23 Oktober 2020

Opini Musri Nauli : Informasi


"Pemogokan sekolah untuk iklim". Demikian kata-kata Greta Thunberg (16 tahun), siswa Swedia bolos sekolah ketika berdemo didepan gedung Parlemen Swedia. 


Kata-katanya kemudian menggentarkan dunia. Bak mantra dia kemudian merapalkannya.. 

"Kalian telah mencuri impian dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong kalian"


Dia kemudian mengajak ratusan ribu siswa di 100 negara untuk bolos sekolah.. 


Greta malah kemudian menjadi kandidat kuat untuk meraih Penghargaan Nobel. Lambang perdamaian dunia. 



Atau photo seorang bocah Sudan yang terjatuh ketika menuju posko pembagian makanan. Tubuhnya yang lemah tidak mampu lagi menahan rasa lapar. Iapun jatuh tertunduk. Beberapa meter dibelakangnya, burung pemakan bangkai sedang menunggu kematian dari sang bocah. 


Kevin Carter kemudian mengabadikan peristiwa ini. Photonya kemudian berhasil menyabet Pulitzer tahun 1994. 


Aksi Greta Thunberg “sendirian” didepan Gedung parlemen Swedia atau photograger Kevin Carter kemudian menggema seluruh dunia membuktikan quote Stalin yang terkenal.  “Kematian satu orang adalah tragedi. Kematian jutaan adalah statistik”. 


Quote Stalin kemudian menjadi teori klasik. Ditangan media, berbagai peristiwa dunia dapat menjadi highlight. Ataupun cuma sekedar data. 


Begitu kuatnya “pengaruh” media massa membuat dunia kemudian memasuki abad informasi. Abad yang menguasai dunia. 


Teori usang seperti “kekuatan militer”, “mobilisasi massa” sudah tidak relevan lagi di abad ini. 


Perang fisik telah lama digantikan dengan “psy-war”. Dunia kemudian “dikendalikan” oleh informasi. 


Informasi yang begitu cepat begitu mengendalikan dunia. 


Pertandingan “live” Piala dunia (world cup) atau Piala Eropa dapat ditonton dibelahan dunia lain. Berbagai “atraksi” bintang seperti Ronaldo atau Messi dapat ditiru anak-anak muda penggemar sepakbola. 


Informasi tidak ada sekat lagi. Informasi tidak terhalang oleh jarak dan waktu. Informasi kemudian “menentukan” arah politik global. 


Dalam sekejab dunia bisa berubah dengan informasi. Dunia dapat mengubah dirinya sendiri dengan informasi. 


Dalam peperangan, penguasaan informasi begitu penting. Pasukan batalyon ataupun pasuka elite diturunkan setelah mendapatkan informasi dari medan tempur. 


Berbagai strategi perang disusun setelah mendapatkan informasi penting. Kesalahan menerima informasi termasuk kesalahan menganalisis informasi menyebabkan perang berakhir ketika pertempuran belum dimulai. 


Teori klasik Sun Tzu yang terkenal “know the enemy and know yourself, in hundred battles you will never be defeated’. 


Menurut Sun Tzu, strategi perang yang paling effektif adalah mengalahkan musuh tanpa melakukan pertempuran, menyergap kota tanpa ada pengepungan, mengguling negara lawan tanpa adanya perang yang berkepanjangan. 


Dengan cara menguasai informasi, maka kemenangan dapat diraih apabila mengetahui kapan harus bertempur, mengetahui mendistribusikan prajurit, memiliki kepemimpinan yang berwibawa, waspada serangan tidak terduga dan memiliki jenderal tempur yang capable. 


Bukankah Kaisar Kublai Khan yang berhasil menguasai Tiongkok namun kemudian gagal ketika serangan angin topan. 


Atau ambisinya menguasai Jawa kemudian mampu dengan cerdik dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Setelah Mongol membantu Raden Wijaya melawan Jayakatwang dan menghancurkan Singosari, Raden Wijaya justru menyerang prajurit Mongol yang lengah. Mereka sedang berpesta justru dipukul mundur dikejar pasuka Majapahit. 


Berbagai peristiwa yang telah dipaparkan membuktikan tentang arti pentingnya informasi. 


Dan ditengah abad informasi maka siapapun yang menguasai informasi maka menguasai peperangan. Siapapun yang menguasai informasi dialah yang menguasai dunia. 



Advokat. Tinggal di Jambi




Pencarian terkait : pengertian informasi secara umum, informasi adalah brainly, contoh informasi, sistem informasi adalah, pengertian informasi menurut para ahli, bentuk informasi, informasi produk adalah, pengertian pusat informasi