Ketika gegap gempita putusan MK terhadap perselisihan pilkada Gub Jambi 2020 dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pendekatan. Entah yang menganggap sebagai “kemenangan tertunda”, “kemenangan yang Kandas”, kemenangan yang akan diraih”.
Sebagai tafsiran politik, berbagai persepsi bisa saja muncul. Baik dari persepsi yang sudah terbangun disaat membaca putusan, pendekatan hukum formail, keinginan meraih hasil di Pilkada.
Tafsiran sah-sah muncul di alam demokrasi.
Namun melihat putusan di MK, saya justru melihat dari sudut pandang. Dukungan dari berbagai pihak semakin menguat.
Ditengah-tengah pemberitaan tentang hasil di MK, berbagai dukungan mengalir. Entah langsung menghubungi via WA, message FB ataupun langsung telephone.
Dukungan yang diberikan bukan semata-mata sekedar akan memberikan dukungan penuh. Tapi bahkan bersedia menjadi relawan, saksi ataupun pihak yang langsung terlibat didalam PSU nantinya.
Dukungan yang diberikan tentu saja memberikan keyakinan yang kokoh. Memberikan amunisi. Adrenalin. Sekaligus juga memberikan dukungan yang membuat langkah kedepan semakin mantap.
Dukungan yang diberikan semata-mata kecintaan kepada Al Haris. Manusia biasa dari kalangan Kecil. Anak petani yang jauh dari pusat Ibukota.
Mereka merindukan kehadiran Al Haris. Mimpi yang mereka rindukan. Untuk mencapai mimpi.
Mereka rindu Pemimpin. Dari kalangan biasa.
Energi, adrenalin, amunisi yang diberikan dari berbagai dukungan membuat saya terhenyak.
Mengapa disaat seperti ini mereka rela mengulurkan tangan. Memastikan kemenangan yang diraih.
Apakah mereka sedang memastikan kemenangan ? Atau mereka bermimpi dan berkeinginan untuk mewujudkan mimpinya ? Melalui mimpi terhadap pelantikan Al haris-Sani ?
Meminjam istilah temanku “Bau keringat perlawanan rakyat tidak mungkin dibendung, bang”.
“Kemenangan bisa ditunda. Tapi kemenangan tidak bisa dihalangi”. katanya disela-sela kegiatan.
Ah. Pagiku berlalu dengan seteguk kopi yang nikmat.