Saat hacker dari Indonesia kemudian berhasil menjebol, menipu dan membobol data warga AS pemohon dana bantuan sosial bagi korban dampak pandemi di AS atau Pandemic Unemployment Assistance (PUA) yang memuat data para warga AS di laman itu selanjutnya kemudian dijual seketika itu mulut saya menganga.
Alangkah hebatnya hacker dari Indonesia yang berhasil menjebol data dari laman AS. Negara yang mengaku paling digdaya dalam urusan internet.
Mengutip dari Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta yang mengatakan para pelaku berhasil mendapatkan keuntungan sedikitnya hampir setengah miliar rupiah.
Bahkan Kapolda menambahkan kedua aksi malah dilakukan di salah satu kamar di hotel di Surabaya selatan.
Peristiwa hacker yang menjebol laman AS mengingatkan setahun yang lalu. Ketika bocah berusia 16 menjebol database milik Kejaksaan Agung Republik Indonesia.
Yang bikin kaget ketika ditanyakan motif Bocah ingusan ternyata cuma berujar pendek. “Iseng”.
Melihat bagaimana para kemampuan anak-anak Indonesia yang mempunyai kemampuan di dunia internet membuat Sudah saatnya kita harus berfikir panjang.
Bukan kejahatan yang mereka lakukan. Tapi kemampuan mereka yang luarbiasa ditengah kemajuan internet.
Bukankah mimpi anak-anak muda Indonesia harus disalurkan. Menjadi pemimpin masa depan ?
Lalu apakah mimpi itu kemudian dibully ?
Teringat beberapa waktu yang lalu, ketika Budiman Sudjatmiko (Budiman) menggagas bukit “Silicon Valley” yang kemudian dikenal Bukit Algoritma di Bukit Shaolin, Cikidang, Sukabumi (Jawa Barat).
Dengan optimis, Budiman menjelaskan, dengan areal seluas 800 ha, Budiman akan menjadikan pusat dari ide-ide anak muda yang kemudian dikenal revolusi 4.0.
Reaksi publikpun memantik polemik.
Berbagai pihak kemudian menuding, Budiman “terlalu bermimpi” dan kemudian membandingkan “Silicon Valley” yang telah mengalami proses selama 100 tahun.
Energi Membangun “mimpi Silicon Valley” bukanlah lampu Aladin. Simsalabim. Tapi proses panjang. Belum lagi iklim yang mendukung terhadap perkembangan dan kemajuan “Silicon Valley”.
Para Ahli menjelaskan bagaimana kekuatan dari Silicon Valley yang tidak mungkin diwujudkan hanya sekedar gagasan dari Budiman.
Namun sebelum membahas apakah ide Budiman yang disebut sebagai “terlalu bermimpi” maka ada baiknya kita mengenal gagasan, sikap dan pandangan dari Budiman.
Disaat orde baru begitu kuat berkuasa, tahun 1996 kemudian mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Pada saat menjadi Ketua PRD dan mendeklarasikan Partai, Budiman masih berusia 26 tahun.
Sehingga Budiman kemudian dikukuhkan sebagai ketua Partai Termuda. Tidak begitu jauh berbeda ketika Soekarno memimpin PNI.
Ketika Budiman mendeklarasikan PRD ditengah Sedang kuat-kuatnya orde baru, dada publik kemudian berdegub. Terbayang resiko yang akan menimpa PRD oleh orde baru.
Sebagian menertawakan sikap Budiman dan PRD. Sebagian lagi tidak percaya ada anak muda yang mendeklarasikan Partai ditengah saat itu.
Namun sikap Budiman ditengah ditertawakan sebagian masyarakat membuat Budiman kemudian menjadi “rising star” politik saat itu.
Sehingga berbagai kejadian kemudian dikaitkan dengan Budiman dan PRD. Termasuk dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara karena dianggap sebagai dalang insiden peristiwa 27 Juli 1996.
Namun kekokohan Budiman dan PRD ditengah kuat-kuatnya mampu memberikan pelajaran penting.
Budiman dan PRD mampu “melewati mimpi” publik dan ketakutan publik akibat tekanan orde baru.
Budiman dan PRD adalah anak-anak mudai yang mampu melewati mimpi. Melewati mimpi dan mendahului zaman.
Sikap ini tidak pernah berubah.
Ketika Budiman kemudian menggagas bukit “Silicon Valley” yang kemudian dikenal Bukit Algoritma di Bukit Shaolin, Cikidang, Sukabumi (Jawa Barat) dan mampu “melewati mimpi” dan cemoohan publik saat ini. saya yakin.
Budiman pasti mempunyai hitungan dan kemampuan untuk Tetap kokoh dengan idenya.
Sekokoh idenya ketika mendirikan PRD.
Budiman Tetap dengan mimpinya yang akan mendahului zaman.
Mengenai kemampuan Indonesia mempersiapkan ide-ide untuk menggagas bukit “Silicon Valley” yang kemudian dikenal Bukit Algoritma biarlah itu menjadi urusan teknis yang harus dipersiapkan.
Saya yakin, ketika mimpi ini kemudian diwujudkan, bukankah kita yang langsung mendapatkan manfaat dari kemajuan yang Sedang digagas.
Dan saya Tetap mengajak. Tetaplah bermimpi.
Bukan dilarang bermimpi. Dan sibuk memberikan energi untuk membully.