15 Mei 2021

opini musri nauli : Cerita Ulama Sumatera (6)

Ketika Syofyan Hadi menuliskan tulisan “Naskah Mawahib Rabb Al-Falaq : Melacak Titik Temu Ajaran dua Tarekat (Syazililayh dan Naqsyabandiyah) di Minangkabau”, seketika kekaguman kepada ulama sumatera semakin bertambah. 

Tidak dapat dipungkiri, sebagai tarekat yang memilih pengabdian ibadah yang sunyi, jauh dari hiruk pikuk gegap gemerlap syiar agama, berbagai kitab-kitab yang dilahirkan para ulama Sumatera malah tersimpan dan tertutup di surau Sungai Buluh Tanah Datar, Sumatera Barat. 


Sebuah kitab Mawahib rabb al-falaq bi-syarh qasidah al-Arif bi-Allah Al-qadi Nasir Al-din Ibn binti Al-milaq al-Syazili. Kitab nyaris tidak banyak diketahui publik. Kitab yang nyaris tidak boleh dilihat, diakses semua orang. 


Kitab Mawahib rabb al-falaq bi-syarh qasidah al-Arif bi-Allah Al-qadi Nasir Al-din Ibn binti Al-milaq al-Syazili dituliskan Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi. Nama yang dikenal sebagai Tokoh Tarekat Naqsyabandiyah. 


Namun Kitab Mawahib rabb al-falaq bi-syarh qasidah al-Arif bi-Allah Al-qadi Nasir Al-din Ibn binti Al-milaq al-Syazili yang dituliskan Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi adalah Naqsyabandiyah Khalidiyah  merupakan syarahan dari ajaran Syaziliyah. 


Tarekat Syaziliyah didirikan Syekh Abu Al-Hasan Al-Syazili. Salah Satu muridnya Ibn Atta’ilah yang terkenal menuliskan “Al Hikam”. 


Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi mampu menuliskan syarah Naqsyabandiyah Khalidiyah  yang kemudian diturunkan melalui ajaran Syaziliyah. 


Menurut Syofyan Hadi, Kitab Mawahib rabb al-falaq bi-syarh qasidah al-Arif bi-Allah Al-qadi Nasir Al-din Ibn binti Al-milaq al-Syazili mampu menunjukkan eksitensi sebagai tokoh tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah sekaligus titik temu ajaran tarekat Syaziliyah. Sehingga Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi mampu menunjukkan adanya keterkaitan dan kesamaan konsep ajaran antara kedua aliran tarekat. Walaupun secara silsilah ajaran ini tidaklah sama. 


Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi mampu menegaskan, dalam praktek, kedua ajaran ini dipengaruhi konsep sufistik al Ghazalai dalam kitab Ihya-Ulum Al-Din dan ajaran Tasawuf Syekh Ibn Ataillah Al Sakandari dalam kitabnya Al Hikam. 


Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi didalam kitabnya Mawahib rabb al-falaq bi-syarh qasidah al-Arif bi-Allah Al-qadi Nasir Al-din Ibn binti Al-milaq al-Syazili  menjadi bukti adanya dinamisasi dan harmonisasi paham dan praktek keberagaman di Nusantara. Dan mampu akomodatif dan mencari titik persamaan antara satu tareka dengan yang lainnya. 


Selain menuliskan Kitab Mawahib rabb al-falaq bi-syarh qasidah al-Arif bi-Allah Al-qadi Nasir Al-din Ibn binti Al-milaq al-Syazili, Syekh Ismail ibn “Abd Allah  Al-Khalidi Al Minangkabawi menuliskan Kifayat al-Ghulam fi bayan arkan Al-Islam wa-surutih (Kecukupan bagi anak dalam penjelasan tentang rukun Islam dan syarat-syaratnya) dan Risalah muqaramah “urfiah wa-tauziah wa kamaliah (risalah tentang niat shalat). 


Sehingga sebagai ulama sumatera, selain mampu menyiarkan agama dengan memilih pengabdian sunyi, ulama sumatera juga dikenal piawai menuliskan kitab. 


Baca : Cerita Ulama Sumatera (5)