Untuk
memahami sebuah tutur, peristiwa, fenomena bahkan gejala-gejala apapun didunia,
kita memerlukan Ilmu pengetahuan. Baik ilmu yang dikategorikan sebagai ilmu
pasti ataupun ilmu sosial.
Seorang
dukun yang mengajarkan pengobatan, maka ilmu biologi mampu menerangkan tentang
tanaman yang digunakan. Ilmu kimia akan menerangkan tentang zat-zat yang
terdapat didalam tanaman. Ilmu farmasi akan menerangkan tentang efektif zat-zat
untuk penyembuhan. Sedangkan antropologi menerangkan tentang peradaban,
teknologi yang digunakan. Ilmu hukum akan menerangkan proses, norma yang
terdapat dalam tahap pengobatan. Filsafat akan menerangkan nilai-nilai yang
dianut dalam pengobatan. Begitulah seterusnya. Sehingga dalam setiap tutur,
peristiwa banyak memerlukan ilmu pengetahuan untuk menjabarkannya.
Pengetahuan
manusia terbatas. Sementara ilmu pengetahuan terbentang di jagat raya. Meliputi
bumi dan langit. Tinggal dirumuskan, dipadukan, diselaraskan hingga dapat
dipergunakan manusia untuk kehidupan didunia.
Sehingga
untuk memahami sebuah tutur diperlukan tidak hanya satu disiplin ilmu. Banyak
sekali ilmu yang harus dipelajari. Agar bacaan tentang sebuah peristiwa menjadi
kaya.
Bagaimana
kalau ilmu yang sudah dipelajari kemudian tidak diterapkan. Selain sifat
manusia yang mudah lupa (ada riset yang menerangkan tentang lupa manusia. Namun
ilmu itu sendiri tidak hilang), mempraktekkan ilmu adalah bagian dari ilmu itu
sendiri.
Saya
banyak menemukan orang yang menguasai banyak sekali ilmu. Namun bicaranya
“terlalu” ketinggian. Hanya orang-orang tertentu dapat memahaminya. Sementara
yang hendak diceritakannya cuma persoalan sepele.
Namun
ditengah masyarakat, banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai
ilmunya “luar biasa”, namun tetap enak menerangkan berbagai persoalan. Menjawab
persoalan dengan tangkas. Menerangkan detail lebih sederhana. Menyambungkan
persoalan satu dengan yang lain dengan mudah. Bahkan, sembari mengambil pulpen
menggambarkan lebih detail dengan mudah. Lalu siapakah yang “pintar” dan “berguna”
?. Ah. Saya cuma berujar “semoga ilmu yang didapatkannya berguna bagi orang
lain”.