07 Februari 2020

opini musri nauli : Alat Bantu


Untuk memahami sebuah tutur, peristiwa, fenomena bahkan gejala-gejala apapun didunia, kita memerlukan Ilmu pengetahuan. Baik ilmu yang dikategorikan sebagai ilmu pasti ataupun ilmu sosial.
Seorang dukun yang mengajarkan pengobatan, maka ilmu biologi mampu menerangkan tentang tanaman yang digunakan. Ilmu kimia akan menerangkan tentang zat-zat yang terdapat didalam tanaman. Ilmu farmasi akan menerangkan tentang efektif zat-zat untuk penyembuhan. Sedangkan antropologi menerangkan tentang peradaban, teknologi yang digunakan. Ilmu hukum akan menerangkan proses, norma yang terdapat dalam tahap pengobatan. Filsafat akan menerangkan nilai-nilai yang dianut dalam pengobatan. Begitulah seterusnya. Sehingga dalam setiap tutur, peristiwa banyak memerlukan ilmu pengetahuan untuk menjabarkannya.

Pengetahuan manusia terbatas. Sementara ilmu pengetahuan terbentang di jagat raya. Meliputi bumi dan langit. Tinggal dirumuskan, dipadukan, diselaraskan hingga dapat dipergunakan manusia untuk kehidupan didunia.

Sehingga untuk memahami sebuah tutur diperlukan tidak hanya satu disiplin ilmu. Banyak sekali ilmu yang harus dipelajari. Agar bacaan tentang sebuah peristiwa menjadi kaya.

Bagaimana kalau ilmu yang sudah dipelajari kemudian tidak diterapkan. Selain sifat manusia yang mudah lupa (ada riset yang menerangkan tentang lupa manusia. Namun ilmu itu sendiri tidak hilang), mempraktekkan ilmu adalah bagian dari ilmu itu sendiri.

Saya banyak menemukan orang yang menguasai banyak sekali ilmu. Namun bicaranya “terlalu” ketinggian. Hanya orang-orang tertentu dapat memahaminya. Sementara yang hendak diceritakannya cuma persoalan sepele.

Namun ditengah masyarakat, banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai ilmunya “luar biasa”, namun tetap enak menerangkan berbagai persoalan. Menjawab persoalan dengan tangkas. Menerangkan detail lebih sederhana. Menyambungkan persoalan satu dengan yang lain dengan mudah. Bahkan, sembari mengambil pulpen menggambarkan lebih detail dengan mudah. Lalu siapakah yang “pintar” dan “berguna” ?. Ah. Saya cuma berujar “semoga ilmu yang didapatkannya berguna bagi orang lain”.