27 November 2021

opini musri nauli : Catatan Tercecer Pantai Timur Sumtara Utara (2)

 


Ketika perjalanan menyusuri desa-desa di Pantai Timur Sumatera Utara, saya mendengarkan cerita tentang “kedatuan”. Kata ini bersilewaran terus memanjang di sepanjang pantai timur Sumatera Utara. 


Menurut cerita dan tutur ditengah masyarakat, cerita tentang kedatuan memang tidak dapat dipisahkan dari kerajaan yang pernah berdiri dan Hidup di Pesisir pantai timur. 

Menurut berbagai sumber, Awal abad ke XVI di daerah pesisir timur Sumatera Timur dikuasai oleh tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Nagur, Kerajaan Batak, dan Kerajaan Aru. Masing-masing dari kerajaan ini memiliki wilayah yang sangat luas, dari perbatasan Aceh hingga ke muara sungai Barumun di sebelah selatan, termasuk daerah wilayah Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan Labuhan Batu. Ketiga kerajaan itu terus menerus terjadi peperangan untuk memperebutkan hegemoni di daerah Sumatera Timur. 


Jika dilihat dari susunan suatu kerajaan, tiap-tiap kerajaan adalah gabungan dari kerajaan-kerajaan kecil yang dibentuk dalam satu ikatan kekuasaan yang lebih besar. 


Dengan demikian, sebenarnya pada tiap-tiap daerah, tetap ada kerajaan kecil yang sangat banyak jumlahnya dan mengaku takluk kepada kerajan-kerajaan yang lebih besar. 


Apabila kepemimpinan dari raja penakluk itu melemah, maka biasanya kerajaan-kerajaan kecil itu berusaha memerdekakan diri atau jatuh ke tangan raja lain yang lebih kuat. Selalu seperti itu yang terjadi ketika ada pergeseran-pergeseran di dalam pasang surut kerajaan. 


Kerajaan-kerajaan yang berdiri di Sumatera Timur, antara lain: Kerajaan Melayu, Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Bilah, Panai, Kota Pinang, Inderapura, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suku Dua, Pelalawan, Bedagai, Padang, Kerajaan Rokan, Tembusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar Es Salam. 


Ada juga menyebutkan  Kesultanan-kesultanan yang ada di Sumatera Timur seperti Deli, Langkat, Serdang, Kualuh, Bilah, Panai dan Kota Pinang. 


Sumber lain juga menyebutkan Kerajaan Melayu, Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Bilah, Panai, Kota Pinang, Inderapura, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suku Dua, Pelalawan, Bedagai, Padang, Kerajaan Rokan, Tembusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar Es Salam dan Sengigi, Lima Urung, Sinembah, Sunggal, Percut dan Hamparan Perak. 


Ada juga menyebutkan juga adanya kerajaan Batubara dan Kesultahan Asahan. 


Di Kabupaten Batubara dikenal kerajaan seperti Kerajaan Lima laras, Limapuluh, Tanah Datar, Pangkalan Pesisir, Tanjung Kasau, Sipare-pare, Tanjung Limau Purut, Pagurawan dan Bogak. 


Sedangkan Kabupaten Deli Serdang yang di kenal sekarang ini merupakan dua Pemerintahan yang berbentuk Kerajaan (Kesultanan). Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan sekitar 38 km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi. 


Selain itu juga dikenal Kesultanan Langkat secara geografis berada di wilayah Sumatera Timur.  Kesultanan ini memiliki kekayaan terbanyak jika dibandingkan dengan kesultanan di Deli dan kesultanan di Serdang. 


Selain itu berdasarkan sejarah, keberadaaan Kota Tanjungbalai tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan Asahan yang telah berdiri ± 392 tahun yang lalu. Tepatnya dengan penobatan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung yang merupakan cikal bakal nama Tanjungbalai pada tahun 1620. Asal-usul nama Kota Tanjungbalai menurut cerita rakyat bermula dari sebuah balai yang ada disekitar ujung tanjung di muara sungai Silau dan aliran sungai Asahan. Lama – kelamaan balai tersebut semakin ramai disinggahi karena letaknya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas bagi orang – orang yang ingin berpergian ke hulu sungai Silau dan sungai Asahan. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya “ Balai Di Tanjung”. 


Kesultanan Asahan yang bermula dari Perjalanan Sultan Aceh “Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka tahun 1612. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat dikawasan sebuah hulu sungai yang dinamakan Asahan kemudian bertemu dengan Raja Margolang. Ditempat itu juga Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran „Balai” yang berkembang menjadi sebuah perkembangan dan kemudian mengalami perkembangan yang pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjungbalai”. Dari perkawinanan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang putri Raja Margolang, lahirlah seorang putra yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari Kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan Kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I – XI. 


Berbagai cerita Rakyat di Batubara dikenal seperti Asal Mulo Orang Batu Baro, Asal Mulo Pesta Tapai di Batu Baro, Cerito Siti Payung, Cerito Rajo Bogak,  Cerito Meriam Gando Sorang, Asal-Usul Kampung Guntung, Asal Mulo Namo Pangkalan Dodek, Asal Mulo Namo Pagurawan, Cerito Boting Nonggok dan Cerito Danau Laut Tador. 


Berbagai jejak kerajaan masih dapat ditemukan diberbagai tempat. 


Namun cerita dan tutur kedatuan masih Hidup dan menjadi pembicaraan sehari-hari. Sebuah istilah yang juga dikenal di Tembilahan, Riau. 



Data dari berbagai Sumber