26 Maret 2020

opini musri nauli : Catatan Kecil Corona




Ketika seseorang dinyatakan tertular virus Covid 19 (Virus Corona), maka seseorang kemudian dikategorikan sebagai Pasien dalam pengawasan (PDP). Sang pasien kemudian diminta untuk menceritakan riwayat perjalanannya. Setidaknya 14 hari yang lalu. 


Persoalan mulai timbul. Apakah seseorang bisa mengenal riwayat perjalanannya 14 hari yang lalu. 


Persoalan mulai muncul ketika, persoalan sepele yang diajarkan ketika waktu kecil mulai jarang diterapkan. Ya. Mengisi diari. Tradisi yang disaat remaja sering dilakukan. 


Masih ingatkan ketika waktu remaja, kita mengalami masa-masa yang indah. Dengan mengisi buku diari (biasanya dibelikan waktu Ultah), setiap hari kita mengisi buku-buku diarinya.


Entah “kesal dengan guru kelas” yang pilih kasih di kelas, teman sekolah yang jahil. Bahkan buku diari juga tidak dapat dilepaskan dari kisah memori indah. Jatuh cinta. 


Saking pentingnya buku diari, buku-buku diari sering kali “adanya gemok”. Lengkap dengan kuncinya. 


Bahkan “orang rela” menangis berjam-jam ketika buku diarinya kemudian jatuh ke tangan orang lain. Dia tidak rela “curahan hatinya” kemudian dibaca orang lain. Baginya. Buku Diari adalah “privat”. Hanya dia dan Tuhan yang boleh tau. 


Memasuki zaman milenial, disaat semua fasilitas telah disediakan “smart phone”, fasilitas yang dikenal “Memo” tau “notes”, justru kebiasaan baik ini justru ditinggalkan. Generasi milenial justru “sedikit” sekali yang mau meneruskan tradisi baik ini. 


Sehingga saya justru membayangkan, bagaimana cara kita mengingat riwayat perjalanan 14 hari terakhir apabila kita tidak mau lagi menggunakan dan meneruskan tradisi baik ini. 


Bukankah “kisah-kisah heroik” yang dokumennya masih kita rasakan berangkat dari catatan sehari-hari mereka. 


Catatan harian Marco Polo, Vasco de Gama dengan detail menceritakan setiap perjalanan mereka. Dari buku catatan itulah, maka kita dapat menggambarkan “suasana” sosial, keadaan politik lokal, perkembangan agama ketika negeri itu didatangi oleh pelancong dunia. 


Atau kisah William Marsden (Marsden) yang kemudian dijadikan kitab klasik “History of Sumatera”. Dengan detail Marsden menceritakan setiap tempat, pakaian penduduk, tanaman tertentu, rute perjalanan hingga berbagai pernik-pernik setiap tempat. Sehingga pembaca dapat mendeskripsikan dengan baik suasana ketika itu. Sekaligus sebagai perbandingan bagaimana kondisi sekarang. 


Atau Catatan I’tsing yang kemudian menggambarkan keadaan Sriwijaya. Kitab klasik yang menjadi rujukan menceritakan tentang Sriwijaya. 


Peristiwa pandemic Corona kembali mengingatkan kepada diri kita. Agar kembali meneruskan tradisi yang baik. Menceritakan keadaan sehari-hari. Setiap hari. 


opini musri nauli, musri nauli, hukum adat jambi, jambi,