Terdengar suara gumaman suara dibelakang Istana Astinapura. Para dubalang Raja berkumpul santai. Mengaso. Setelah menempuh perjalanan jauh. Menemani Raja Muda keliling Negeri Astinapura.
“Wahai, kisanak. Mengapa Raja Astinapura masih bermuram durja. Gerangan apakah yang terjadi pada diri sang Raja Muda ?’, tanya sang dubalang Raja heran. Kepada sejawat Dubalang Raja. Sembari merapikan jubah kebesarannya.
“Benar, kisanak. Konon hati sang Raja Muda Sedang masyul. Sang Raja muda kurang berkenan menerima para punggawa kerajaan yang hendak mengaturkan sembah “, jawab dubalang raja mengabarkan. Wajahnya bergembira setelah mendapatkan kabar lingkaran dalam Istana. Terhadap sikap raja yang menolak sembah.
“Lalu apa gerangan yang terjadi ?. Mengapa Sang Raja muda menolak sembah”, tanyanya heran. Lagi-lagi dengan santai menarik udut sembari pikiran menerawang.
“Benar, kisanak. Sang Raja muda enggan menerima sembah. Karena para punggawa kerajaan pernah menghina sang Raja Muda. Sang Raja muda mengetahui. Banyak sekali para sengkuni mengitari punggawa kerajaan. Mereka mencuri kepingan emas. Sembari menyembunyikan mahkota Raja.
Sang Raja muda mengetahuinya. Makanya sang raja muda menolak sembah”, kata temannya sembari tersenyum.
Terbayang murka sang Raja muda terhadap kelakuan para punggawa kerajaan. Yang mencuri kepingan emas dari brangkas Istana. Termasuk para sengkuni yang mengelilingi para punggawa kerajaan. Terus menghasut mengambil kepingan emas dari brangkas Istana Astinapura.
“Benar, kisanak. Kepingan emas yang tersimpan rapi di brangkas Istana Sudah lama dilarikan oleh punggawa kerajaan. Mereka berkhianat terhadap amanah yang diberikan”, kata dubalang Raja. Wajahnya sedikit kesal. Menahan amarah.
“Semoga sang Raja muda dapat menghukum para punggawa kerajaan yang mencuri kepingan emas. Agar negeri Astinapura dapat dilindungi para dewata Agung” sembari meninggalkan belakang istana. Pergi meninggalkan istana.
Melanjutkan tugas menjaga Istana Astinapura.