17 November 2020

opini musri nauli : Sang penakluk

Jangan remehkan si bungsu. Jangan remehkan anak milenial. Jangan remehkan sang mata sipit. 

Ya. Mukanya memang sipit. Persis muka orang Tiongkok. 


Tapi apakah salah memang mirip Tiongkok. Emang salah ? 


Tidak. Sama sekali tidak. Si Bungsu itu dianugerahi dari sang Pencipta kepada keluarga kami. Kami tidak pernah memilih bentuk muka Ataupun rupa. 




Sama sekali tidak. 


Yang selalu kami doakan cuma satu. Dia selalu sehat. 


Entah mengapa, kecendrungan terhadap tampilan fisik menjadi penilaian seseorang. 


Teringat waktu kecil. Ketika kugendong. Sembari berbelanja di mall di Jambi. 


Entah mengapa. Mata para penjaga toko terbelalak tidak percaya. Pasti mereka “ngenyek”. Kok dak mirip. 


“Apa lihat-lihat. Tidak percaya itu anakku”, sentakku membuat mereka malu dan sedikit ketakutan. 


Ketika kuceritakan kepada istriku, dia bukan mendukung. Malah tertawa terbaha-bahak. 


“Iyo. Untung semua anak mirip dengan aku”. Ha.. ha.. ha.. 


Sebagai bungsu, dia dianugerahi kelimpahan kemewahan hidup. Dari ayahnya yang berlatar belakang ilmu pasti-dulu SMA jurusan Fisika. 


Dia jago matematika. Mampu menyelesaikan games dengan cepat. Mampu belajar aplikasi dengan cepat. Mengingat detail yang sempat lupa. 


Teringat ketika waktu kecil. Masih berusia 3-4 tahun. Masih senang naik sepeda motor. Rute dari pasar dia ingat. Kapan belok kiri. Kapan belok kanan. 


Dia hapal, kapan lampu merah akan hidup di persimpangan jalan. 


Dia hapal berbagai aplikasi. Launcing produk terbaru. Lengkap dengan spesifikasinya. 


Dia juga mewarisi bakat berdebat. Dia jago menguasai kata-kata yang penting. Sehingga lawan berdebat mesti harus berfikir ulang untuk mengajak berdebat. 


Dia juga mewarisi ibunya yang guru Bahasa Indonesia. Dia menguasai diksi kata-kata. Belajar dari kamus online ataupun tanya-tanya ke youtube. 


Bahkan dia pernah mengalahkan ibunya berdebat tentang Bahasa Indonesia. Membuat ibunya seakan-akan tidak berdaya. 


Dari seluruh putra-putriku, cuma dia pernah yang pernah mengalahkan ayah dan ibunya sekaligus dalam perdebatan. 


Dia mempertahankan argumentasinya. Lengkap dengan uraian yang rinci. Membuat kami kagum. 


Pengetahuan tentang alam cukup kaya. 


Ketika peristiwa tsunami ataupun gerhana matahari total. Dia mengajak aku ke toko buku. Membeli buku tebal untuk ukuran anak SD. 


Dia baca pelan-pelan. Sembari mengingatnya. 


Dia mampu menerangkan gerhana matahari. Lengkap dengan mitos atau cerita rakyat. Termasuk matahari yang dimakan raksasa. Sehingga penduduk harus menabuh kentongan ataupun bunyi-bunyian. 


Ataupun dia pernah berdebat dengan satu kelas teman sekolah. Sendirian dihadapinya. Ketika dia ngotot membahas bentuk bumi. 


Sembari mengeluarkan google map, dia mampu meyakinkan seluruh teman-temannya. 


Teman-temannya terbengong-bengong. 


Melihat sibungsu, tidak salah kemudian dia anak milenial. Yang sibuk membaca informasi dari youtube. Membaca buku untuk menambah keinginantahuannya. 


Dan sekali lagi. Aku tidak boleh meremehkannya. 


Dialah sang penakluk. 


Tidak salah kemudian disebut sang penakluk. 


Selamat Ultah, adek lio. 


Pencarian terkait : Musri nauli, opini musri nauli, jambi dalam hukum, hukum adat jambi, jambi, 


Opini Musri Nauli dapat dilihat : www.musri-nauli.blogspot.com