Dalam dialek Bahasa Melayu Jambi, Silo berasal dari kata Sila. Dalam kamus bahasa Indonesia, Sila diartikan “menyilakan”. Sehingga “menyilakan” adalah meminta, mengajak dan mengundang dengan hormat. “Silakan” dapat dipadankan dengan kata “sudilah kiranya”…
Duduk “sila” ditandai dengan duduk dengan kaki terlipat dan bersilang. Sehingga duduk “Bersila” ditandai dengan duduk dengan kaki yang bersilangan.
Selain itu kata “sila” juga menunjukkan aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa. Dapat ditandai dengan adab dan sopan santun. Sila juga diartikan sebagai Dasar, adab, akhlak dan moral. Misalnya seperti “Pancasila.
Kata “Sila” yang kemudian menjadi dialek “Silo” dapat ditandai dengan seloko “pemimpin sering diibaratkan seperti pohon Beringin. “Pohonnya rindang tempat berteduh. Akarnya besar tempat Bersilo.
Pemimpin dihormati masyarakat dapat menjadi pengayom. Tempat berlindung masyarakat dari berbagai persoalan. Tempat “bercerita” bertukar pikiran terhadap persoalan sehari-hari. Tempat “bercengkrama” dan bersenda gurau. Tempat “bersuka ria” melewati persoalan.
Pemimpin yang baik “Tempat orang bertanyo. Tempat orang bercerito”. Ketika masyarakat hendak menyelesaikan berbagai persoalan, pemimpin merupakan orang pertama yang diminta pendapat. Pemimpin tempat “mengadukan” dan menemukan jawaban dari persoalan.
Masyarakat menemui pemimpin ketika “hendak pergi”. Tempat bertanya berbagai tempat yang hendak dituju. Tempat orang bertanya berbagai hal tentang tempat yang dituju.
Pemimpin yang baik “tempat” orang bercerita setelah datang dari tempat yang jauh. “tempat” bercerita tempat yang telah didatangi. Tempat orang menyampaikan berbagai peristiwa setelah kedatangan tempat yang telah dituju.
Begitu tinggi penghormatan kepada pemimpin sering diujarkan “Alam sekato Rajo. Negeri sekato batin”.