26 Maret 2021

opini musri nauli : Desa Sengkati Gedang


Menurut masyarakat, Sejarah Desa Desa Sengkati Gedang adalah salah satu Desa yang tertua di Kecamatan Tembesi Ulu, kewedanaan Muara Tembesi, Kabupaten Batang Hari, Keresidenan Jambi dan Propinsi Sumatera Tengah. Dahulu namanya adalah Dusun Singkati Gedang, yang diperintah oleh seorang Kepala Dusun atau Ngebi dan dibantu oleh seorang Mangku. 


Diatas dusun adalah Marga yang diperintah noleh seorang Pasirah. Dusun Singkati Gedang termasuk dalam wilayah Marga Kembang Paseban yang Ibukotanya Mersam yang terdiri dari : Dusun Mersam, Dusun Singkati Gedang, Dusun Singkati Kecil, Dusun Sungai Puar dan Dusun Rantau Gedang. Setiap dusun diperintah oleh seorang Kepala Dusun atau Ngebi, khusus Dusun Mersam kepala desanya disebut Depati. Kecamatan Tembesi Ulu diperintah seorang Asisten Wedana.


Menurut penuturan didesa Rantau Gedang, asal nama Desa Sengkati Gedang adalah Singkati sesuai dengan nama sungai yang ada di desa ini yaitu sungai Sengkati. 


Pada suatu hari salah seorang penduduk dusun yang bernama Kamaliyah pergi memancing ikan di suatu lubuk di sungai yang di seberang dusun dengan perahu. Setelah beberapa saat Wa Kamaliyah ini memancing tiba – tiba dia merasa pancingnya ditarik ikan, lalu Wa Kamaliyah menarik pancingnya, ternyata pancingnya mengait atau mengenai rantai. Wa Kamaliyah menjadi kaget melihat mata pancingnya mengenai rantai yang berwarna kuning emas. Memang rantai tersebut adalah rantai emas sebesar rantai perahu dan panjang. Karena sangat gembiranya lalu Wa Kamaliyah menraik rantai tersebut dan mengumpulkan kedalam perahunya, sedangkan perahu yang dipakai Wa kamaliyah tersebut kecil sekira dapat memuat orang dua. Dengan harapan mendapatkan emas yang banyak, sehingga Wa Kamaliyah tidak sadar bahwa perahunya telah sarat dengan rantai emas tadi.


Diatas sebatang kayu di tepi sungai ada seekor burung yang berbunyi seolah sedang mengingatkan Wa Kamaliyah, bunyinya begini Singkati – Singkati – Singkati artinya supaya Wa Kamaliyah tidak menarik terlalu panjang rantai emas tersebut, tetapi Singkati (pendek saja). Wa Kamaliyah mendengar bunyi burung tersebut supaya Singkati singkat saja, tapi tangannya terus menarik rantai emas tersebut, rupanya untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, tiba-tiba perahu yang sarat tersebut karam dan terbalik. Akhirnya isinyapun tumpah. Wa Kamaliyah pun berenang ke tepid an sangat kecewa sekali, dia kesal dan menyesal karena tidak menuruti apa yang dikatakan anak burung tadi. Sambil merutuk-rutuk dan mengulangi bunyim burung tadi, Singkati – Singkati – Singkati. Akhirnya peristiwa Wa Kamaliyah tersebar beritanya kepada orang-orang sekitarnya dan mereka (penduduk) dusun itu menamakan sungai tempat Wa Kamaliyah tempat memancing tersebut dinamai Sungai Singkati dan Lubuk tempat Wa Kamaliyah karam waktu memancing tersebut dinamakan Lubuk Kamaliyah, sampai sekarang lubuk tersebut masih ada namanya Lubuk Kamaliyah. Dari nama sungai Singkati tersebutlah maka dusunpun dinamakan Dusun Singkati.


Beberapa lama kemudian ada masyarakat pendatang dari Muara Sebo yang bermukim di dekat Dusun Singkati tetapi agak sebelah Ulu, dan mereka ini membuat dusun baru. Karena mereka kebingungan untuk membuat nama dusun mereka maka merekapun membuat nama dusunnya dengan nama dusun Singkati juga. Karena mereka masih sedikit penduduknya ditambahlah dengan kalimat kecil agar ada perbedaan dengan dudun yang sebelah ilirnya. Dusun Singkati sebelah Ilir dinamai dengan Singkati Gedang karena penduduknya banyak (gedang jumlahnya). Kemudian Dusun Singkati yang sebelah ulu dinamai Dusun Singkati Kecil, penduduknya sedikit dibandingkan dengan Singkati Gedang. 


