Konsentrasi Pembangunan Pelabuhan Ujung Jabung adalah bagian konsentrasi penuh dari Al Haris, Gubernur Jambi. Pelabuhan Samudra Ujung Jabung adalah muara dari peningkatan hilirisasi dari Seluruh komoditas unggul di Provinsi Jambi.
Bahkan. Tidak tanggung-tanggung. Al Haris sendiri berjanji memperjuangkannya sendiri hingga ke Pemerintah Pusat. Tentu saja dengan membawa Seluruh dokumen data, feasibility study (fs) dan lahan.
Sebagai bagian Penting dari Visi-Misi Jambi Mantap, latar belakang memperjuangkan Pelabuhan Samudra Ujung Jabung didasarkan Letak Geografis Strategis : dalam kawasan ASEAN dan Interregional Sumatera (Provinsi Sumsel, Sumbar, Riau, Kepulauan Riau, dan Bengkulu), Provinsi Jambi dapat menjadi pintu gerbang keluar dan masuknya barang, jasa dan orang dari dan ke Batam, Malaysia dan Singapura serta dari provinsi lain. Peran Jambi ke depan akan semakin strategis sebagai bagian dari poros maritim dunia, pemberlakuan pasar bebas Asean (AFTA) dan Asean – China (ACFTA) serta pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Sehingga dapat menempatkan Komoditas Unggulan Provinsi Jambi : kondisi perekonomian global yang berfluktuatif berdampak terhadap harga komoditi unggulan Provinsi Jambi seperti Migas, Batubara, Crude Palm Oil (CPO), Karet dan Kelapa Dalam. Kondisi ini berdampak pada pendapatan masyarakat yang sekitar 65 persen berada di sektor pertanian dan perkebunan yang pada gilirannya berdampak pada daya beli masyarakat.
Pertimbangan menempatkan muara dari hasil komoditas untuk kebutuhan ekspor kemudian menempatkan Percepatan pembangunan jalan dan infrastruktur penunjang menuju Pelabuhan Ujung Jabung sebagai Prioritas ke empat dari visi-Misi Jambi Mantap.
Dengan cara Percepatan Pembangunan Infrastuktur Jalan, Jembatan, Pelabuhan Laut dan Bandara.
Berbagai faktor inilah yang kemudian menyebabkan Pembangunan Ujung Jabung Sudah menjadi agenda Penting Pemerintah Provinsi Jambi.
Menurut berbagai data, Didalam sejarah panjang Jambi, Jambi dikenal sebagai Daerah penghasil rempah-rempah. Baik didalam Kerajaan Jambi Darussalam yang menghasilkan rempah-rempah, pinang, getah jaruang, getah balam, getah sundih, getah manau, merica, cengkeh, dan kayu manis, emas dan kemudian Lada.
Sejak awal abad ke-17 M sampai awal abad ke-18 M, lada telah menjadi komoditas ekspor penting Kesultanan Jambi. Mengutip dari berbagai Sumber, Berdasarkan laporan VOC (Vereenige Oost Indische Compagnie), sultan Jambi mendapat keuntungan sebanyak 30-35% dari penjualan lada.
Pada periode tersebut, daerah huluan Jambi juga dikenal sebagai penyalur merica.Semua hasil pertanian, perikanan, perkebunan, hasil hutan, kerajinan, dan emas menjadi komoditas ekspor Kesultanan Jambi yang dijual sampai ke Malaka dan Singapura
dan Eropa melalui Pelabuhan Jambi.
Komoditas ekspor tersebut ditukar oleh sultan-sultan Jambi dengan beras, garam, kain/tekstil, dan perkakas dari logam dan besi. Sehingga Jambi kemudian menjadi salah satu negeri yang kaya dan menjadi daya tarik magnit tersendiri dalam kancah global.
Setelah Jambi dikuasai Belanda setelah gugurnya Sultan Thaha Saifuddin 1904 dan kemudian Jambi menjadi Keresidenan Jambi 1907.
Berbagai Sumber kemudian menyebutkan, Jambi adalah penghasil karet Rakyat terbesar di Hindia Belanda. Dimulai dari penanaman perdana di Afdeling Muara Tembesi. Sehingga Muara Tembesi menjadi penghasil karet terbesar di Jambi.
Penanaman karet kemudian dilanjutkan di afdelling Sarolangun, Bangko, Bungo dan Kerinci tahun 1907 dan 1912. Sektor pertanian tetap mendominasi perekonomian Kota Jambi sampai periode 1970-an. Kesemuanya kemudian bermuara ke Pelabuhan Jambi.
Sehingga Pembangunan Samudra Ujung Jabung menjadi bagian Penting dari ujung tombak ekspor Seluruh komoditas unggulan dari Jambi.
Dengan demikian, Pembangunan pelabuhan Samudra Ujung Jabung akan membangunkan sang raksasa yang selama ini tertidur dalam mimpinya yang panjang. Sang Raksasa yang selama ini diabaikan didalam Melihat potensi ekonomi di Jambi.
Dan Jambi akan menjadi kekuatan ekonomi baru harus diperhitungkan di masa yang akan datang.