22 November 2021

opini musri nauli : Langkahan, Bagan dan Pelabuhan

 


Semula berbagai pertanyaan mengenai arti kata “bagan” sudah lama mengganggu pemikiran. 


Nama bagan cukup familiar dikenal di Jambi. Misalnya Bagan Pete sebagai salah satu nama Kelurahan yang termasuk kedalam Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi. Sebelumnya termasuk kedalam kecamatan Kotabaru. Kecamatan Kotabaru kemudian mengalami pemekaran. Menjadi Kecamatan Alam Barajo. Sehingga menjadi Kecamatan Kotabaru dan Kecamatan Alam Barajo. 

Nama yang menggunakan kata “bagan” yang  menjadi nama tempat kemudian menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di  wilayah Pesisir Pantai Timur Sumatera Utara. 


Lihatlah. Ada nama  Desa “Bagan Serdang” atau Desa “bagan Baru”. Desa Bagan Baru termasuk kedalam Kecamatan Nibung Hangus, Batubara. 


Sedangkan Desa Bagan Serdang termasuk kedalam Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. 


Akhirnya saya telusuri arti kata dari bagan. 


Pelan-pelan kemudian menemukan berbagai istilah yang menggambarkan tipologi daerah pesisir. 


Secara umum kata “bagan” disejajarkan dengan kata “langkahan” dan “pelabuhan”. 


Kesemuanya adalah nama tempat “penjualan hasil laut” dari nelayan. Seperti Ikan, kepiting, udang, kerang. 


Namun bagan sedikit lebih besar daripada Langkahan. Sedangkan Pelabuhan sudah berorientasi ekspor ataupun hasilnya kemudian dijual ke luar daerah ataupun tujuan ekspor. 


Langkahan hanyalah tempat penampungan sekaligus tempat jual beli hasil dari nelayan. Tapi biasanya tempat-tempat kecil yang hanya hitungan jam cuma ramainya. 


Sedikit lebih besar dari langkahan kemudian dikenal Bagan. 


Nah, Setelah Bagan kemudian dikenal Pelabuhan. 


Dalam praktek sehari-hari ditengah masyarakat, kata Langkahan, Bagan dan Pelabuhan masih digunakan dalam kehidupan perdagangan. Praktek yang jamak yang masih berlangsung hingga kini. 


Namun yang mengganggu adalah justru proyek pembangunan pelabuhan ataupun Tempat Penjualan Ikan jarang sekali merujuk kepada tipologi yang sudah lama dikenal masyarakat. 


Berbagai tempat yang dibangun ternyata sepi dari peminat. Baik nelayan untuk memasarkan hasilnya. Maupun pembeli. 


Saya kemudian teringat dengan kisah yang membuat Presiden Jokowi sedikit kecewa. Ketika berbagai proyek TPI ternyata sama sekali tidak digunakan.