Desa Singkati Kecil tidak lama kemudian penduduknya hijrah atau pindah ke seberang sejajar dengan Desa Singkati Gedang, sebab mereka pindah ke seberang karena bermusuhan dengan bangsa kubu. Permusuhan ini timbul disebabkan berebut sialang (selang) yaitu kayu besar yang ditempati oleh lebah atau rebo yang memproduksi madu atau manisan.


Kebetulan orang kubu ini lebih dulu mengambil selang tersebut dan memanjat batang selang serta mengambil madunya, timbullah permusuhan antara kedua kelompok ini. Orang-orang Singkati Kecilpun bertindak terhadap orang kubu dengan meretas tali tanggalantak yang dipakai oleh orang kubu untuk memanjat selang tersebut. Akhirnya orang-orang kubu diatas selang tersebut tidak dapat turun dengan selamat. Beberapa dianatara mereka ada yang mati, patah dan cidera. Tapi ada juga yang selamat, maka kubu yang selamat ini akhirnya balas dendam terhadap orang Singkati Kecil. Pada waktu malam hari orang kubu ini mendatangi rumah atau pondok penduduk Singkati Kecil dengan bersenjatakan tombak lalu mereka meroso atau menikamdari bawah atau lantai rumah (pondok penduduk Singkati Kecil). Hasilnya ada yang luka dan ada yang mati. Begitulah balasan atau serangan yang dilancarkan oleh kubu-kubu tersebut. Karena penduduk mersa tidak aman dan nyawa mereka terancam, akhirnya pindahlah mereka ke seberang sebelah ulu Singkati Gedang.


Sekarang nama Singkati Gedang berubah namanya sedikit, huruf I pada Singkati berubah dengan huruf e menjadi Sengkati Gedang. Rubahan huruf i dengan huruf e mungkin karena bunyi kedua huruf ini agak mirip bunyi dan penyebutannya.


Sedangkan sengkati ada juga menyebutkan “Sekati”. Kati adalah ukuran dibawah semato. Istilah “Semato” adalah system pengukuran berat. “Semato” adalah 100 gram. Jadi 1 kg adalah 10 “mato”. Sedangkan “sekati” adalah ukuran dibawah “semato’. 


Sekati dikonversi menjadi 16 tahil emas. Setahil  38,5 gram emas. 


Luas dan Batas Dusun Sengkati Gedang


Dari versi lain menyebutkan Dusun Sengkati Gedang ini termasuk dusun tertua di Kecamatan Mersam, maka wilayahnya sangat luas sekali sesuai dengan piagam desa yang ada yang diberikan oleh Raja jaman dahulu yang berbunyi sebagai berikut : “ Pasal ini salinan Piagam tanah Sengkati Gedang pegangan Ngebi Suto Dilago, Periai Rajo Sati pembesar orang kerajan Jambi yang 12 bangsa”


Hijrah Nabi Muhammad SAW 1275 tahun dan kepala tahun Dal bilangan khamsiah dan kepala hari bulan Rabi’ul Awal hari kamis jam (pukul) 08.00 masa itulah kita Sri Paduka Yang Mulia Sultan Agung Sri Ingalaga mengkaruniai Kakanda Tumenggung keraja Suto Dilago Permai Raja Sari cap surat keterangan piagam hutan tanahnya yaitu hutan tanah Sengkati Gedang.


Adapun batasan hutan tanah Sengkati Gedang yang sebelah kanan mudik yang sebelah kiri di tepi Batang Hari adalah Pauh besar antara dengan tanah Tegadai, dari situ mendarat menuju ke pematang sekawih, dari situ menuju ulu sungai kayu aro disimpang kanan, dari situ menuju sungai bernai, dari situ menuju hulu sungai Batu Ampar, dari situ menuju sungai Napal Terding, dari situ menuju hulu sungai menanak padu raksa dengan tanah tungkal.


Adapun perbatasan yang sebelah kiri mudik dari tepi Batang Hari yaitu dari tanah Pilih – dari situ mendarat menuju sungai Kalamuih – dari situ ke talang buruk – dari situ menuju sungai limau – dari situ menuju talang mengkuang nadu rakso dengan tanah Mersam.


Adapun perbatasan yang sebelah ulu kanan mudik ditepi Batang Hari dari mupuh tanah genting (dekat sungai sekasim) dari situ menuju hulu sungai jalai – dari situ menuju pematang saklih – dari situ menuju ke bekal kayu arang – dari situ menuju renah ujo – dari situ menuju ke pematang kepala tupai – dari situ menuju bagan raden boding hulu sungai sengkati padu rakso dengan tanah sungai rengas.


Adapun perbatasan yang sebelah kiri mudik batang hari yaitu – aurduri – dari situ menuju jawi-jawi terus ke rengas betua – dari situ menuju ulu sungai simpang – padang tembesu – dari situ terus ke talang/payo mengkuang padu rakso dengan tanah Mersam.


baca juga : Marga Kembang Paseban