19 April 2021

opini musri nauli : Umbul-umbul Istana Astinapura


Terlihat Langkah terburu-buru sang telik sandi menemui pemimpin padepokan di Istana Alengka. Setelah menempuh perjalanan hingga 2 purnama. 

Wajahnya tegang. Keringat bercucuran diwajahnya. Terlihat nafasnya tersengal-sengal. Setelah menempuh perjalanan panjang. 


Melihat telik sandi menemuinya di padepokan, pemimpin padepokan kemudian menemuinya di balai padepokan. 


“Ada apa, telik sandi. Kabar apa yang hendak engkau sampaikan kepadaku. Menempuh perjalanan hingga dua purnama yang lalu. Apakah begitu Penting titah dari Raja Astinapura sehingga engkau rela menempuh perjalanan sejauh itu ?’, tanya Pemimpin padepokan heran. 


“Minumlah air dari kendi. Istirahatlah sejenak dua Tiga sepeminum teh dulu. Apabila engkau masih letih. Mengaso dululah di dipan dalam padepokan. Kelak apabila letihmu telah berlalu. Barulah engkau dapat menyampaikan titah dari raja Astinapura”, sambng Pemimpin padepokan. 


“Benar, tuanku yang Mulia. Pemimpin padepokan. Padepokan yang mempunyai kitab yang berisikan ajian dan mantra tiada tandingannya. 


“Hamba buru-buru menemui tuanku hingga dua purnama. Menempuh perjalanan jauh dari Istana astinapura. Membawa titah dari Raja Astinapura. Demikian, tuanku”, kata sang telik sandi. 


Sebenarnya  hamba hendak istirahat setelah letih. Namun titah Raja Astinapura begitu penting. Raja Astinapura menunggu kabar dari padepokan, tuanku”, Sambung sang telik sandi. 


“Apa titah dari Raja Astinapura, wahai sang telik sandi”, tanya sang Pemimpin padepokan. 


“Beberapa purnama yang lalu, Raja Astinapura telah mengirimkan utusan ke padepokan. Raja Astinapura hendak dibuatkan umbul-umbul untuk Istana Astinapura. Namun hingga dua purnama, belum juga ada kabar dari padepokan. Sehingga diutus Raja Astinapura hendak menanyakan. 


“Kesulitan apa yang membuat padepokan belum juga selesai membuat umbul-umbul Istana Astinapura”, tanya sang telik sandi. 


“Biar hamba mencurahkan Seluruh jiwa raga hamba untuk membantu tuanku menyelesaikannya. Titahkan saja kepada hamba, biar hamba akan membantu untuk menyelesaikannya. Demikian maksud hamba datang ke padepokan, tuanku”, jelas sang telik sandi. 


“Oh. Memang benar. Ada pesanan dari Raja Astinapura mengenai pembuatan umbul-umbul untuk Kerajaan Astinapura. 


“Memang belum dapat diselesaikan. Malam ini hamba hendak bertirakat. Melanjutkan semedi dan tapa brata untuk menyelesaikannya. 


“Umbul-umbul Istana Astinapura harus dibuatkan dari 7 tirta yang terdapat di 7 negeri. Tidak boleh sembarangan untuk mengambilnya. 


Orang yang mengambilnya harus bersih jiwanya. Sehingga umbul-umbul mempunyai kesaktian tiada tara. 


Mampu melindungi negara Astinapura dari serangan musuh yang hendak menyerang. Demikian, sang telik sandi”, kata sang Pemimpin sambil tersenyum. 


Istirahatlah dulu. Sambil mengaso di dipan padepokan. Semoga malam ini sang dewata memberikan wangsit untuk menyelesaikan umbul-umbul istana Astinapura”, kata sang Pemimpin padepokan. 


“Baiklah, tuanku Pemimpin padepokan. Hamba istirahat. Sembari mengaso di dipan padepokan. Sembari menunggu tuanku dapat menyelesaikan umbul-umbul Astinapura. Sesuai titah Raja Astinapura”, kata sang telik sandi. 


“Hamba izin dan mengundurkan diri”, kata sang telik sandi meninggalkan paseban padepokan. 


Sang Pemimpin padepokan kemudian melanjutkan semedi dan tapa brata. Menunggu wangsit dari dewata untuk menyelesaikan umbul-umbul istana Astinapura. 


Suasana padepokan kemudian sunyi.