Membaca,
mengamati dan menelisik “peristiwa huru-hara” MAKO Brimob dan “upaya
penyelesaiannya” menarik perhatian saya.
5
orang gugur sebagai abdi bayangkara negara tidak membuat pihak kepolisian “terjebak”
dengan permainan yang disodorkan oleh pelaku.
Provokasi
“institusi” dan tempat yang dihormati dikalangan kepolisian justru membuat para
pelaku yakin dengan “umpan” yang hendak disantap.
Ditambah
dengan 5 orang gugur membuat “strategi” bisa berubah menjadi “ladang pembantaian”.
Dan apabila “umpan” ini dimakan maka citra kepolisian “semakin hancur” dan
membuat kepolisian kehilangan wibawa.
Namun
disisi lain, emosi public yang teraduk-aduk dengan “peristiwa pembunuhan” yang
mengerikan “seakan-akan” memberikan cek kosong kepada kepolisian untuk
menyelesaikan dengan tegas.
Polemik
inilah membuat strategi ciamik harus dikemas dengan gaya elegan. Menyelesaikan
dengan tegas, terukur, tuntas namun tetap menjunjung profesionalisme kepolisian
dan menempatkan HAM sebagai bagian dari proses.
Pertama.
Dengan berapi-api, kemenangan sudah mulai diraih ketika pembunuhan 5 orang
bayangkara akan memantik “penyerbuan” kedalam MAKO Brimob. Pihak kepolisian
tentu saja akan mudah menyelesaikannya dengna cepat. Termasuk melakukan upaya
paksa dengan menembak “siapapun” yang tidak tunduk dengan perintah menyerahkan
diri.
Tapi
upaya ini ternyata dihitung secara matang oleh pihak kepolisian. Memakan umpan
akan menimbulkan instabilitas. Dan tewasnya para pelaku justru membuat
peristiwa ini kemudian akan menjadi headline yang akan mudah “digoreng’.
Tentu
saja pihak kepolisian mempunyai perhitungan cermat. Para pelaku yang merupakan “dedengkot”
pelaku terorisme “jago” memprovokasi sehingga akan memudahkan emosi (ditambah
peristiwa 5 orang yang telah terbunuh).
Tapi
sang pelaku tentu saja lupa. Berbagai peristiwa terorisme di Indonesia
memberikan pelajaran kepada pihak keamanan. Berbagai strategi, sel baru justru
membuka tabir dan modus operandi yang akan mudah diketahui arah dan formatnya.
“Meladeni”
provokasi agar dilakukan penyerbuan justru inilah yang dikehendaki oleh para
pelaku. “Kenekatan mati” justru menjadi amunisi dan umpan yang hendak
ditawarkan.
Dengan
“ketenangan’ sembari membaca peluang dan memberikan kesempatan kepada para
pelaku menyerahkan diri adalah bentuk “kesabaran” meladeni permainan dari para
pelaku.
Dalam
strategi perang zaman Now, “perang psikologis (psy war)” adalah cara canggih
untuk meladeni pertempuran.
Saya
sedang membayangkan “para pemimpin” di Kepolisian yang “justru emosi”
meledak-ledak akibat Mako Brimob yang “belum ditundukkan” dan “ketenangan
pikiran” agar tetap focus menyelesaikan dengan terukur, professional dan
mengedepankan HAM.
Kebimbangan
menggunakan cara cepat namun justru menjadi umpan balik yang berbahaya dan
strategi ciamik yang harus tenang menghadapinya.
Namun
sekali lagi, Belajarlah ilmu hingga kenegeri Tiongkok. Pepatah lama yang sering
dilupakan. Termasuk seni bertempur.
Peperangan,
muslihat, taktik, seni perang modernpun adalah merupakan “kreasi” ataupun
pengembangan dari ilmu Tiongkok.
Didalam
kitab Klasik “Seni Perang” seperti “The 36 Secret Strategies of the
Martial Arts: The Classic Chinese Guide for Success in War, Business and Life”
strategi diuraikan sebagai strategi 4. Strategi
4 Buat musuh kelelahan sambil menghemat tenaga. Adalah sebuah keuntungan,
merencanakan waktu dan tempat pertempuran. Dengan cara ini, anda akan tahu
kapan dan di mana pertempuran akan berlangsung, sementara musuh anda tidak.
