digoreng’.

Tentu saja pihak kepolisian mempunyai perhitungan cermat. Para pelaku yang merupakan “dedengkot” pelaku terorisme “jago” memprovokasi sehingga akan memudahkan emosi (ditambah peristiwa 5 orang yang telah terbunuh).

Tapi sang pelaku tentu saja lupa. Berbagai peristiwa terorisme di Indonesia memberikan pelajaran kepada pihak keamanan. Berbagai strategi, sel baru justru membuka tabir dan modus operandi yang akan mudah diketahui arah dan formatnya.

“Meladeni” provokasi agar dilakukan penyerbuan justru inilah yang dikehendaki oleh para pelaku. “Kenekatan mati” justru menjadi amunisi dan umpan yang hendak ditawarkan.

Dengan “ketenangan’ sembari membaca peluang dan memberikan kesempatan kepada para pelaku menyerahkan diri adalah bentuk “kesabaran” meladeni permainan dari para pelaku.

Dalam strategi perang zaman Now, “perang psikologis (psy war)” adalah cara canggih untuk meladeni pertempuran.

Saya sedang membayangkan “para pemimpin” di Kepolisian yang “justru emosi” meledak-ledak akibat Mako Brimob yang “belum ditundukkan” dan “ketenangan pikiran” agar tetap focus menyelesaikan dengan terukur, professional dan mengedepankan HAM.

Kebimbangan menggunakan cara cepat namun justru menjadi umpan balik yang berbahaya dan strategi ciamik yang harus tenang menghadapinya.

Namun sekali lagi, Belajarlah ilmu hingga kenegeri Tiongkok. Pepatah lama yang sering dilupakan. Termasuk seni bertempur.

Peperangan, muslihat, taktik, seni perang modernpun adalah merupakan “kreasi” ataupun pengembangan dari ilmu Tiongkok.

Didalam kitab Klasik “Seni Perang” seperti “The 36 Secret Strategies of the Martial Arts: The Classic Chinese Guide for Success in War, Business and Life” strategi diuraikan sebagai strategi 4. Strategi 4 Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga. Adalah sebuah keuntungan, merencanakan waktu dan tempat pertempuran. Dengan cara ini, anda akan tahu kapan dan di mana pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak. Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia sambil anda mengumpulkan/menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung, anda dapat menyerangnya.

Strategi 9 Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda untuk memasuki wilayah pertempuran sampai seluruh pihak yang bertikai mengalami kelelahan akibat pertempuran yang terjadi antar mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh dan habiskan.

Bab 4. Strategi Chaos/Kekacauan Strategi 19 Jauhkan kayu bakar dari tungku masak. (Lepaskan pegangan kayu dari kapaknya.) Ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat untuk menghadapinya secara langsung anda harus melemahkannya dengan meruntuhkan pondasinya dan menyerang sumberdaya.

Strategi 35 Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan (Jangan pernah bergantung pada satu strategi.) Dalam hal-hal penting, seseorang harus menggunakan beberapa strategi yang dijalankan secara simultan. Tetap berpegang pada rencana berbeda-beda yang dijalankan pada sebuah skema besar; dengan cara ini, jika satu strategi gagal, anda masih memiliki beberapa strategi untuk tetap maju.

Empat strategi itulah yang digunakan. Sembari bernegosiasi memberikan batas waktu tertentu, berbagai strategi tetap terukur sembari memperhitungkan efektifivitas daya serang.

Pelan tapi pasti, kekurangan logistic adalah “daya tahan” yang justru menjadi amunisi baru. Umpan justru dimakan para pelaku.

Kisah mengepung hingga berbulan-bulan benteng yang kokoh justru menjadi “para penghuni” menjadi stress. Selain penghuni benteng yang “terkurung” didalam harus “stand by’ memantau serangan dari luar, stress justru dirasakan penghuni didalam. Berbulan-bulan stand by penuh akan menurunkan stamina dan menurunkan kewaspadaan. Belum lagi ditengah waktu kemudian “terjadinya” pertikaian sesama penghuni” akibat stand by dengan waktu yang panjang.

Kisah-kisah inilah yang sering dilihat dari film-film klasik Hollywodd ketika pasukan penyerang gagal menembus benteng yang terkenal kokoh.

Kekurangan logistik justru menjadi kisah herok ketika Sultan Agung hendak menyerbu Sunda kelapa (Batavia).

Pasuka pemukul yang jauh meringsek maju, kemudian terputus jalur suplai logistic yang tertinggal jauh dibelakang. Kekalahan Sultan Agung adalah pelajaran penting bagaimana mengatur peperangan dengan tetap menjaga aras logistic.

Tidak lama kemudian, akibat kekurangan logistic, para pelaku kemudian menyerahkan diri. Sebuah “umpan” yang justru dilumat pihak lawan.

Menyelesaikan peristiwa di Mako Brimob tentu saja bisa dilakukan berbagai negara. Namun menyelesaikan tanpa harus melakukan “pembantaian”, menjunjung tinggi HAM dan tetap mengedepankan profesional pihak kepolisian haruslah diacungi jempol,

Sehingga tidak salah kemudian, berbagai negara memberikan apreasiasi yang tinggi kepada pihak kepolisian.

Saya kemudian teringat pepatah perang. Perang adalah mengalahkan musuh. Tapi perang tanpa menyebabkan musuh menjadi mati adalah seni perang tersendiri..

Strategi ciamik yang dikembangkan kepolisian justru menempatkan Kepolisian tidak “grusa-grusu” dan panic menghadapinya. Justru “ketenangan” adalah kekuatan tersembunyi yang merupakan modal penting didalam menyelesaikannya.

Tegas, effektif dan terukur adalah kata mantra didalam peristiwa penyelesaikan Mako Brimob.

Salut kepada Kepolisian.

Salam hormat kepada Bayangkara negara yang rela menjadi martir menjaga Indonesia. 

Dimuat di kajanglako.com, 12 Mei 2018.

http://kajanglako.com/id-4040-post-memberantas-terorisme-zaman-now-.html