Dorong musuh anda untuk menggunakan tenaga secara sia-sia sambil anda
mengumpulkan/menghemat tenaga. Saat ia lelah dan bingung, anda dapat
menyerangnya.
Strategi
9 Pantau api yang terbakar sepanjang sungai. Tunda untuk memasuki wilayah
pertempuran sampai seluruh pihak yang bertikai mengalami kelelahan akibat
pertempuran yang terjadi antar mereka. Kemudian serang dengan kekuatan penuh
dan habiskan.
Bab
4. Strategi Chaos/Kekacauan Strategi 19 Jauhkan kayu bakar dari tungku masak.
(Lepaskan pegangan kayu dari kapaknya.) Ketika berhadapan dengan musuh yang
sangat kuat untuk menghadapinya secara langsung anda harus melemahkannya dengan
meruntuhkan pondasinya dan menyerang sumberdaya.
Strategi
35 Ikat seluruh kapal musuh secara bersamaan (Jangan pernah bergantung pada
satu strategi.) Dalam hal-hal penting, seseorang harus menggunakan beberapa
strategi yang dijalankan secara simultan. Tetap berpegang pada rencana
berbeda-beda yang dijalankan pada sebuah skema besar; dengan cara ini, jika
satu strategi gagal, anda masih memiliki beberapa strategi untuk tetap maju.
Empat strategi itulah yang
digunakan. Sembari bernegosiasi memberikan batas waktu tertentu, berbagai
strategi tetap terukur sembari memperhitungkan efektifivitas daya serang.
Pelan tapi pasti, kekurangan logistic
adalah “daya tahan” yang justru menjadi amunisi baru. Umpan justru dimakan para
pelaku.
Kisah mengepung hingga
berbulan-bulan benteng yang kokoh justru menjadi “para penghuni” menjadi
stress. Selain penghuni benteng yang “terkurung” didalam harus “stand by’
memantau serangan dari luar, stress justru dirasakan penghuni didalam.
Berbulan-bulan stand by penuh akan menurunkan stamina dan menurunkan
kewaspadaan. Belum lagi ditengah waktu kemudian “terjadinya” pertikaian sesama penghuni”
akibat stand by dengan waktu yang panjang.
Kisah-kisah inilah yang sering
dilihat dari film-film klasik Hollywodd ketika pasukan penyerang gagal menembus
benteng yang terkenal kokoh.
Kekurangan logistik justru menjadi
kisah herok ketika Sultan Agung hendak menyerbu Sunda kelapa (Batavia).
Pasuka pemukul yang jauh meringsek
maju, kemudian terputus jalur suplai logistic yang tertinggal jauh dibelakang.
Kekalahan Sultan Agung adalah pelajaran penting bagaimana mengatur peperangan
dengan tetap menjaga aras logistic.
Tidak lama kemudian, akibat
kekurangan logistic, para pelaku kemudian menyerahkan diri. Sebuah “umpan” yang
justru dilumat pihak lawan.
Menyelesaikan peristiwa di Mako
Brimob tentu saja bisa dilakukan berbagai negara. Namun menyelesaikan tanpa
harus melakukan “pembantaian”, menjunjung tinggi HAM dan tetap mengedepankan
profesional pihak kepolisian haruslah diacungi jempol,
Sehingga tidak salah kemudian,
berbagai negara memberikan apreasiasi yang tinggi kepada pihak kepolisian.
Saya kemudian teringat pepatah
perang. Perang adalah mengalahkan musuh. Tapi perang tanpa menyebabkan musuh
menjadi mati adalah seni perang tersendiri..
Strategi ciamik yang dikembangkan
kepolisian justru menempatkan Kepolisian tidak “grusa-grusu” dan panic menghadapinya.
Justru “ketenangan” adalah kekuatan tersembunyi yang merupakan modal penting
didalam menyelesaikannya.
Tegas,
effektif dan terukur adalah kata mantra didalam peristiwa penyelesaikan Mako
Brimob.
Salut
kepada Kepolisian.
Salam
hormat kepada Bayangkara negara yang rela menjadi martir menjaga Indonesia.
Dimuat di kajanglako.com, 12 Mei 2018.
http://kajanglako.com/id-4040-post-memberantas-terorisme-zaman-now-.html
Dimuat di kajanglako.com, 12 Mei 2018.
http://kajanglako.com/id-4040-post-memberantas-terorisme-zaman-now-.html